Museum Purna Bhakti Pertiwi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Sejarah: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
→‎Sejarah: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Baris 16:
 
== Sejarah ==
Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) diresmikan pada [[23 Agustus]] [[1993]].<ref>{{Cite book|last=Muslimin, M., Ashadi, dan Sari, Y.|date=Januari 2021|url=https://www.researchgate.net/profile/Ashadi-Ashadi/publication/348819439_Penerapan_Konsep_Analogi_pada_Rancangan_Arsitektur_Bangunan_Museum/links/601201b092851c2d4dfb61d3/Penerapan-Konsep-Analogi-pada-Rancangan-Arsitektur-Bangunan-Museum.pdf|title=Penerapan Konsep Analogi Pada Rancangan Arsitektur Bangunan Museum|location=Jakarta Pusat|publisher=Arsitektur UMJ Press|isbn=978-602-5428-45-6|pages=10|url-status=live}}</ref> Peresmiannya dilakukan oleh Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden Indonesia yang ke-2. Peresmian MPBP bertepatan dengan hari ulang tahun ke-70 Ibudari [[Siti Hartinah|Tien Soeharto,]] yang merupakan pendiri dan pemrakarsa museum ini.<ref>{{Cite book|last=Rusmiyati, dkk.|date=2018|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/14163/1/Katalog%20Museum%20Indonesia%20Jilid%201.pdf|title=Katalog Museum Indonesia Jilid I|publisher=Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman|isbn=978-979-8250-66-8|pages=276|url-status=live}}</ref> Luas bangunan MPBP 25.095 [[meter persegi]] dan dibangun di atas tanah seluas 19,7 [[hektar]]. Museum Purna Bhakti Pertiwi merupakan wahana pelestarian benda-benda bersejarah tentang perjuangan dan pengabdian HM Soeharto dan Ibu [[Siti Hartinah|Tien Soeharto]] kepada bangsa Indonesia, sejak masa perang kemerdekaan hingga masa pembangunan.
 
Sebagai [[objek wisata]] [[edukasi]] yang bermatra sejarah, museum ini juga menyimpan benda-benda seni bermutu tinggi yang diperoleh Bapak Soeharto dan Ibu Tien Soeharto dari berbagai kalangan, baik rekan maupun sahabat sebagai cendera mata. [[MPBP]] memiliki koleksi kurang lebih 13.000-an, yang berhubungan dengan peran [[sejarah]] pengabdian Bapak [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]]. Sebelumnya, sebagian besar koleksi ini dirawat dan disimpan Ibu Tien Soeharto sebagai pendamping setia Pak Harto. Kemudian, Ibu Tien menyadari bahwa pengalaman hidup Pak Harto bukanlah hanya milik keluarga. Pak Harto adalah milik bangsa [[Indonesia]]. Oleh karena itu, koleksi barang-barang pribadi dan cenderamata yang dimilikinya harus bisa dinikmati oleh khalayak ramai.