Pengakuan-Pengakuan (Agustinus): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 19:
# Di antara usia 19 dan 28 tahun, Agustinus menjalin hubungan dengan seorang wanita yang tidak disebutkan namanya yang, meskipun setia, bukanlah istrinya yang dinikahinya secara sah, yang dengannya ia mempunyai seorang anak, Adeodatus. Pada saat yang sama ia kembali ke kampung halamannya Tagaste untuk mengajar, seorang temannya jatuh sakit, dibaptis dalam Gereja, pulih sebentar, kemudian meninggal. Kematian temannya ini membuat Agustinus depresi, yang kemudian merenungkan arti dari kasih seorang teman dalam arti kefanaan versus kasih seorang teman dalam Allah; ia menyimpulkan bahwa kematian temannya sangat mempengaruhinya karena kurangnya kasihnya dalam Allah. Hal yang ia dulunya cintai menjadi hal yang ia benci karena segalanya mengingatkannya akan apa yang hilang. Agustinus kemudian mengusulkan bahwa ia mulai mencintai kehidupannya yang penuh kesedihan lebih dari temannya yang sudah mati. Ia mengakhiri jilid ini dengan perenungannya bahwa ia telah berusaha mencari kebenaran melalui Manikheisme dan astrologi, tetapi anggota-anggota Gereja, yang ia klaim sebagai kurang berpengetahuan dan sombong, telah menemukan kebenaran melalui iman yang lebih besar di dalam Allah.
# Ketika Agustinus berusia 29 tahun, ia mulai kehilangan keyakinan dalam pengajaran Manikhean, sebuah proses uang dimulai ketika uskup Manikhean Faustus mengunjungi Kartago. Agustinus tidak terkesan dengan substansi dari Manikheisme, tetapi ia belum menemukan ajaran lain untuk menggantikannya. Ia merasa pasrah dengan dongeng-dongeng ini karena ia belum membentuk inti rohani untuk membuktikan kepalsuan mereka. Ia pindah untuk mengajar di Roma di mana sistem pendidikannya lebih disiplin. Ia tidak menetap lama di Roma karena ia diminta untuk mengajar di Milan, tempat ia bertemu dengan uskup [[Ambrosius]]. Ia memghargai gaya dan sikap Ambrosius, dan Ambrosius memaparkannnya kepada perspektif akan Allah yang lebih spiritual dan figuratif, yang membawanya menjadi seorang [[katekumen]] dalam Gereja.
# Khotbah-khotbah Ambrosius membawa Agustinus lebih dekat dengan Kekristenan, yang sermonsmulai ofia Ambroselebih drawsukai Augustineketimbang closerpilihan tofilosofis Catholicism, which he begins to favor over other philosophical optionslainnya. InDalam thisbagian sectionini, hispermasalahan personal troublespribadinya, includingtermasuk ambitionambisinya, continueberlanjut, athingga whichdi pointtitik hedi comparesmana aia beggarmembandingkan seorang pengemis, whoseyang drunkennesskemabukannya isadalah "temporalkebahagiaan happinesssementara"nya," withdengan hiskegagalannya hithertohingga failuresaat atitu discoveringuntuk happinessmenemukan kebahagiaan. {{Sfn|Bourke|1966|p=140}} Augustine highlights the contribution of his friends Alypius and Nebridius in his discovery of religious truth. Monica returns at the end of this book and arranges a marriage for Augustine, who separates from his previous concubine, finds a new mistress, and deems himself to be a "slave of lust."{{Sfn|Bourke|1966|p=158}}
# In his mission to discover the truth behind good and evil, Augustine is exposed to the [[Neoplatonist]] view of God. He finds fault with this thought, however, because he thinks that they understand the nature of God without accepting Christ as a mediator between humans and God. He reinforces his opinion of the Neoplatonists through the likeness of a mountain top: "It is one thing to see, from a wooded mountain top, the land of peace, and not to find the way to it… it is quite another thing to keep to the way which leads there, which is made safe by the care of the heavenly Commander, where they who have deserted the heavenly army may not commit their robberies, for they avoid it as a punishment."{{Sfn|Bourke|1966|p=193–94}} From this point, he picks up the works of the apostle Paul which "seized [him] with wonder."{{Sfn|Bourke|1966|p=194}}
# He further describes his inner turmoil on whether to convert to Christianity. Two of his friends, [[Simplicianus]] and Ponticianus, tell Augustine stories about the conversions of [[Marius Victorinus]] and [[Anthony the Great|Saint Anthony]]. While reflecting in a garden, Augustine hears a child's voice chanting "take up and read."<ref>[http://www.ccel.org/ccel/augustine/confess.ix.xii.html Confessions, Chapter XII]</ref> Augustine picks up a book of St. Paul's writings (codex apostoli, 8.12.29) and reads the passage it opens to, Romans 13:13–14: "Not in revelry and drunkenness, not in debauchery and wantonness, not in strife and jealousy; but put on the Lord Jesus Christ, and as for the flesh, take no thought for its lusts."{{Sfn|Bourke|1966|p=225}} This action confirms his conversion to Catholicism. His friend Alypius follows his example.