Kerajaan Wajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 32:
== Sejarah ==
=== Sejarah awal (sekitar 1400–1582) ===
Para ahli menghubungkan kemunculan Wajo dan negeri-negeri pedalaman lainnya di Sulawesi Selatan dengan [[pertanian intensif|intensifikasi pertanian]] danyang [[pemerintahandisertai terpusat|pemusatan politis]]kekuasaan pada sekitar abad ke-14, yangbuntut didukung olehdari naiknya permintaan luar kawasan bagi beras Sulawesi Selatan.{{sfnp|Druce|2009|pp=34–36}}{{sfnp|Pelras|1996|pp=100–103}} Populasi naik dengan pesat, dan pertanian berbasis [[peladangan]] pun digantikan dengan budidaya [[padi]] [[sawah|lahan basah]] intensif. Di sepanjang Sulawesi Selatan yang secara geografis berbentuk semenanjung ini, hutan-hutan [[deforestasi|dibuka]] dan permukiman-permukiman baru didirikan.{{sfnp|Pelras|1996|pp=98–100}} Orang-orang Wajo sendiri mengaitkan asal usul negeri mereka dengan migrasi dan pendirian permukiman-permukiman baru. Naskah ''[[Lontaraʼ Sukkuʼna Wajoʼ]]'' (''Sejarah Lengkap Wajo''), misalnya, meriwayatkan kisah seorang bangsawan Bugis yang menemukan wilayah dengan tanah terbuka, hutan yang berisikan banyak hewan buruan, serta danau-danau dengan ikan yang berlimpah.{{sfnp|Wellen|2014|p=27}} Ia lalu memutuskan untuk menetap di sana dan mendirikan negeri Cinnotabiʼ,{{sfnp|Abidin|1985|pp=348, 359}} yang bertransformasi menjadi Wajo pada awal abad ke-15.{{sfnp|Wellen|2014|p=24}}{{efn|Kisah asal-usul Wajo ini kontras dengan mitos pendirian negeri-negeri Sulawesi Selatan lainnya, yang umumnya diawali dengan kedatangan seorang ''tomanurung''.{{sfnp|Pelras|1971|p=178}}{{sfnp|Hafid|2016|pp=510, 515}}}}
 
Menurut tradisi, nama "Wajo" merujuk pada pohon ''bajoʼ''{{efn|Umumnya diidentifikasi sebagai tumbuhan dari genus ''[[Macaranga]]''.{{sfnp|Abidin|1985|p=403}}}} tempat penguasa Cinnotabiʼ La Tenribali{{efn|Juga dikenal sebagai La Tenriba atau La Tenribabbareng dalam beberapa naskah.{{sfnp|Abidin|1985|p=399}}}} mengadakan [[kontrak sosial]] dengan ketiga pemimpin di daerah yang disebut Boliʼ, yang kemudian menjadi wilayah inti Wajo.{{sfnp|Abidin|1983|pp=477–478}}{{sfnp|Wellen|2014|pp=25, 114}} La Tenribali ditunjuk untuk memimpin Boliʼ dengan gelar ''batara'' ('langit').{{sfnp|Abidin|1983|pp=477–478}} Menurut riwayat lontara, ''Batara'' Wajo ketiga, La Pateddungi To Samallangiʼ, dipaksa [[turun takhta]] oleh rakyatnya karena kelakuannya yang tidak bermoral. Ia lalu diusir keluar dari Wajo, dan dibunuh dalam perjalanannya oleh seorang bangsawan Wajo.{{sfnp|Abidin|1983|p=478}} Atas prakarsa seorang tokoh Wajo yang bernama [[La Tiringeng To Taba]],{{sfnp|Halim|2016|pp=196–197}} tata negara Wajo kemudian direformasi dengan pendirian sebuah dewan perwakilan. Dewan ini dimpimpin oleh seorang penguasa utama bergelar ''arung matoa'' ('raja yang dituakan'{{sfnp|Wellen|2014|p=174}}) yang diangkat melalui pemilihan. La Paléwo To Palippu dari Béttémpola dipilih oleh dewan sebagai ''arung matoa'' pertama Wajo.{{sfnp|Abidin|1983|pp=479–482}}