Kerajaan Wajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 143:
Gambaran ini dapat ditemui, antara lain, dalam adikarya sastra Bugis seperti ''[[La Galigo]]''. Lingkup pengetahuan budayanya yang luas dan ensiklopedis seringkali dimanfaatkan oleh masyarakat Bugis, termasuk orang Wajo, sebagai "rujukan" dalam menjalani kehidupan.{{sfnp|Koolhof|1999|pp=378–379, 385}} Penggalan naskah ''Galigo'' lazim disimpan dengan takzim dan dibacakan dalam upacara-upacara adat, termasuk di kalangan masyarakat rantau.{{sfnp|Wellen|2014|p=113}} Beberapa penggalan naskah ''Galigo'' tertua yang masih bertahan hingga sekarang disalin oleh seorang penulis Wajo di perantauan.{{sfnp|Tol|2020|pp=65–66, 69–71}}
 
Wajo juga merupakan salah satu negeri Bugis yang kaya akan beragam versi ''attoriolong'' atau kronik, sebuah langgam penulisan sejarah yang diilhami tradisi serupa di Gowa dan Bone.{{sfnp|Wellen|2014|p=13}}{{sfnp|Wellen|2021|p=1042}} Di antara negeri-negeri Sulawesi Selatan, tradisi penulisan sejarah dengan langgam ini cenderung tidak banyak berkembang; kronik pada umumnya disusun sekali saja dan hanya disalin tanpa banyak penambahan lanjutan.{{sfnp|Wellen|2021|p=1046}} Lain halnya dengan di Wajo. Salah satu sumber sejarah utama Wajo pada masa modern awal, ''Lontaraʼ Sukkuʼna Wajoʼ'', tergolong sangat panjang dan mendetail bila dibandingkan dengan kronik Bugis pada umumnya yang hanya berisi ringkasan riwayat pemerintahan setiap ''arung matoa''penguasa. Menurut tradisi, kronik ini disusun oleh ''Ranreng'' Béttémpola La Sangaji berdasarkan kumpulan catatan sejarah pada masa pemerintahan ''Arung Matoa'' La Mappajung (1764–1767), walaupun sepertinya naskahnya terus-menerus disempurnakan dengan pembaruan di kemudian hari, hingga menjadi setebal versi yang lazim dikenal saat ini.{{sfnp|Wellen|2014|pp=13, 172}}{{sfnp|Wellen|2021|p=1046}}
 
===Arsitektur dan pola permukiman===