Empu Supa Madrangki: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alarmbyinch (bicara | kontrib)
k Beberapa konteks kata kerja dan istilah
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 1:
{{rapikan}}
{{rujukan}}
'''Mpu Supo Madrangi''' adalah saudara kandung dari Mpu Tumenggung Supodriyo . Mpu Supodriyo suami dari Dewi Rasawulan, adik [[Sunan Kalijaga]]. Mpu Supo atau dikenal juga dengan Mpu Supa adalah Empu (Ahli keris) kerajaan [[Majapahit]] yang hidup di sekitar abad ke 15. Karya-karyanya yang termasyhur antara lain Keris Kyai Nagasasra, [[Kyai Sengkelat]] dan [[Kyai Carubuk]].
 
Dalam satu legenda dikisahkan Sunan Kalijaga meminta tolong untuk dibuatkan keris Coten-Sembelih (pegangan lebai untuk menyembelih [[kambing]]). Lalu oleh iaSunan Kalijaga di diberikanberikanlah biji besi yang ukurannya sebesar biji [[asam jawa]]. Mengetahui besarnya biji besi tersebut, Empu Supa sedikit terkejut. Ia berkata "besi ini bobotnya berat sekali, tidak seimbang dengan besar wujudnya dan tidak yakin apakah cukup untuk dibuat keris". Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.
 
Lalu Sunan Kalijaga berkata kalau besi itu tidak hanya sebesar biji asam jawa tetapi besarnya seperti gunung. Karena perkataan Sunan Kalijaga, pada waktu itu juga besi menjelma sebesar gunung.
Besi itu pun kemudian ditempa menjadi keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, sebab bentuk keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa(baca Nusantara) khas Majapahit, luk tiga belas. Karena berwarna kemerahan, keris itu dinamakan Kyai Sengkelat(bersemu [[merah]]) sedangkan jumlah luknya ada tiga belas.
 
Besi itu pun kemudian ditempa menjadi keris, kemudian diserahkan kepada Sunan Kalijaga. Akan tetapi anehnya begitu melihat bentuknya, seketika juga Sunan Kalijaga menjadi kaget, sampai beberapa saat tidak dapat berbicara karena kagum dan tersentuh perasaannya, sebab bentuk keris itu berbeda jauh sekali dengan yang dimaksudkan. Maksud semula untuk dijadikan pegangan lebai, ternyata yang dihasilkan keris Jawa(baca Nusantara) khas Majapahit, luk tiga belas. Karena berwarna kemerahan, keris itu dinamakan Kyai Sengkelat (bersemu [[merah]]) sedangkan jumlah luknya ada tiga belas.
 
Empu Supa diberi lagi besi yang ukurannya sebesar [[kemiri]]. Setelah dikerjakan, jadilah sebilah keris mirip pedang suduk(seperti [[golok]] atau [[belati]]). Begitu mengetahui wujud keris yang dihasilkann, sunan Kalijaga sangat senang hatinya dan dinamakan Kyai Carubuk.