Museum Taman Prasasti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het Europese kerkhof in Tanah Abang met het monument voor pastoor Van der Grinten TMnr 3728-786.jpg|jmpl|250px|Pekuburan orang Eropa di Tanah Abang ([[litografi]] oleh [[Josias Cornelis Rappard]], 1881-1889)]]
Semula Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun [[1795]]<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-02-17|title=6 Museum di Jakarta Pusat|url=https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/18/01450031/6-museum-di-jakarta-pusat|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2024-05-22}}</ref> untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang [[Museum Wayang]], yang sudah penuh. Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman ''Nieuw Hollandse Kerk'' pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, ''Hollandsche Kerk''.
 
Pemakaman ini resmi dibuka pada tanggal 28 September 1797, terletak di Jalan Kerkhoflaan dan memiliki luas total 5,9 hektar, tetapi orang sudah mulai dimakamkan di sini sejak tahun 1795.<ref>{{Cite web|last=Post|first=The Jakarta|title=Dutch cemetery rich with Jakarta history - Wed, September 10, 2008|url=https://www.thejakartapost.com/news/2008/09/10/dutch-cemetery-rich-with-jakarta-history.html|website=The Jakarta Post|language=en|access-date=2024-05-22}}</ref> Ketika memasuki pemakaman, pengunjung mendapat kesempatan langka untuk melihat bagian dari penduduk sejarah Jakarta yang telah lama dari abad ke-18. Pemakaman ini dibangun untuk menampung jumlah kematian yang meningkat akibat wabah penyakit di [[Batavia]]. Karena wabah ini, area pemakaman Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk Belanda, sekarang Museum Wayang), Binnenkerk (Gereja Portugis dalam kota), dan Gereja Sion (Gereja Portugis luar kota) penuh. Karena itu, beberapa batu nisan dari pemakaman-pemakaman ini dipindahkan ke pemakaman Kebon Jahe Kober.[https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Taman_Prasasti_Museum]
 
Pemakaman Kebon Jahe Kober terletak dekat sungai Kali Krukut. Sungai ini dulunya digunakan sebagai sarana transportasi untuk membawa jenazah ke pemakaman melalui perahu. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, taman ini digunakan sebagai pemakaman Kristen. Dalam dua tahun pertama, taman ini dikelola oleh Yayasan Verberg dan selama dua puluh tahun berikutnya dikelola oleh Yayasan Palang Hitam.[https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Taman_Prasasti_Museum]
 
Dari tahun 1967 hingga 1975, pemakaman ini dikelola oleh lembaga pemakaman Jakarta. Pada tahun 1975, pemakaman ini ditutup untuk pembangunan kantor walikota Jakarta Pusat. Atas permintaan pemerintah setempat, beberapa jenazah dipindahkan oleh keluarga sedangkan yang lain dibawa ke pemakaman Tanah Kusir di Jakarta Selatan. Banyak batu nisan, patung, dan arca yang dipindahkan dan rusak selama pembangunan kantor tersebut, dan sekarang hanya 32 batu nisan yang tetap berada di posisi aslinya. Ukuran pemakaman juga berkurang dari lahan aslinya yang berukuran 5,9 hektar menjadi 1,3 hektar. Hanya 1.372 dari sekitar 4.200 batu nisan yang dipilih untuk tetap dipertahankan di pemakaman. Pemakaman ini secara resmi diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti pada tanggal 9 Juli 1977 oleh Ali Sadikin, mantan gubernur Jakarta. Sejak tahun 2003, museum ini dikelola oleh manajemen Museum Sejarah Jakarta.[https://en.wiki-indonesia.club/wiki/Taman_Prasasti_Museum]
 
Pada tanggal [[9 Juli]] [[1977]], pemakaman Kebon Jahe Kober dijadikan museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer, dan perunggu. Karena perkembangan kota, luas museum ini kini menyusut tinggal hanya 1,3 ha saja.