Museum Islam Samudra Pasai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
 
Museum Islam Samudra Pasai memiliki visi sebagai sarana informasi, edukasi, dan relaksasi. Misi museum ini meliputi beberapa tujuan utama. Pertama, mewujudkan fungsi museum sebagai sarana pelestarian cagar budaya. Kedua, menjadikan Museum Islam Samudra Pasai sebagai pusat penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan nilai-nilai positif yang terkandung dalam tinggalan budaya Samudra Pasai. Ketiga, mengoptimalkan museum sebagai salah satu pilar sumber pengembangan dan pemanfaatan potensi cagar budaya dalam berbagai bidang seperti pariwisata, kreativitas seni, pengajaran, dan lain sebagainya melalui kegiatan interaktif dan edukatif yang berkesinambungan.<ref>{{Cite web|title=Museum Islam Samudra Pasai Kabupaten Aceh Utara - Sistem Registrasi Nasional Museum|url=https://10.24.26.63/museum/profile/museum+islam+samudra+pasai+kabupaten+aceh+utara|website=Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud|language=en|access-date=2024-05-18}}</ref>
 
== Informasi selengkapnya ==
Museum ini memiliki luas 2850 meter persegi dan berlokasi di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Museum ini merupakan bagian dari Kompleks Monumen Islam Samudra Pasai yang mencakup total luas 7,5 hektar. Pengunjung dapat mencapai museum ini melalui Jalan Nasional Banda Aceh Medan dan Jalan Malikussaleh, yang terletak sekitar 5 kilometer dari pusat perdagangan di kota Geudong. Lokasi museum ini dekat dengan area pemakaman Sultan Al Malik As Shalih, pendiri Kerajaan Islam Samudra Pasai yang dikenal di Asia Tenggara pada masa itu.<ref name=":0">{{Citation|title=Profil Museum Samudra Pasai|url=https://www.youtube.com/watch?v=PhBQNMuo3Ko|date=2019-11-29|accessdate=2024-05-18|last=scoremia}}</ref>
 
Desain museum ini bergaya kubah, yang meniru gaya bangunan abad ke-13 Masehi. Pada abad tersebut, di Asia Tenggara, berdiri sebuah struktur pemerintahan Islam yang dikenal sebagai Bandar Sumatra atau Kerajaan Islam Samudra Pasai. Selain kubah, bangunan museum ini juga dihiasi dengan replika lentera yang terdapat pada setiap tiang pagar dan motif di beberapa dinding museum. Ornamen lentera adalah ciri khas Islam Samudra Pasai yang ditemukan di beberapa makam, termasuk makam Sultanah Nahrasyiah, seorang ratu yang memerintah pada periode ketiga Kerajaan Islam Samudra Pasai. Bukti arkeologis ini menginspirasi arsitek museum untuk mengintegrasikan bentuk lentera dalam desain bangunan. Sejumlah sejarawan menyatakan bahwa misykah/lentera berarti cahaya, istilah yang merujuk pada ulama dan pemimpin Islam.<ref name=":0" />
 
== Referensi ==