Museum Islam Samudra Pasai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sofi Solihah (bicara | kontrib)
Baris 40:
 
== Informasi selengkapnya ==
Museum ini memiliki luas 2850 meter persegi dan berlokasi di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Museum ini merupakan bagian dari Kompleks Monumen Islam Samudra Pasai yang mencakup total luas 7,5 hektar. Pengunjung dapat mencapai museum ini melalui Jalan Nasional Banda Aceh Medan dan Jalan Malikussaleh, yang terletak sekitar 5 kilometer dari pusat perdagangan di kota Geudong. Lokasi museum ini dekat dengan area pemakaman Sultan Al Malik As Shalih, pendiri Kerajaan Islam Samudra Pasai yang dikenal di Asia Tenggara pada masa itu.<ref name=":0">{{Citation|title=Profil Museum Samudra Pasai|url=https://www.youtube.com/watch?v=PhBQNMuo3Ko|date=2019-11-29|accessdate=2024-05-18|last=scoremia}}</ref>
 
Museum tersebut merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara. Koleksi yang dipamerkan di museum mencakup berbagai jenis, seperti koleksi Filologika (ilmu tentang bahasa dan tulisan), Historika (sejarah), Numismatika (koleksi uang kuno), Etnografika (budaya dan kehidupan masyarakat), serta Seni Rupa (karya seni visual).<ref>{{Cite web|title=Museum Islam Samudra Pasai|url=https://museum.co.id/directory-museum/listing/museum-islam-samudra-pasai-2/|website=museum.co.id|language=en-US|access-date=2024-05-18}}</ref>
 
Desain museum ini bergaya kubah, yang meniru gaya bangunan abad ke-13 Masehi. Pada abad tersebut, di Asia Tenggara, berdiri sebuah struktur pemerintahan Islam yang dikenal sebagai Bandar Sumatra atau Kerajaan Islam Samudra Pasai. Selain kubah, bangunan museum ini juga dihiasi dengan replika lentera yang terdapat pada setiap tiang pagar dan motif di beberapa dinding museum. Ornamen lentera adalah ciri khas Islam Samudra Pasai yang ditemukan di beberapa makam, termasuk makam Sultanah Nahrasyiah, seorang ratu yang memerintah pada periode ketiga Kerajaan Islam Samudra Pasai. Bukti arkeologis ini menginspirasi arsitek museum untuk mengintegrasikan bentuk lentera dalam desain bangunan. Sejumlah sejarawan menyatakan bahwa misykah/lentera berarti cahaya, istilah yang merujuk pada ulama dan pemimpin Islam.<ref name=":0" />