Bahasa Melayu Kotawaringin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 30:
Bahasa Melayu Kotawaringin adalah sebutan untuk bahasa yang digunakan oleh masyarakat beretnis [[Suku Melayu|Melayu]] dan [[Suku Dayak|Dayak]] di [[Kabupaten Kotawaringin Barat]] dan daerah di sekitarnya. Penuturnya lebih sering menyebutnya sebagai ''basa Teringin'', begitupun dengan identitas mereka yang diakui sebagai ''urang Teringin''. Bahasa ini memiliki banyak kemiripan dengan bahasa-bahasa pada [[rumpun bahasa Ibanik]]. Bahasa Melayu Kotawaringin juga memiliki banyak kosakata serapan dari [[bahasa Banjar]].<ref>{{Cite web|date=2017-04-19|title=Sekilas tentang Pangkalan Bun {{!}} {{!}} Bea Cukai Pangkalan Bun|url=https://bcpangkalanbun.beacukai.go.id/sekilas-tentang-pangkalan-bun/|language=id-ID|access-date=2022-03-22}}</ref> Akulturasi ini terjadi pada masa berdirinya Kesultanan Kotawaringin di Kotawaringin Lama. Pengaruh bahasa Banjar tersebut bisa terjadi dikarenakan pendiri Kesultanan Kotawaringin adalah seorang pangeran [[Kesultanan Banjar]] yang bernama [[Ratu Bagawan dari Kotawaringin|Adipati Antakasuma]], ia adalah anak dari Sultan Banjar ke-4 [[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Mustainbillah]] dan saudara dari Sultan Banjar ke-5 [[Inayatullah dari Banjar|Sultan Inayatullah]]. Rombongan Adipati Antakasuma datang ke Kotawaringin untuk mendirikan sebuah pemerintahan dan membuat perjanjian dengan masyarakat Dayak setempat, perjanjian itu dilaksanakan di desa Pandau antara Adipati Antakasuma dengan Demang Petinggi kepala suku Dayak setempat pada masa itu. Perjanjian tersebut dilakukan dengan bermaterai darah dari dua orang yang dikorbankan. Hingga saat ini, perjanjian itu dikenal dengan nama Panti Darah Janji Samaya yang monumennya masih terletak di desa Pandau, kecamatan Arut Utara. Perjanjian tersebut akhirnya membuat rombongan Adipati Antakasuma yang mayoritas merupakan masyarakat [[Suku Banjar|Muslim Banjar]] dapat hidup berdampingan dengan masyarakat setempat, sehingga terjadilah akulturasi budaya.<ref>{{Cite web|last=Febriyana|first=Wahyu|title=Kota Manis Pangkalan Bun dan Sejarah Panjangnya|url=https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/647/kota-manis-pangkalan-bun-dan-sejarah-panjangnya|website=mmckalteng|language=id|access-date=2022-03-22}}</ref>
 
Bahasa TeringinMelayu Kotawaringin sudah dituturkandigunakan sejak sebelum ibukota Kesultanan Kotawaringin dipindahkan ke [[Pangkalan Bun]] oleh [[Padoeka Ratoe Iman Oeddin|Sultan Imanuddin]], Sultan Kotawaringin ke-9 pada awal abad ke-19 (sekitar tahun 1806–1811), hal ini dibuktikan dengan masih berkembangnyadigunakannya bahasa TeringinMelayu Kotawaringin di Kotawaringin Lama dan bahkan Kota Pangkalan Bun diresmikan oleh Sultan Imanuddin dengan nama ''"Sukabumi Kutaringin Baru Pongkalan Bu'un''", dimana nama ''"Pongkalan Bu'un''" diambil dari nama Sungai Bu'un. Hingga kinisaat ini, bahasa TeringinMelayu Kotawaringin masih terus dituturkandigunakan di Pangkalan Bun dan bahkan penuturnya terus berkembang.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Singkat|url=https://portal.kotawaringinbaratkab.go.id/id/sejarah-singkat|website=portal.kotawaringinbaratkab.go.id|access-date=2022-03-22}}</ref>
 
== Penulisan ==