Kauman, Kauman, Ponorogo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →top: clean up, removed stub tag |
1813 Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 18:
Berdasarkan riwayat tutur masyarakat setempat, tokoh yang memulai ''babad alas'' (membuka hutan) adalah Mbah Solo (Ki Bekel Wiryodikromi Niti) yang diperkirakan dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Makam Mbah Solo terletak di Pesarean Kedung Pawon, Damar, Kauman. Selain itu muncul nama Mbah Dulah Srengat sebagai cikal-bakal Kauman yang dimakamkan di Pesarean Oro-oro. Di samping itu pada periode Kabupaten Sumoroto muncul tokoh Kyai Mukarom yang menyebarkan agama Islam di Kauman. Berikut sekilas cerita tuturnya:
Ketika Bupati Blora masih temanten baru, sudah begitu agak lama istrinya belum juga bisa rukun atau ''atut'' (dalam bahasa jawa). Akhirnya mencari cara (''minta sroyo'') dalam bahasa jawa menyuruh kepada aparat Kabupaten supaya mencari di mana ada orang yang pandai dan mampu untuk dimintai bantuan. Akhirnya Kanjeng Bupati mendengar berita bahwa di daerahnya ada orang yang ''linuwih'' yaitu Kyai Mukarom. Lalu Beliau tidak sabar agi segera menyuruh datang Kyai Mukarom. Sesudah Kyai Mukarom datang, Bupati memerintah/menugaskan untuk memberi ''jampi–jampi''/upaya spiritual supaya nurut dan mau dekat dengan Sang Bupati. Akhirnya Kyai Mukarom mau melaksanakan perintah. Untuk itu Kyai Mukarom dengan ilmunya ''nyipta Sima'' (membuat macan gadungan), ''pamrihe''/terkandung maksud garwane Sang Bupati ketakutan dan mau mendekat kepada Sang Bupati. Tetapi ternyata salah dugaannya, begitu istri Bupati melihat ''Sima''/Macan berteriak histeris karena ketakutan dan lari tunggang langgang mendekat dan memeluk Kyai Mukarom, dan tidak memeluk pada ''garwane'' yaitu Kanjeng Bupati. Kanjeng Bupati begitu tahu peristiwa tersebut akhirnya punya prasangka buruk/curiga pada Kyai Mukarom, selanjutnya Bupati marah dan menyuruh Kyai Mukarom untuk pergi meninggalkan tempat. Perjalanan Kyai Mukarom dari Kabupaten Blora menuju ke suatu daerah yang arahnya di sebelah barat Gunung Wilis.kyai Mukarom membuka lahan (bahasa Jawa ''babat alas''). Lahan yang dibuka tadi diberi nama dukuh Damar. Mengapa dinamakan dukuh Damar karena hati Sang Kyai masih samar karena masih ada rasa takut dari ancaman Kanjeng Bupati Blora. Karena masih ada rasa was–was, Kyai Mukarom terus pindah–pindah dan akhirnya menetap di Desa Kauman, karena tempat itu dihuni oleh komunitas orang–orang Islam (para ulama) yang berada di sebelah barat alun–alun Sumoroto. Di situ ada Masjid Agung yang didirikan pada masa memerintahan Bupati Sumoroto yang bernama Raden Tumenggung Somanegara ± tahun
Di sebelah utara Masjid Kauman ada desa (sekarang dusun) Kepekan, dan di situ ada makam/''pesarehan'' Kyai Patih Sumoroto yang bernama Kyai Haji Djoyodiwiryo. Kyai Mukarom sebagai pengulu pertama dan tokoh pendidikan agama, setelah meninggal dimakamkan di belakang Masjid Agung Kauman.
|