Pinisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 4:
Istilah '''pinisi''', '''pinisiq''', '''pinisi'''', atau '''phinisi''' mengacu pada jenis sistem layar (''rig''), tiang-tiang, layar, dan konfigurasi tali dari suatu jenis kapal layar [[Indonesia]]. Sebuah pinisi membawa tujuh hingga delapan layar dengan dua tiang, diatur seperti ''gaff-ketch'' dengan apa yang disebut ''standing gaffs'' — yaitu, tidak seperti kebanyakan kapal Barat yang menggunakan sistem layar semacam itu, kedua layar utama tidak dibuka dengan menarik galahnya ke atas, tetapi layarnya 'ditarik keluar' seperti tirai dari sekitar tengah tiang.
 
Seperti kebanyakan kapal layar Indonesia, kata 'pinisi' hanya menyebut jenis sistem layar, dan tidak merujuk pada bentuk lambung kapal yang menggunakan layar tersebut. Kapal dengan layar pinisi sebagian besar dibangun oleh masyarakat desa Ara yang berbahasa Makassar dialek Konjo pesisir, sebuah desa di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, dan banyak digunakan oleh pelaut suku Makassar sebagai kapal kargo (lihat pula [[#Kesalahpahaman umum mengenai pinisi]]). Pada tahun-tahun sebelum hilangnya angkutan bertenaga angin dalam rangka motorisasi armada perdagangan tradisional Indonesia pada tahun 1970/80-an, kapal yang menggunakan sistem layar pinisi adalah kapal layar Indonesia terbesar.
 
[[UNESCO]] menetapkan seni pembuatan kapal Pinisi sebagai Karya Agung Warisan Manusia yang Lisan dan Takbenda pada Sesi ke-12 Komite Warisan Budaya Unik pada tanggal 7 Desember 2017.<ref>{{cite news|url=https://en.tempo.co/read/news/2017/12/10/114913983/UNESCO-Acknowledges-Pinisi-as-Intangible-Cultural-Heritage|title=UNESCO Acknowledges Pinisi as Intangible Cultural Heritage|newspaper=Tempo|accessdate=10 December 2017}}</ref>