Antropologi teknologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 125.165.104.9 (bicara) ke revisi terakhir oleh Hendri Saleh Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
penggunaan teknologi pada masa primitif |
||
Baris 13:
Antropologi Teknologi merupakan salah satu jawaban atas anggapan bahwa Teknologi melulu membahas eksakta yang rumit dan membosankan. Ada juga yang beranggapan produk-produk Teknologi tidak terlalu membutuhkan sarana promosi bahkan sosialisasi.
Bidang kajian lainnya adalah sejarah teknologi, yaitu teknologi yang dipakai masyarakat pada masa lalu. Kajian ini memang hanya dapat dilakukan melalui [[arkeologi]]. Namun karena yang dikaji adalah teknik, maka menjadi ruang lingkup Antropologi Teknologi.
Baris 19:
Hal ini dapat mencakup pendekatan fenomenologi seperti bagaimana orang merasakan, melihat, mengindra, mencium, dan menangkap melalui tubuh ketika teknologi dipraktikkan dan produk tertentu digunakan. Antropologi Teknologi juga menekankan keterampilan dan pengetahuan tubuh; bahwa teknologi tidak dapat dipraktikkan tanpa menggunakan ''muscle memory'' yang ada di luar pembelajaran mental.<ref>Ingold, Tim (2001). "Beyond art and technology: the anthropology of skill". dalam Schiffer, Michael Brian (ed.). ''Anthropological Perspectives on Technology''. Albuquerque: Amerind Foundation, New World Studies Series 5. University of New Mexico Press. hlm. 17 - 45</ref>
== Awal
Bryan Pfaffenberger menulis, bahwa ketertarikan antropolog terhadap teknologi muncul pada abad 19. Ketika itu banyak antropolog menggunakan teknologi sebagai perangkat untuk melakukan klasifikasi dan pengelompokan manusia. Hal ini banyak digunakan pada Antropologi Biologi.
Para antropolog pada abad 19 berfokus pada teknologi sebagai mekanisme untuk melakukan klasifikasi dan pengelompokan manusia. Gagasan tersebut bersumber pada asumsi bahwa penemuan tersebut berfungsi untuk mengangkat masyarakat dari kondisi primitif, sederhana dan "biadab" menjadi masyarakat yang beradab dan kompleks, seperti yang dicontohkan dalam karya Lewis Henry Morgan. Perdebatan tersebut berfokus pada apakah praktik teknis tertentu diperoleh melalui penemuan, difusi, atau migrasi.<ref name=":0">Brunn, Maja Hojer; Wahlberg, Ayo (2022). "The Anthropology of Technology: the formation of a field". In Bruun, Maja Hojer (ed.). ''The Palgrave Handbook of the Anthropology of Technology''. Singapore: Palgrave Macmillan. pp. 1–33. ISBN <bdi>978-981-16-7083-1</bdi>.</ref> ▼
Lebih jauh Bryan Pfaffenberger mengatakan, Antropologi Teknologi dibutuhkan untuk menjelaskan penemuan alat-alat kerja yang diasumsikan digunkana manusia purba. "Antropologi Teknologi akan berfungsi untuk membuktikan masyarakat primitif sudah naik kelas dari kondisi sederhana dan kurang berbudaya menjadi masyarakat yang lebih kompleks dan berbudaya," ujarnya.<ref name=":1" />
▲
Pada awal abad 20, para antropolog juga menolak bagaimana museum etnologi menggunakan artefak untuk mendemonstrasikan tahapan-tahapan evolusi budaya. Menurut mereka kebudayaan adalah sesuatu yang memiliki kompleksitas tersendiri. Bronislaw Malinowski mengecam “antusiasme teknologi” para etnolog tersebut, dan bersikeras bahwa teknologi dalam masyarakat seperti itu harus dipelajari secara holistik, sebagai bagian dari formasi yang kompleks dan saling terhubung dengan banyak hal, untuk menempatkan antropologi pada pijakan yang lebih ilmiah.<ref name=":0" /> Pada dekade-dekade berikutnya, di negara-negara berbahasa Inggris, para pemikir melihat munculnya degradasi studi budaya material ke museum etnologi, karena para antropolog lebih memilih mempelajari budaya sebagai ciptaan mental (mental creation) dan memisahkan teknologi dari pengkajian di ranah budaya.<ref>Ingold, Tim (1997). "Eight themes in the anthropology of technology. Social Analysis". ''The International Journal of Social and Cultural Practice''. '''41''' (1): 106–138.</ref>
|