Ismail Mu'abidin Riayat Shah dari Perak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syah7 (bicara | kontrib)
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Sultan Ismail Muabidin Riayat Shah"
 
Syah7 (bicara | kontrib)
 
Baris 16:
Sejak ditandatangani nya Perjanjian Pangkor pada 20 Januari 1874 antara pihak Inggris dan Raja Abdullah, ia telah telah kehilangan gelar nya sebagai seorang Sultan Perak yang berdaulat dan melantik Raja Abdullah sebagai penggantinya. Hal ini kemudian membuat ia marah termasuk kepada Residen Inggris J.W.W. Birch.
 
Persengketaan dimulai apabila Residen J.W.W. Birch mendatanginya di wilayah Belanja untuk mendapatkan alat-alat kebesaran kesultanan guna penobatan Raja Abdullah sebagai Sultan yang baru. Namun tindakan ini mendapatkan pertentangan dan kemarahan dari Baginda. Semenjak saat itu, Baginda terus berupaya untuk menhapuskanmenghapuskan pengaruh koloni Inggris dan J.W.W. Birch dari wilayah Perak
 
== Melarikan diri dan dibuang negeri ==
Setelah inseden pembuhunan J.W.W. Birch, tentara Inggris hendak menangkap Sang Sultan karena telah diduga telah bersekongkol dan menjadi dalang daripada pembunuhan tersebut. Namun, baginda berhasil melarikan diri beserta pengikut-pengikutnya dari wilayah Belanja hingga ke Kedah dengan cara menaiki gajah dan menumbangkan pohon-pohon yang besar dengan tujuan untuk membuah lengah tentara Inggris.
 
Pada pertengahan Januari 1876, Sultan Ismail beserta pengikutnya telah sampai di wilayah Kedah dan langsung menghadap Sultan Kedah, Sultan Zainul Rashid II, untuk meminta perlindungan darinya. Sultan Kedah yang saat itu mengalami dilema karena merasa serba salah untuk melindungi orang yang dicari pihak Inggris, telah pergi ke Penang untuk menghadap Letnan Kolonel Anson. Hasil dari pertemuan tersebut, Letnan Kolonel Anson telah memerintahkan Sultan untuk memperbolehkan Sultan Ismail untuk masuk ke wilayah Kedah kemudian baru menangkap dan menyerahkan nya kepada Letnan Kolonel Anson di Pulau Pinang. Pada 17 Maret 1876, Sultan Ismail telah sampai di Kuala Kedah dan pada 20 Maret 1876 Sultan Ismail beserta 18 orang pengikutnya telah dibawa untuk berjumpa Letnan Kolonel Anson di Pulau Pinang. Perempuan dan anak-anak beserta 27 ekor gajah yang ada dalam rombongan semuanya ditinggalkan di Kedah. {{Quote|"Pada 23 Mac (1876), Raja Ismail telah dibawa ke pejabat saya di Pulau Pinang, dan beliau teahtelah menyerahkan kepada saya segala Alat Kebesaran Kerajaan Negeri Perak. Saya dapati beliau seorang tua yang baik (gentleman) dan menyukakan hati. Saya sangat belas kasihan kepadanya. Oleh sebab Alat Kebesaran itu ada di tangan beliau, itu menunjukkan beliau telah jadi Sultan (Perak) yang sebenarnya...Adalah satu kesilapan besar melantik (Raja) Abdullah yang tak ada apa gunanya itu."|Haji Buyong bin Adil (1981), Sejarah Perak, Dewan Bahasa & Pustaka (Kuala Lumpur, hlm. 141)}}
 
== Wafat ==