Kemerajaan dan kerajaan Allah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 48:
[[R. T. France]] menunjukkan bahwa meskipun konsep "Kerajaan Allah" memiliki makna yang intuitif di kalangan umat Kristen awam, nyaris tidak ada kata mufakat di kalangan sarjana mengenai maknanya di dalam Perjanjian Baru.<ref name=FranceK1>''Divine Government: God's Kingship in the Gospel of Mark'' oleh R.T. France (2003) {{ISBN|1573832448}} hlmn. 1–3</ref> Beberapa sarjana mengartikannya sebagai gaya hidup Kristen, beberapa lagi mengartikannya sebagai metode pewartaan Injil ke seluruh dunia, dan beberapa lagi mengartikannya sebagai penemuan kembali karunia-karunia karismatik, sementara sarjana-sarjana lain mengaitkannya bukan dengan keadaan kini maupun nanti, melainkan dengan [[dunia yang akan datang]].<ref name=FranceK1/> R. T. France mengemukakan bahwa frasa Kerajaan Allah acap kali ditafsirkan dengan beragam cara supaya cocok dengan agenda teologis mufasirnya.<ref name=FranceK1/>
Di dalam [[Perjanjian Baru]], [[takhta Tuhan|Takhta Allah]] dikilatkan dalam beberapa bentuk,<ref name= "Kittel p. 164-166">{{cite book |last=Kittel |first=Gerhard |title=Theological Dictionary of the New Testament, Volumes 3-4 |year=1966 |publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing |isbn=0-8028-2245-2 |pages=164–166}}</ref> antara lain [[Surga (Kekristenan)|Surga]] sebagai Takhta Allah, Takhta [[Daud]], Takhta Kemuliaan, Takhta [[Grace (Christianity)|Kerahiman]], dan banyak lagi yang lain.<ref name= "Kittel p. 164-166"/> Perjanjian Baru
== Agama Islam ==
|