Perang Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dirga udara (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
tolong jangan dihapus bagian ini
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext pranala ke halaman disambiguasi
Baris 124:
===Pemakaman Kerkhof Poucut Belanda===
Banyak korban Belanda dalam Perang Aceh dimakamkan di [[Pemakaman Kerkhof Peucut]] (juga disebut Pemakaman Peutjoet atau Peutjut), pemakaman militer Belanda terletak di dekat pusat [[Banda Aceh]] di sebelah [[Museum Tsunami Aceh]]. Kerkhoff Poucut tercatat sebagai pemakaman militer Belanda terbesar di luar Belanda. Terdapat sekitar 2.200 kuburan tentara Belanda serta rekrutan dari Ambon, Manado dan Jawa, serta beberapa jenderal Belanda.<ref>Hotli Semanjuntak, '[http://www.thejakartapost.com/news/2012/03/20/kerkhoff-poucut-cemetery-testifying-aceh-war.html Kerkhoff Poucut Cemetery, testifying to the Aceh War'], ''The Jakarta Post'', 20 Maret 2012.</ref>
 
== Tanggapan ==
* Ketika perang kolonial Belanda di Aceh hampir memasuki seperempat abad, Letnan Kolonel infantri purnawirawan G.B. Hooijer yang pernah bertugas di Aceh menulis dalam ikhtisar umum bukunya ''De Krijgsgeschiedenis van Nederlansch Indië van 1811 tot 1894'', jilid III (terakhir, setebal 480 halaman), tahun 1895, pada halaman 5 sebagai berikut:
 
:''Tidak ada pasukan [[Diponegoro]] atau [[Sentot Prawirodirdjo|Sentot]], baik orang-orang [[Perang Padri|Padri]] yang fanatik maupun rombongan orang-orang [[Perang Bali|Bali]] atau massa berkuda orang-orang [[Bone]], seperti yang pernah diperagakan oleh para pejuang Aceh yang begitu berani dan tak takut mati menghadapi serangan, yang begitu besar menaruh kepercayaan pada diri sendiri, yang sedemikian gigih menerima nasibnya, yang cinta kemerdekaan, yang bersikap sedemikian fanatik seolah-olah mereka dilahirkan untuk menjadi gerilyawan bangsanya. Oleh sebab itu perang Belanda di Aceh akan tetap menjadi sumber pelajaran bagi pasukan kita. Dan karena itu pula saya menganggap tepat sekali jika jilid III atau terakhir sejarah perang (Belanda di [[Hindia Belanda]]) itu seluruhnya saya peruntukkan guna menguraikan peperangan di Aceh.''<ref>Zentgraaf, H.C. 1983. [http://books.google.co.id/books?ei=DGsQUq-oBsyprAfW7YG4CQ&hl=id&id=mKxwAAAAMAAJ&dq=inauthor%3A%22H.+C.+Zentgraaff%22&q=dipo#search_anchor Aceh]. Jakarta: Penerbit Beuna. (terjemahan oleh Aboe Bakar)</ref>
 
* ''Namun dari semua pemimpin peperangan kita yang pernah bertempur di setiap pelosok kepulauan kita ini, kita mendengar bahwa tidak ada satu bangsa yang begitu gagah berani dan fanatik dalam peperangan kecuali bangsa Aceh; wanita-wanitanya pun mempunyai keberanian dan kerelaan berkorban yang jauh melebihi wanita-wanita lain.''<ref>''Idem'' hal. 63</ref>
 
== Lihat juga ==