Kota Lhokseumawe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herryz (bicara | kontrib)
Sekda
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
menambahkan pranala
Baris 46:
'''Kota Lhokseumawe''' ({{Lang-ace|2=Lhôk Seumaw‘èë|Aceh}}) adalah sebuah [[kota]] yang berada di provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]].<ref name="Permendagri-137-2017">{{cite web|url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017 |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 3 Oktober 2019 |archive-url= https://archive.org/details/PermendagriNo.137Tahun2017/mode/2up |archive-date= 29 Désémber 2018}}</ref><ref name="Permendagri-72-2019">{{cite web|url= http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/pm/Permendagri%20No%2072%20Th%202019+lampiran.pdf |title= Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan |archive-url= https://archive.org/details/permendagriindonesia722019 |archive-date= 25 Oktober 2019 |publisher= Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia |access-date= 15 Januari 2020}}</ref> Kota ini berada persis di tengah-tengah jalur timur Sumatra. Berada di antara [[Banda Aceh]] dan [[Medan]], sehingga kota ini merupakan jalur vital distribusi dan perdagangan di Aceh. Pada tahun [[2021]], jumlah penduduk kota Lhokseumawe sebanyak 190.903 jiwa dengan kepadatan 1.054 jiwa/km².<ref name="DUKCAPIL"/>
 
Kota Lhokseumawe, Aceh, dengan ketinggian 2-24 meter di atas permukaan laut memiliki luas wilayah 181,06&nbsp;km² yang dibagi dalam 4 kecamatan yaitu Kecamatan Blang Mangat dengan luas wilayah 56,12&nbsp;km², Kecamatan Muara Dua luas wilayah 57,80&nbsp;km², Kecamatan Muara Satu luas wilayah 55,90&nbsp;km² dan Kecamatan Banda Sakti luas wilayah 11,24&nbsp;km². Keempat kecamatan ini terdiri dari 9 kemukiman dan 68 desa/[[gampong]].
 
== Sejarah ==
Baris 54:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Straatgezicht in Lhokseumawe Atjeh TMnr 60038921.jpg|260px|jmpl|kiri|Pemandangan jalan di Lhokseumawe pada masa [[Hindia Belanda]]]]
 
Sebagian warga masih menyebut Lhokseumawe sebagai ''Kota Petro Dolar'', seiring masa kejayaan Mobil Oil, PT Arun, dan sejumlah proyek vital lainnya di Lhokseumawe. Kawasan ini sudah memainkan perannya sejak kemunculan [[Kesultanan Samudera Pasai|Kerajaan Samudera Pasai]] sekitar abad ke-13. Lhokseumawe terus memainkan peran penting saat menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh sejak tahun 1524, masa kolonial dan perang kemerdekaan.
 
Peran penting Kota Lhokseumawe dalam sejarah Aceh bisa terlihat dari banyaknya situs bersejarah (dari abad 11 M-20 M) di seantero kota yang membawahi lima kecamatan ini. Di antaranya, tiang gantung atau tempat Teuku Chik Di Tunong dieksekusi, Benteng Tentara Jepang, Makam Teungku Lhokseumawe, Makan Tgk Chik Ditunong.
Baris 62:
Sayangnya, belum banyak upaya untuk melestarikan situs-situs bersejarah ini. Padahal, jika dikelola secara profesional dan dikemas secara menarik, semua situs bersejarah ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Lhokseumawe. Sejumlah rujukan juga mengarahkan bahwa sektor wisata (sejarah) akan memberikan pendapatan dalam jangka panjang, dibandingkan dengan ekploitasi hasil alam. Hanya perlu kemauan dan inovasi bagi kita untuk mengelola warisan orang terdahulu.
 
Sebelum abad ke-20, negeri ini telah diperintah oleh [[Ulèëbalang|Uleebalang]] Kutablang. Tahun 1903, setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai dan dijajah Belanda. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe menjadi ''Bestuur Van Lhokseumawe'' dengan ''Zelf Bestuurder'' adalah Teuku Abdul Lhokseumawe yang tunduk di bawah ''Aspiran Controeleur''. Di Lhokseumawe, berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.
 
Pada dasawarsa kedua abad ke-20 itu, di antara seluruh daratan Aceh, Kota Lhokseumawe sebagai salah satu pulau kecil dengan luas sekitar 11&nbsp;km² yang dipisahkan dengan [[Sungai Krueng Cunda]] diisi bangunan-bangunan Pemerintah Umum, Militer, dan Perhubungan [[Kereta api|Kereta Api]] oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desa (Gampong) Kampung [[Keude Aceh, Banda Sakti, Lhokseumawe|Keude Aceh]], Kampung Jawa, Kampung Kutablang, Kampung [[Mon Geudong, Banda Sakti, Lhokseumawe|Mon Geudong]], Kampung [[Tumpok Teungoh, Banda Sakti, Lhokseumawe|Teumpok Teungoh]], Kampung [[Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Lhokseumawe|Hagu]], Kampung [[Uteun Bayi, Banda Sakti, Lhokseumawe|Uteuen Bayi]], dan Kampung [[Ujong Blang, Banda Sakti, Lhokseumawe|Ujong Blang]] yang keseluruhannya baru berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak di sebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan.<ref>{{Cite news|url=https://aceh.tribunnews.com/2014/01/26/lhokseumawe-kota-penuh-jejak-sejarah|title=Lhokseumawe, Kota Penuh Jejak Sejarah|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-10-24|last=Bakri|archive-date=2019-10-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20191024142801/https://aceh.tribunnews.com/2014/01/26/lhokseumawe-kota-penuh-jejak-sejarah|dead-url=no}}</ref>
 
=== Masa Kemerdekaan ===
Pada tanggal 21 September dan 22 September 1953, Pasukan [[DI/TII]] menyerang Lhokseumawe sebanyak dua kali. Kedua serangan tersebut digagalkan oleh TNI.<ref>{{cite web |last1=Putra |first1=Bisma Yadhi |title=Perang Tiga Hari Tiga Malam di Kota Lhokseumawe |url=https://kinija.id/perang-tiga-hari-tiga-malam-di-kota-lhokseumawe/ |website=kinija.id |publisher=Kinja |access-date=9 Maret 2023 |archive-date=2023-03-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230309110455/https://kinija.id/perang-tiga-hari-tiga-malam-di-kota-lhokseumawe/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder Van Cunda. Penduduk didaratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, [[Matangkuli, Aceh Utara|Matangkuli]], Blang Jruen, Lhoksukon, Nisam, cunda serta Pidie.
 
Pada tahun 1956, dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk daerah-daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkup daerah Provinsi Sumatera Utara, di mana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan ibu kotanya Lhokseumawe.