Kulur, Saparua, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 40:
Pada konflik horizontal 1999, Kulur yang mahir dalam pembuatan bom ikan terlibat dalam penghancuran Dusun Pia termasuk gereja yang ada di sana. Pia sendiri merupakan bagian dari Negeri [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sirisori Amalatu]] dan menurut kepercayaan di Kulur, dulu negeri mereka berkedudukan di Pia, sebelum akhirnya Belanda membagian tanah tersebut kepada orang Sirisori Kristen atas balas jasa dalam penghancuran [[Kerajaan Iha]]. Belanda menyingkirkan Kulur ke lokasinya yang sekarang, di ujung barat laut Pulau Saparua.
 
Negeri ini memiliki hubungan yang cukup panas dengan [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]] terkait perbatasan pertuanan dan sengketa lahan, umumnya baku hantam antara penduduk kedua negeri berbeda agama ini terjadi pada masa mulai tanam. Menurut masyarakat Kulur, orang Porto menyerobot tanah ulayat mereka.{{sfn|Koritelu|2018|pp=108, 110}}
 
=== Pela ===
Kulur memiliki hubungan [[pela]] dengan Negeri [[Oma, Haruku, Maluku Tengah|Oma]]. Jenis pelanya adalah pela batu karang alias pela keras. Selain itu, Kulur juga mengangkat pela dengan Negeri [[Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Iha]], [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]], dan [[Nolloth, Saparua Timur, Maluku Tengah|Nolloth]]. Khususnya dengan dua negeri yang disebutkan terakhir, Kulur pada masa lalu memberikan bantuan kepada Tuhaha dan Nolloth berupa kayu-kayu dari [[pertuanan (Maluku)|pertuanan]]-nya guna dipakai untuk pembangunan sekolah dan gereja. Pada akhirnya, baik Tuhaha maupun Nolloth masing-masing mengangkat [[pela]] ''tampa siri'' dengan Kulur.