Keuskupan Bogor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 90:
Keuskupan Bogor memiliki ikon katekese yaitu, Mamedo. Mamedo adalah Boneka peraga yang dibuat untuk berkatekese dalam mengenalkan Yesus Kristus. Mamedo adalah akronim dari ''Magnificat Anima Mea Dominum'', semboyan Uskup Bogor [[Paskalis Bruno Syukur]].
 
== Garis waktuSejarah ==
Walaupun kontak pertama agama [[Katolik]] yang dibawa para pedagang [[Portugis]] dengan penduduk Banten yang beragama [[Hindu]] terjadi di awal abad ke-16, namun baru pada pertengahan abad ke-19 Bogor dikunjungi oleh imam dari [[Batavia]] ([[Jakarta]]) untuk merayakan Ekaristi. Pada 1885 Pastor MYD Claessens Pr menetap di Bogor. Ia juga mendirikan gereja di [[Sukabumi]] (1896) dan membangun gereja yang sekarang menjadi [[katedral]] Bogor. Pada tahun 1929 imam-imam [[Konventual|Fransiskan Konventual]] mulai bekerja di Batavia (Jakarta) dan berangsur-angsur mereka membina stasi-stasi Rangkasbitung (1933), [[Cianjur]] (1933), [[Cicurug]] (1934) dan [[Serang]] (1939). Dalam perkembangan selanjutnya kemudian dibentuklah suatu [[Prefektur Apostolik]] Sukabumi dipisahkan dari [[Vikariat Apostolik]] Batavia (Jakarta) pada 9 Desember 1948, dan pembinaannya diserahkan kepada Ordo Fransiskan. Dengan berdirinya [[hierarki]] [[Gereja Katolik]] mandiri di Indonesia pada 3 Januari 1961, paroki Bogor digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi menjadi Keuskupan Bogor.
 
=== Garis waktu ===
* Didirikan sebagai '''Prefektur Apostolik Sukabumi''' pada tanggal 9 Desember 1948, memisahkan diri dari [[Keuskupan Agung Jakarta|Vikariat Apostolik Batavia]]
* Ditingkatkan menjadi '''Keuskupan Bogor''' pada tanggal 3 Januari 1961
Baris 120 ⟶ 123:
* Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. (3 Januari 1961 s.d. 16 Oktober 1961, pengembalian)
* Leo Soekoto, S.J. (17 Juli 1993 s.d. 10 Juni 1994, jabatan selesai)
 
== Sejarah ==
Walaupun kontak pertama agama [[Katolik]] yang dibawa para pedagang [[Portugis]] dengan penduduk Banten yang beragama [[Hindu]] terjadi di awal abad ke-16, namun baru pada pertengahan abad ke-19 Bogor dikunjungi oleh imam dari [[Batavia]] ([[Jakarta]]) untuk merayakan Ekaristi. Pada 1885 Pastor MYD Claessens Pr menetap di Bogor. Ia juga mendirikan gereja di [[Sukabumi]] (1896) dan membangun gereja yang sekarang menjadi [[katedral]] Bogor. Pada tahun 1929 imam-imam [[Konventual|Fransiskan Konventual]] mulai bekerja di Batavia (Jakarta) dan berangsur-angsur mereka membina stasi-stasi Rangkasbitung (1933), [[Cianjur]] (1933), [[Cicurug]] (1934) dan [[Serang]] (1939). Dalam perkembangan selanjutnya kemudian dibentuklah suatu [[Prefektur Apostolik]] Sukabumi dipisahkan dari [[Vikariat Apostolik]] Batavia (Jakarta) pada 9 Desember 1948, dan pembinaannya diserahkan kepada Ordo Fransiskan. Dengan berdirinya [[hierarki]] [[Gereja Katolik]] mandiri di Indonesia pada 3 Januari 1961, paroki Bogor digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi menjadi Keuskupan Bogor.
 
== Paroki ==