Allah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh Hestikarama (bicara) ke revisi terakhir oleh Nyilvoskt
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Hestikarama (bicara | kontrib)
Koreksi bersama referensi valid.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 46:
[[Umat Kristen]] di [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] menggunakan kata "''Allah''" sebagai terjemahan kata [[Bahasa Ibrani Alkitabiah|bahasa Ibrani]] ''Elohim'' (אֱלֹהִים, ''elohím'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Lama]] serta kata [[Bahasa Yunani Kuno|bahasa Yunani]] ''Theos'' (θεός, ''theós'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Baru]] pada Alkitab-Alkitab terjemahan [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Melayu Malaysia|bahasa Malaysia]] (keduanya merupakan bentuk baku dari [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa resmi]] di negara terkait), terutama dalam [[Alkitab Terjemahan Baru]] yang dipakai oleh Gereja-Gereja [[denominasi Kristen]] arus utama (termasuk [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]]) di Indonesia. Pelafalannya juga menggunakan pelafalan {{IPA|[ˈʔalah]}} (seperti mengucapkan "alah") alih-alih pelafalan {{IPA|[ʔɑɫːɑːh]}}.
 
Perlu dicatat bahwa kata "''Tuhan''" sendiri digunakan sebagai terjemahan untuk kata Ibrani ''Adonai'' (אֲדֹנָי, ''ăḏônāy'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Lama serta kata Yunani ''Kirios'' (κῡ́ρῐος, ''kū́rios'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Baru; sedangkan kata "''T<small>UHAN</small>''" untuk menerjemahkan nama [[Yahweh]] (יהוה, YHWH, [[Tetragrammaton]]) dan nama-nama serupa di Perjanjian Lama.
 
Sejarah penggunaan kata "Allah" di tengah kalangan [[Kekristenan di Indonesia|umat Kristen Indonesia]] dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh [[Fransiskus Xaverius]] saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16.<ref>The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society Sneddon, James M.; University of New South Wales Press; 2004</ref><ref>The History of Christianity in India from the Commencement of the Christian Era: Hough, James; Adamant Media Corporation; 2001</ref> Di dalam kamus bahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata "Allah" dicantumkan sebagai padanan kata Belanda ''Godt''.<ref>{{cite book|last1=Wiltens|first1=Caspar|last2=Heurnius|first2=Justus|year=1650|url=https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&q=allah|title=Justus Heurnius, Albert Ruyl, Caspar Wiltens. "Vocabularium ofte Woordenboeck nae ordre van den alphabeth, in 't Duytsch en Maleys". 1650:65|access-date=14 Januari 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20131022172808/https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&v=onepage&q=allah&f=false|archive-date=22 Oktober 2013}}</ref>
 
[[Albert Cornelius Ruyl]], seorang pedagang Belanda yang juga ikut menyusun kamus [[bahasa Belanda]]–[[Bahasa Melayu|Melayu]] tersebut, menerjemahkan Alkitab ke [[Bahasa Melayu]] pada tahun 1962.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Matius Terjemahan Ruyl|url=https://sejarah.co/artikel/sejarah_penerjemahan_alkitab_bahasa_melayu_indonesia_ruyl.htm|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Di dalam terjemahannya ini sudah memuat nama Allah.<ref>{{Cite book|last=Herlianto|first=|date=2001|title=Siapakah yang bernama Allah itu?|location=|publisher=BPK Gunung Mulia|isbn=|pages=101|url-status=live}}</ref> Saat itu, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Melayu, sebagai [[Basantara|bahasa perantara]] (''lingua franca'') bukan hanya di Kepulauan [[Nusantara]], melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia|url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Budaya|archive-url=https://web.archive.org/web/20200523172516/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/627/Sekilas|archive-date=2020-05-23|dead-url=yes|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Kata "Tuhan" belumlah digunakan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah ''Ensiklopedi Populer Gereja'' oleh Adolf Heuken SJ pada tahun 1976. Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu ''tuan'' yang berarti atasan/penguasa/pemilik.<ref>Heuken, Adolf (1976), ''Ensiklopedi Populer Gereja''</ref> Jadi yang terjadi pada umat Kristen di Nusantara dulu seperti yang terjadi pada umat Kristen di Arab, mereka hanya mengenal kata Allah sebagai pengganti kata Yunani "''Theos''". Namun, kata Allah ternyata adalah [[nama diri]] dari Tuhan, secara bahasa Arab. <ref>Ma'luf, Louis. Al-Munjid fi Al-Lughah Wa al-A'lam, hlm. 16.</ref> Bahkan dalam banyak ayat sekalipun, contohnya pada [[1 Korintus]] 8:6, dinyatakan sebagai [[Ilah]] '''bukan sebagai Allah''', karena ketidakterbandingan kata antara dua bahasa tersebut. <ref>{{Cite web|title=آية (1 كو 8: 6): لكن لنا إله واحد: الآب الذي منه جميع الأشياء ونحن له ورب واحد: يسوع المسيح الذي به جميع الأشياء ونحن به|url=https://st-takla.org/Bibles/BibleSearch/showVerses.php?book=56&chapter=8&vmin=6&vmax=6|website=St-Takla.org|access-date=2024-05-28}}</ref>
 
==== Kontroversi di Indonesia ====