#ALIH [[Ahmad Syathibi al-Qonturi]]
{{referensi}}
{{Infobox person
|honorific_prefix =
|title = Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Wara`
|name = Ahmad Syathibi
|image=Ahmad Syathibi.jpg
|nasab = bin Muhammad Sa'id bin Abdul Qodir bin Syekh Nur Hajid bin Syekh Nur Katim bin Syekh Dalem Bojong bin [[Syekh Abdul Muhyi]].
|nisbah = Al-Qonturi, Asy-Syanjuri, Al-Jawi, Asy-Syafi'i
| parents =
* Haji Muhammad Sa'id
* Hajjah Siti Khodijah
| relatives=
* Hajjah Ruqiyah - Pengajar Pondok Pesantren Cipadang, Cianjur (kakak)
* Mama Haji Ilyas (Mama Haji Yahya) - Pengajar Pondok Pesantren Babakan Bandung, Sukaraja, Sukabumi (kakak)
* Mama Haji Muhammad Qurthubi - Pengajar Pondok Pesantren Gentur, Warungkondang, Cianjur (adik)
|birth_name =
|birth_date =
|birth_place = Gentur, [[Warungkondang, Cianjur|Warungkondang]], [[Cianjur]], [[Hindia Belanda]]
|death_date =
|death_place = Gentur, [[Warungkondang, Cianjur|Warungkondang]], [[Cianjur]], [[Indonesia]]
|resting_place = Gentur
|other_names = Mama Syathibi, Mama Gentur, Syaikh Ahmad Syathibi al-Qonturi, Agus, Dagustani, Ahmad Syathibi, Al-'alim Al-'allamah Syaikh Ahmad Syathibi, Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Wara`
|ethnicity = [[Sunda]]
|era = 13 [[Hijriyah]]
|occupation = Pengajar di Pesantren Gentur dan Masjid Agung Cianjur
|denomination = [[Sunni]]
|jurisprudence = [[Syafi'i]]
|main_interests = [[Bilaghah]]
|influences = Syekh Muhammad Adzro'i Al-Bojoni, Syekh Ahmad Syuja'i Al-Gudani.
| awards =
* Penghargaan dari Belanda <ref> Suatu hari, ketika Mama Gentur sedang ngajar para santrinya dan khalayak yang biasa ngaji rutinan, datanglah utusan dari pemerintah [[Kolonial Belanda]]. Beliau diminta hadir dalam diskusi program perpolitikan [[Belanda]]. Mama genturpun menyempatkan diri dulu menghadiri undangan tersebut tanpa didampingi seorangpun. Tidak lama, Mamapun sudah hadir kembali ke madrasah dan melanjutkan kembali pengajarannya. Para santri yang sudah menunggu-nunggu ingin tahu tentang pembicaraan yang didiskusikan oleh kaum Belanda, tapi Mama Gentur tak membahasnya sedikitpun. Inilah ciri Mama Gentur tidak ikut-ikutan dalam soal politik, hingga beliau mendapat penghargaan keamanan tanda bulan-bintang tiga dari [[Wilhelmina|Wilhelmina (pelafalan Sunda menjadi Wihalminak)]], yaitu Gubernur [[Hindia Belanda]].</ref>
* Penghargaan dari Jepang <ref> Dizaman pemerintahan [[Kolonial Jepang]], Mama Gentur mendapat hadiah dari [[Hirohito|Tenno Heika (dilafalkan ejaan Sunda menjadi Kaisar Tenoheka)]] dikarenakan ideologinya yang murni hanya mengamalkan ajaran agama, tanpa ada maksud mencampuradukan politik dan agama. </ref>
}}
'''Mama Syathibi''' atau lebih dikenal dengan '''Mama Gentur''' adalah salah satu sosok [[Ulama]] Tanah Pasundan yang berpangkat ''Al-'Alim Al-'Allamah Al-Kamil Al-Wara''. Beliau lahir pada 13 [[Hijriyah]] di Kampung Gentur, [[Warungkondang, Cianjur|Warungkondang]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Jawa Barat]]. Tidak diketahui secara pasti tahun kelahirannya. Tetapi, yang jelas beliau adalah masih keturunan dari Waliyullah [[Syekh Abdul Muhyi]], [[Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya|Pamijahan]], [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]]. Nama sewaktu kecilnya adalah Agus, setelah pulang dari [[Mekkah]] namanya diganti menjadi Dagustani. Namun, nama masyhurnya sekarang yaitu ''Al-'alim Al-'allamah Syaikh Ahmad Syathibi'' atau Mama Gentur kata Orang [[Sunda]] yang jadi anak muridnya.
Kabar dari Syekh Ahmad Eumed (Cimasuk [[Garut]]) bin Syekh Muhammad Rusdi Haurkuning, "Waktu saya ziarah ke Mama Gentur, beliau mengisahkan, bahwa dulu Mama ketika sangat mengiginginkan punya ilmu yang besar tapi Mama merasa bingung memilih guru untuk ngaji kemana. Akhirnya Mama berangkat ziarah kubur ke Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus alias [[Wali Luar Batang]], [[Jakarta|Jakarta]]. Disitu Mama membaca ''Shalawat Nariyah'' sebanyak 4444 kali dan tamat sebanyak 44 kali dalam waktu delapan bulan. Kemudian, setelah itu Mama bermimpi bertemu dengan Wali Luar Batang. Wali tersebut berkata, "Kalau kamu benar-benar mau punya ilmu yang besar, segeralah pergi ke daerah [[Garut]]."
== Pendidikan ==
=== Pesantren Keresek ===
Maka kemudian Mama mulai berangkat ke [[Pesantren Keresek]]. Kata Mama Keresek, "Kalau Ananda mau punya ilmu yang besar besok mama antar ke paman mama yaitu Pangersa Mama Ajengan Muhammad Adzro'i di Bojong sebab dalam waktu sekarang ini para sepuh yang punya ilmu yang besar di tiap kabupaten juga kebanyakan adalah yang nyantri ke paman mama tersebut, yaitu [[Syekh Muhammad Adzro'i]], Bojong, [[Garut]]. Mama Gentur menginap semalam di Keresek, besoknya kemudian diantarkan ke [[Pesantren Bojong]].
=== Pesantren Bojong ===
Diceritakan waktu pertama masuk ke pesantren, oleh guru di pesantren disumpah jikalau tidak mempunyai ilmu sihir. Kemudian beliau melaksanakan sumpahnya tanda tidak memiliki ilmu sihir. Kemudian barulah beliau diterima sebagai murid di pesantren. Makanan yang biasa beliau makan selama di pesantren cukup dengan talas yang dicuilkan kedalam sambel roay, tidak pernah makan yang enak dengan rupa-rupa makanan. Ketika mendapati masalah kitab yang susah difaham, beliau langsung menghadiahi mualifnya dengan makanan dan aurod [[shalawat]]. Hanya dalam waktu 40 hari mondok di Bojong beliau sudah hafal kitab ''Yaqulu (Nazom Maqsud)'', ''Kailany'', ''Amrithy'', ''Alfiyah'', ''Samarqondy'', dan ''Jauhar Maknun''. Keunggulan Pesantren Bojong - Garut adalah para santri yang belajar di pesantren tersebut jika sudah belajar selama dua tahun biasanya akan jadi ''Al-'Alim al-'Allamah''. Mama Gentur menetap di [[Pesantren Bojong]] hanya selama satu tahun hingga akhir bulan [[Sya'ban]], karena disuruh gurunya, [[Syekh Muhammad Adzro'i]] untuk menemani Kiyai Muhammad Rusdi atau Kiyai Rusdi berguru ngaji di [[Pesantren Gudang]], [[Kota Tasikmalaya|Tasikmalaya]] sekarang, yang sudah menetap selama tiga tahun. Kiyai Rusdi merupakan salah satu santri Bojong disaat Mama Gentur mulai mondok di Pesantren Bojong tersebut. Mama Gentur genap 1 tahun di Bojong sedangkan Ajengan [[Muhammad Rusdi]] genap 4 tahun. Dari situ disuruh ngaji ke Mama Syuja'i, Gudang, Tasikmalaya, ditemani oleh Mama Gentur. Ketika Ajengan [[Muhammad Rusdi]] sudah genap dua tahun di Bojong oleh [[Syekh Muhammad Adzro'i]] sudah disuruh muqim sebab sudah 'Allamah, hanya saja ayahnya dan kakeknya belum mengizinkan.
=== Pesantren Gudang ===
Menurut penuturan Mama Gentur, Mama Gudang jika sedang mengajar dihadapan Kiyai Rusdi dagu dan badan beliau bergetar dikarenakan sungkan akan ilmunya Kyai Rusdi.
Bahkan, Mama Gudang berkata kepada Mama Gentur, "Katakan kepada Ki Rusdi segeralah bermukim. Bukankah Kang Adzro'i pun sudah menyuruhnya dan sudah ada dalam ridho guru?"
Namun, tetap saja ayahnya belum juga menyetujuinya. Kemudian Kiyai Rusdi setelah mondok di Gudang selanjutnya pindah lagi ke [[Syekh Muhammad Shoheh]] [[Bunikasih, Cianjur|Bunikasih]], [[Cianjur]], yang disebut ''Ba'dul Ikhwan'' oleh [[Syekh Ibrahim al-Bajuri]] dalam kitab Tijan.
[[Syekh Muhammad Shoheh]] dan [[Syekh Muhammad Adzro'i]] adalah teman sepondok sewaktu ngaji di [[Syekh Ibrahim al-Baijuri]]. Mama Gentur terus menetap di Gudang hingga 9 tahun lamanya. Waktu mondok pesantren di Gudang, beliau pernah ziarah ke makam kubur di [[Geger Manah]]. Sebelumnya beliau puasa dulu selama 40 hari baru berangkatlah ke Geger Manah dan langsung mendatangi juru kunci makam. Beliau disambut di rumah kuncen sembari ditanya perihal maksud dan tujuannya, yaitu hendak ziarah ''tabaruk'' di makam keramat.
Kemudian diantarlah beliau menuju makam keramat tersebut. Kira-kira jam 4 Subuh beliau pulang dari makam dan balik lagi ke tempat kuncen, kemudian kuncen menjamunya dengan rupa-rupa makanan. Selesai makan, beliau bertanya kepada kuncen, "Mang, malem tadi ada hujan kesini gak?" Jawab kuncen, "Ah, gak ada. Memangnya ada apa Ajengan? Kuncen agak heran. "Waktu saya di makam sedang ziarah tiba-tiba ada hujan yang besar sekali, petir menyambar-nyambar disertai angin yang sangat kencang. Saya melihat pohon kayu yang amat besar merunduk-runduk ke tanah seperti mau runtuh." Kuncen bertanya, "Terus ada apa lagi?" Jawab Mama Gentur , "Ah rahasia, saya gak sanggup menceritakannya."
Dimalam itu kata penduduk kampung ada suara ayam berkokok yang terdengar jelas oleh semuanya, sedangkan di kampung tersebut tidak ada yang punya ayam yang suaranya seperti itu. Semuanya kaget akan suara ayam tersebut, kemudian diselidiki darimana sumbernya suara. Ternyata yakin bahwa suara ayam tersebut berasal dari atas pasir, tempat makam yang diziarahi oleh Pangersa Mama Gentur. Kata Mama Gentur, "Setelah 9 tahun di Gudang kemudian Mama berangkat ke [[Mekkah]] ngaji ke [[Syekh Hasbullah]].
=== Pesantren di Mekkah ===
Pertama ngaji di [[Syekh Hasbullah]] banyak yang menyepelekannya. Suatu hari, Syekh Hasbullah berkata kepada murid-muridnya, kira-kira begini artinya, "Besok hari Rabu kita akan mulai ngaji kitab ''[[Tuhfah Muhtaj]]'', tapi sebelumya kalian ''muthala'ah'' dulu kitabnya. Hasil ''muthala'ah'' tuliskan dalam buku masing-masing. Besok semua harus hadir dan bawalah hasil tulisan tersebut. Besoknya Syekh Hasbullah memeriksa buku murid-muridnya. Ketika melihat buku tulisan Mama, Syekh Hasbullah tertegun, kemudian buku Mama dipisahkan, kemudian melanjutkan pemeriksaannya. Setelah selesai, Syekh Hasbullah berkata, "Ngaji Tuhfah batal sebab gak pantas Syatibi ngaji ke saya, bahkan seharusnya saya yang ngaji ke Syatibi. Masalah yang belum sampai saya muthala'ah, dalam buku Syatibi sudah ada. Saya gak sanggup ''mentaswirkan'' kitab dihadapan Syatibi.
Tetapi, oleh sebab semuanya meminta untuk diteruskan, dan juga Mama memohon supaya diteruskan biarpun dibaca hanya ''lafadz''nya, maka barulah Syekh Hasbullah bersedia walaupun cuma ''lafadznya'' hingga tamat. Kata Mama Gentur, "Ilmu yang dipakai muthala'ah kitab tuhfah tersebut adalah sebagian ilmu yang diterima dari Syaikhuna Bojong."
Waktu di [[Mekkah]], Mama Gentur suka ''shalat'' didepan ''baitullah'', para askar sudah pada tahu dan memberi isyarat kepada jamaah yang lain supaya ada tata hormat kepada beliau sembari berkata, "''Hadza 'ulamaul jawa''".
=== Pesantren di Mesir ===
Setelah sekian lama di [[Mekkah]], kemudian beliau berangkat ke [[Mesir]] dengan maksud mau melanjutkan ''thalab'' ilmunya. Namun, [[Ulama]] [[Mesir]] sama berkata, "Sudah tidak ada guru buat Ahmad Syathibi." Hanya ada satu ulama ahli ''qiro'at'' Qur'an yang berasal dari [[Indonesia]] juga yang bermuqim di [[Mekkah]], yaitu dari [[Pulau Bawean]]. Selanjutnya mereka saling menggurui. Mama Gentur mengajar ilmu ''Mantiq'', ulama [[Bawean]] mengajar ilmu ''Qiro'at''. Sesudah Mama Gentur mukim di Mekkah selama 3 tahun, kata satu riwayat kemudian ada utusan dari [[Syekh Muhammad Shoheh]], Bunikasih Cianjur. Amanatnya, "Katakan kepada Syatibi segeralah pulang kemudian mukim di [[Cianjur]], sebab di daerah Pasundan sudah tidak ada lagi yang kuat untuk jadi pemimpin dan tauladan dari pengamalan ilmu yang sebenarnya.
=== Pesantren Bunikasih ===
Kemudian Mama Gentur pulang ke Cianjur melanjutkan mengaji ke Syeikh Shoheh Bunikasih kemudian mukim di Gentur.
== Muqim ==
Sebelum mukim, beliau membaca ''Shalawat Nariyyah'' terlebih dahulu sebanyak 4444 kali dengan maksud supaya mukimnya ditambah-tambah ilmu dan tambah-tambah manfaatnya. Cara [[Mama Gentur]] dalam menyebarkan ilmunya yaitu beliau tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada murid- muridnya kecuali telah ia amalkan terlebih dahulu. Beliau mengijazahkan shalawat untuk umum sesudah diamalkan terlebih dahulu selama 40 tahun. Beliau pernah diminta mengaji kitab ''Tuhfah Muhtaj'', sebelum belajar mangaji beliau puasa dulu selama 40 hari. Jika makan, beliau cukup dimangkok dengan garam. Beliau tidak pernah makan enak sebagaimana keadaan beliau pada waktu nyantri di pesantren.
Suatu ketika, beliau khusus diundang makan-makan oleh ''Om Muharam''. Ia adalah seorang saudagar kaya raya di [[Cianjur]]. Segala makanan dan minuman disediakan. Namun, yang dimakan beliau cuma sedikit nasi yang dicuilkan ke garam saja. Begitulah menu beliau makan selamanya. Cuma pernah sesekali makan agak beda, termasuk mewah menurut beliau yaitu waktu makan dengan pepes burayak (ikan kecil) hasil ternak beliau, sebab kasab beliau yaitu ternak telur ikan hingga jadi burayak.
Malah, suatu ketika Mama Gentur berternak telur ikan di kolam. Ketika sudah jadi ''burayak'', tidak biasanya waktu itu bibit telur jadi dan mulus semuanya. Dari situ Mama memanggil pekerjanya yang bernama ''Ki Yusuf''. Kata beliau, "Suf, coba kesini bawa cangkul!" Ki Yusuf menjawab, "Ada apa, Kang?" Kata Mama Gentur, "Kamu lobangi pinggir kolam ini, kemudian buanglah sebagian airnya!" Ki Yusuf heran, "Kalau begitu bukankah burayaknya pasti pada kabur, Kang?" Kata Mama Gentur, "Iya sengaja biar pada kabur ikan-ikannya takutnya ini ''istidraj'' karena sadar diri belum bisa ibadah". Setelah terbuang sebagian air dan ikan-ikannya, barulah Ki Yusuf disuruh menutup kembali lubang air tadi.
== Karya Tulis ==
Semasa hidupnya beliau mengarang rupa-rupa kitab kurang lebih sekitar 80 kitab berbahasa [[Arab]] dan [[Sunda]]. Diantaranya adalah :
# Sirojul Munir (dalam ilmu fiqih)
# Tahdidul 'Ainain (dalam ilmu fiqih)
# Nadzom Sulamut Taufiq (dalam ilmu fiqih)
# Muqadimah Samarqandiyah (dalam ilmu bayan)
# Fathiyah (dalam ilmu bayan)
# Dahlaniyah (dalam ilmu bayan)
# Nadzom 'Addudiyah (dalam ilmu munadzoroh)
# Nadzom Ajurumiyah (dalam ilmu nahwu)
# Muntijatu Lathif (dalam ilmu shorof)
# Dan Lain-lainnya
Sebagian karangannya dalam ilmu bayan ada yang menyebar sampai Tanah Arab. Para [[Ulama]] [[Arab]] dan [[Mesir]] banyak yang membaca hasil karya beliau dan memujinya seraya berkata, "Ternyata di Tanah Jawa ada juga ulama yang luas ilmunya".<ref>{{cite book|authors=|title=Manaqib Mama Ahmad Syathibi Gentur |year=edisi pertama, 1950 |pages=Halaman 01-42}}</ref>.<ref>{{cite book|authors=|title=Risalah Mama Gentur|year=edisi 100, Februari 2010 |pages=hal 46-68}}</ref>
== Murid-muridnya ==
Beliau memiliki banyak murid, kurang lebih 3000 (tiga ribu) muridnya yang menjadi '[[Ulama]] Besar, antara lain :
* Syekh Tubagus Ahmad Bakri (Mama Sempur), [[Plered, Purwakarta|Plered]], [[Kabupaten Purwakarta]]
* Syekh Ahmad Eumed (Mama Cimasuk), [[Kabupaten Garut]]
* Syekh Zinal 'Alim (Mama Haur Kuning)
* Syekh Muhammad 'Umar Bashri (Aceng Eumon atau Mama Paujan), [[Kabupaten Garut]]
* Syekh 'Izzuddin (Mama Cibatu), [[Cisaat, Sukabumi|Cisaat]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Zain Abdusshomad (Mama Gelar), [[Cibeber, Cianjur|Cibeber]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Muhammad Hasbullah (Mama Babakan Bandung), [[Sukaraja, Sukabumi|Sukaraja]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Fudholi (Mama Gentong), [[Cisaat, Sukabumi|Cisaat]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Abdusshobur (Mama Gunung Sumping), [[Palabuhanratu, Sukabumi|Palabuhanratu]], [[Kota Palabuhanratu]]
* Syekh Ahmad 'Inayatullah (Mama Warudoyong), [[Warudoyong, Sukabumi|Warudoyong]], [[Kota Sukabumi]]
* Syekh Hulaimi (Mama Darmaga), [[Bojongpicung, Cianjur|Bojongpicung]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Abdullah (Mama Jeungjing), [[Sukaraja, Sukabumi|Sukaraja]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Muhammad Syuja'i (Mama Ciharashas), [[Cilaku, Cianjur|Cilaku]] [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Ahmad 'Izzuddin (Mama Kubang), [[Cibeber, Cianjur|Cibeber]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Sayuthi (Mama Pawenang), [[Nagrak, Sukabumi|Nagrak]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Ahmad Rosyadi (Mama Cipelang), [[Cijeruk, Bogor|Cijeruk]], [[Kabupaten Bogor]]
* Syekh Muhammad Syafi'i (Mama Cijerah), [[Bandung Kulon, Bandung|Bandung Kulon]], [[Kota Bandung]]
* Syekh Fakhruddin (Mama Sungapan), [[Cibeureum, Sukabumi|Cibeureum]], [[Kota Sukabumi]]
* Syekh Ahmad Jajang Jubaidi (Mama Cijambu), [[Cigombong, Bogor|Cigombong]], [[Kabupaten Bogor]]
* Syekh Hasan Bashri (Mama Obay Kampungsawah), [[Jayakerta, Karawang|Jayakerta]], [[Kabupaten Karawang]]
* Syekh Abdullah Nuh (Mama Cimanggu), [[Kota Bogor]]
* Syekh Sanja (Abuya Kadukaweng), [[Kaduhejo, Pandeglang|Kaduhejo]], [[Kabupaten Pandeglang]]
* Syekh Hambali (Mama Gasol Kaler), [[Cugenang, Cianjur|Cugenang]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Sya'roni (Mama Gasol Kidul), [[Cugenang, Cianjur|Cugenang]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Ahmad Dimyathi (Mama Kedung), [[Ciranjang, Cianjur|Ciranjang]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Hasan Hariri (Mama Cipriangan), [[Sukalarang, Sukabumi|Sukalarang]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Hasan Musthofa (Mama Cilember), [[Cisarua, Bogor|Cisarua]], [[Kabupaten Bogor]]
* Syekh Zarnuji (Mama Pamuruyan), [[Cibadak, Sukabumi|Cibadak]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh 'Izzuddin (Mama Cijambe Fauzan), [[Warudoyong, Sukabumi|Warudoyong]], [[Kota Sukabumi]]
* Syekh Hasan Bolang (Mama Cijambe), [[Bantargadung, Sukabumi|Bantargadung]], [[Kota Palabuhanratu]]
* Syekh Sya'roni (Mama Cigadog), [[Sukaraja, Sukabumi|Sukaraja]], [[Kabupaten Sukabumi]]
* Syekh Ahmad Basuni (Mama Baros), [[Karangtengah, Cianjur|Karangtengah]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Yasin (Mama Cikadu), [[Palabuhanratu, Sukabumi|Palabuhanratu]], [[Kota Palabuhanratu]]
* Syekh Bandaniji (Mama Sadamaya), [[Cibeber, Cianjur|Cibeber]], [[Kabupaten Cianjur]]
* Syekh Muhyiddin (Mama Wangon), [[Ciawi, Bogor|Ciawi]], [[Kabupaten Bogor]]
* Syekh Badruddin (Mama Cariu), [[Cugenang, Cianjur|Cugenang]], [[Kabupaten Cianjur]]
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
{{islam-bio-stub}}
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Sunda]]
|