Pembicaraan:Rara Mendut: Sebuah Trilogi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
membuat halaman pembicaraan
 
k Bot: Penggantian teks otomatis (-resiko +risiko)
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
 
{{halaman_pembicaraan}}
 
RINGKASAN CERITA NOVEL SEJARAH RORO MENDUT
Baris 5:
Kekuasaan telah membunuh Mendut dan Pronocitro di ujung keris sakti Panglima Perang Mataram, Tumenggung Wiroguno. Sekali lagi kita melihat, absurditas cinta mati sia-sia. Sebuah tema yang terus berulang, tercampakkan dan hanya hidup dalam legenda.
 
Menurut cerita Romo Mangun, Mendut adalah simbol kekuatan daerah pesisir (Pantai Utara) yang ditaklukan oleh kekuasaan Mataram, simbol kerajaan dan budaya pedalaman, yang agraris dan cenderung otoritarian. Para ahli sastra, sarjana dan satrawan sepakat bahwa Mendut adalah pejuang emansipasi perempuan. Dia berani menolak hasrat berahi seorang Panglima, walaupun dengan itu, dia harus menanggung resikorisiko membayar pajak upeti seperti layaknya sebuah daerah ataupun orang-orang yang takluk oleh kekuasaan Mataram.
 
Mendut hanyalah seorang anak nelayan dari desa Teluk Cikal yang kebetulan hidup dalam kekuasaan Adipati Pragolo II, sang keris penguasa Kadipaten Pathi. Dan sebelum jatuh ke tangan Tumenggung Wiroguno, Mendut telah pula diculik oleh prajurit Adipati Pragolo II, saat sedang asyik-asyiknya membantu pamannya di pesisir pantai. Mendut di bawa begitu saja karena kecantikkannya. Keceriaan remajanya dirampas dan dipingit dalam Puri Kadipaten Pathi. Tapi sebelum keremajaannya dinodai oleh Adipati Pragolo II, Kadipaten Pathi, keraton serta purinya telah habis dirangsek oleh Tumenggung Wiroguno, utusan Kerajaan Mataram. Sebab diduga Kadipaten Pathi akan memberontak terhadap kekuasaan besar Kerajaan Mataram, dengan mencoba memerdekakan diri dan enggan membayar upeti menghadap Istana Mataram di Karta.
Kembali ke halaman "Rara Mendut: Sebuah Trilogi".