Kaba Anggun Nan Tongga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
- {{terjemah|minangkabau}}, sudah dalam bahasa Indonesia
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
'''Kaba Anggun Nan Tongga''' adalah sebuah cerita atau [[kaba]] yang populer di lingkungan masyarakat [[Minangkabau]]. Di daerah-daerah berbahasa [[Melayu]] cerita ini dikenal dengan nama [[Hikayat Anggun Cik Tunggal]].
 
Kaba ini bercerita tentang petualangan dan kisah cinta antara Anggun Nan Tongga dan kekasihnya Gondan Gondoriah. Anggun Nan Tongga berlayar meninggalkan kampung halamannya di Kampung Dalam, [[Pariaman]]. Ia hendak mencari tiga orang pamannya yang lama tidak kembali dari merantau. Sewaktu hendak berangkat Gondan Gondoriah meminta agar Nan Tongga membawa pulang 120 buah benda dan hewan langka dan ajaib.
 
Meskipun pada awalnya dikisahkan secara lisan beberapa versi kaba ini sudah dicatat dan dibukukan. Salah satunya yang digubah Ambas Mahkota, diterbitkan pertama kali tahun 1960 di [[Bukittinggi]].
Baris 14:
Di gelanggang Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha pada tiap-tiap permainan: menyabung ayam, menembak maupun catur. Marah dan malu karena kekalahannya Nangkodoh Baha mengejek Nan Tongga karena membiarkan ketiga mamaknya ditawan bajak laut di pulau Binuang Sati. memandang barita itu Nan Tongga pulang dengan hati sedih.
 
Nan Tongga bertekad untuk merantau mencari mamak-mamaknya: Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi nan tongga minto izin pada Mandeh Suto Suri dan tunangannya Puti Gondan Gondoriah. Gondoriah meminta Nan Tongga membawakannya benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya adalah seekor burung nuri yang dapat berbicara, beruk yang pandai bermain kecapi, dan kain cindai yang tak basah oleh air. yay
 
Nan Tongga berangkat berlayar dengan kapal bernama Dandang Panjang, ditemani pembantu setianya Bujang Salamat. Nakhodanya bernama Malin Cik Ameh. Setelah berlayar beberapa lama akhirnya mereka sampai di pulau Binuang Sati. Nan Tongga menyuruh kapal berlabuh di sana. Utusan Panglima Bajau, raja Pulau Binuang Sati, tiba untuk mengusir Nan Tongga, tapitetapi ia menolak. Dalam pertempuran yang pecah kemudian Bujang Salamat berhasil membunuh Panglima Bajau. Pulau Binuang Sati pun takluk.
 
Nan Tongga menemukan salah seorang mamaknya, Nangkodoh Rajo, dikurung dalam kandang babi. Nangkodoh Rajo menceritakan bahwa kedua mamak Nan Tongga lainnya, Katik Intan dan Makhudum Sati berhasil meloloskan diri ketika pertempuran di laut dengan lanun anak buah Panglima Bajau. Ia juga memberitahukan bahwa burung nuri yang pandai berbicara ada di Kuala Kota Tanau.
 
Kemudian Nan Tongga menyuruh Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman menggunakan kapal rampasan dari Binuang Sati, dan memberi pesan ke kampung halaman bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. nan tongga sendiri berlayar dengan Dandang Panjang bersama Bujang Salamat ke Kota Tanau. Namun ketika bertemu Gondan Gondoriah ia terpesona pada kecantikan tunangan Nan Tongga itu. Ia lalu bercerita bahwa Nan Tongga ditawan oleh Panglima Bajau. Ia juga berkata Nan Tongga berpesan Malin Cik Ameh dijadikan pemimpin di kampungnya. Malin Cok Ameh lalu dirajakan di sana. Ia mengirim utusan untuk meminang Gondan Gondoriah namun ditolak dengan alasan masih berduka atas tertangkapnya Nan Tongga.
Baris 39:
 
[[Kategori:Kaba|Anggun Nan Tongga]]
[[Kategori:Cerita rakyat dari Sumatera Barat]]