Cicadas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
gabungkan
Tag: Pengalihan baru [ * ]
 
(7 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{kecamatan|nama=#ALIH [[Cicadas, Cibeunying Kidul, Bandung]]
|dati2=Kota
|nama dati2=Bandung
|luas=- km²
|penduduk=-
|kelurahan=-
|nama camat=-
|kepadatan=- jiwa/km²
|provinsi=Jawa Barat
}}
'''Cicadas''' adalah sebuah Wilayah [[kecamatan]] [[Cibeunying Kidul]], [[Kota Bandung]], [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Bale Bandoeng (foto dokumen Santi Jehan Nanda).jpg|thumb|left|280px|Sampai saat ini para peneliti atau pemerhati tokoh Sunda masih kesulitan untuk menelusuri karya-karya Haji Hasan Mustapa. Menurut tim penyusun buku ''Biografi dan karya Pujangga Haji Hasan Mustapa'', Pada tahun [[1960]] untuk memenuhi permintaan Prof Dr. [[Husein Djajadiningrat]] – yang menjabat pimpinan di [[Museum Pusat Jakarta]], [[M. Wangsaatmadja]] mengetik ulang karya-karya Haji Hasan Mustapa. Hasil ketik ulangnya itu dibukukan dalam 18 jilid naskah yang semuanya diberi judul ''Aji Wiwitan'' dengan subjudul yang berlainan untuk setiap jilid. Usaha Wangsaatmadja itu hampir menjadi sia-sia ketika dua rangkap hasil ketik ulangnya hilang dalam perjalanan pengiriman ke museum. Untungnya masih ada 17 naskah, alas dari ketikan ulang yang masih bisa ditelusuri oleh tim penulis. Dari 17 naskah tersebut, ada 10 yang sempat dicetak menjadi buku. Salah satunya buku “Bale Bandoeng” yang diterbitkan tahun 1924 oleh Toko Boekoe M.I. Prawira-Winata Bandoeng ini. Naskah lainnya yang tersisa berupa salinan atau fotocopy bahkan sebagian besar hanya bisa ditemukan di Leiden sana.<ref>{{cite web
| last =Nanda
| first =Santi Jehan
| authorlink =
| coauthors =
| title =Bale Bandoeng
| work =
| publisher =
| date =10 Desember 2013
| url =https://santijehannanda.wordpress.com/tag/hasan-mustapa/
| format =
| doi =
| accessdate =29 September 2015}}</ref>]]
Pasca kemerdekaan wilayah ini merupakan salah satu pusat urban dan sentra ekonomi selain Alun-alun kota ataupun Kosambi yang terkenal dengan pusat kebudayaan seperti ''[[Rumentang Siang]]'' di Ibukota [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]], [[Kota Bandung|Bandung]].
 
Wilayah Gang Son Pung, Asep Berlian, Cikaso Beusi, Leumah Neundeut, Sukasirna, Sekepondok, Sekepanjang, Gang Masjid, Haji Tamim, Gang Samsi, merupakan nama-nama wilayah popular di sekitar Cicadas.
 
Penanda kota dilengkapi pusat hiburan seperti bioskop ''Taman Hiburan'' dan ''Nirwana'' (setidaknya tidak kurang dari tujuh buah bioskop pernah berjaya di ruas Cicadas, sebelum meredup dan akhirnya bangkrut mengenapi dua buah toko kaset di ruas ini yang juga gulung tikar). Penanda urban lainnya yaitu ''Kandaga,'' tempat ini sebelumnya pusat [[bilyar]] yang kemudian berubah menjadi pusat elektronik yang menampung aktifitas ekonomi bagi masyarakat Bandung yang menjorok ke timur.
 
Nama besar seperti musisi [[Deddy Stanzah]], tokoh politik [[Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia|Mei Kartawinata]], atau seniman dan budayawan [[Jeihan|Jeihan Sukmantoro]] dan [[Remy Silado]] akrab dengan wilayah yang terkenal dengan julukan ''Negara Beling'' atau ''Kawasan Ninja.'' Begitu pula dengan tokoh seperti Wangsaatmadja yang merupakan salah satu salah satu penulis yang mengalihkan karya-karya sastrawan besar Sunda [[Hasan Mustapa|Penghulu Besar Haji Hasan Mustapa]] ke dalam karya seperti buku ''Bale Bandoeng''. Nama Hasan Mustapa pun kemudian dijadikan nama jalan yang berdampingan dengan Cicadas.
 
Lembaga edukasi berjejer di wilayah tersebut, seperti [[Institut Teknologi Nasional]], [[Universitas Widyatama]], [[Universitas Sangga Buana YPKP|Universitas Sangga Buana]], [[Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung]], [[Universitas Winaya Mukti]], [[STT Tekstil|Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (Textiel Inrichting Bandoeng)]], Sekolah Yayasan Atikan Sunda, Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Bandung, Sekolah Dasar Negeri Cicadas, Sekolah Dasar Negeri Sintreum/Gadis, Sekolah Dasar Negeri Cimuncang, dan lainnya.
 
Di wilayah Cicadas terdapat fasilitas yang dapat diakses publik seperti [[Rumah Sakit Santo Yusuf]], Pasar lama Cicadas, [[Bandung Trade Mall]] yang bergabung dengan pasar lama, [[Lucky Square Mall]], dan lainnya. Kantor representatif pemerintah seperti [[Lembaga Pemasyarakatan Kebon Waru]] atau Kantor Pos juga terdapat di wilayah ini. Cicadas berdekatan dengan gudang mesiu yang terletak di Bojong Koneng, [[Taman Makam Pahlawan Cikutra]], [[Pussenif|Pusat Persenjataan Infanteri]].
 
Dalam perkembangannya, sentra ekonomi di Cicadas berkembang, mulanya mayoritas mengantungkan tingkat pendapatan melalui kegiatan ekonomi di pasar konvensional Cicadas yang berdempet dengan pertokoan modern. Lambat laun, diversifikasi usaha seperti sewa-kontrak hunian atau sentra industri mikro konveksi menjamur di pelosok Cicadas dan Cibeunying Kidul.
 
Perubahan signifikan di wilayah ini adalah pembangunan apartemen dan hotel untuk kelas menengah-atas yang dikelola dan dikembangkan pihak swasta. Sementara fasilitas publik seperti perpustakaan umum, taman bermain anak dan lansia, teater kesenian masyarakat guna menunjang pembangunan sumber daya manusia belum tersedia, pun taman kota baru menjadi prioritas pembangunan pemerintah kota Bandung akhir-akhir ini.
 
Pada usia kemerdekaan Indonesia ke-70, meski letaknya hanya beberapa menit dari kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat atau kantor anggota dewan wilayah ini masih dihadapkan dengan daerah arteri yang kumuh, sanitasi, tata kelola sampah, aliran sungai yang kotor dengan limbah rumah tangga, pedagang kaki lima berdesakan yang bertahan selama puluhan tahun tepat di ruang pedestrian jalan protokol Ahmad Yani, Cicadas.
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{Cibeunying Kidul, Bandung}}
{{Kota Bandung}}
 
{{kecamatan-stub}}