<!-- Anda dapat menghapus pesan selamat datang ini. -->
== October 2019 ==
== SELAMAT & SUKSES ATAS PELUNCURAN PERDANA BUKU KUMPULAN PUISI (ANTOLOGI) MEMO UNTUK PRESIDEN. 1 NOFEMBER 2014 ==
[[File:Information orange.svg|25px|alt=Information icon]] Mohon tidak melanjutkan suntingan uji coba di halaman Wikipedia, bahkan jika Anda bermaksud akan memperbaikinya kemudian. Suntingan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai suntingan yang berguna dan telah dihapus. Gunakan [[Wikipedia:Sandbox|bak pasir]] untuk melakukan suntingan uji coba. Terima kasih.<!-- Template:uw-test2 --> [[Pengguna:Veracious|flixwito]] [[Pembicaraan Pengguna:Veracious|^(•‿•)^]] 17 Oktober 2019 06.51 (UTC)
Sebuah tonggak kesusastraan Indonesia Terkini yang patut dibaca oleh seluruh masyarakat . Sajian syair bagi negeri yang penuh dinamika perjalanan.
Penyair hanya menunjukan jalan 'lurus agar tak tersesat
Penyair hanya memberi sedekah buah pena tanpa meminta sedekah materi apa pun.
Penyair hanya berkiprah pada jalurnya tanpa meminta imbalan
Adalah kewajiban para penyair untuk mengisi Indonesia
Sebagaimana cita-cita pendahulu kita.
Dan wajar bila bila penyair berkata dalam : MEMO UNTUK PRESIDEN.
SELAMAT DAN SUKSES SLALU PENYAIR INDONESIA
(Rg Bagus warsono)
== Sisi Gaya Politik SBY “Disuwe-suwe” Ternyata Sukses Sampai Akhir Jabatan ==
Ada keistimewaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono yakni gayanya yang di suwe suwe.
Gaya “disuwe -suwe” (diantep/ di lama-lama) dalam menangangi berbagai permasalahan yang di pakai SBY ini ternyata sangat ampuh dan dapat menyelamatkan diri dariberbagai persoalan.
Kita tidak dapat meniru teknik Presiden SBY untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti menggunakan gaya” disuwe-suwe ” SBY , gaya yang satu ini hanya khusus bisadilakukan oleh SBY sendiri. Sebab jika dilakukan orang lain belum tentu sukses bahkan bisa didemo orang.
Gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY sebetulnya adalah meniru gaya pendahulunya yakni ilmu dari Presiden Soeharto yakni ilmu Jawa dan falsafal Jawa seperti ‘ngati-ati” , “ojo maju yen durung mantep”, “ojo klalen nyekel pusaka yen maju perang”, “delengo maneh yen arep titah”, dan ” sangu yen arep lelungan”
Jika ditilik dari latarbelakangnya sebagai seorang serdadu, SBY sangat mustahil memiliki gaya “disuwe-suwe” ini. Tetapi Ia menyerap ilmu Soeharto dengan baik untuk diterapkan di masa reformasi. Karakter rakyat di masa reformasi yang cepat panas harus dilawan dengan air agar ‘adem”.
Tentu saja gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY dari menyerap ilmu gaya Presiden Soeharto, walau memang sangat menguntungkan mereka, tidak bisa dipakai Presiden Terpilih Jokowi , Karakter sangat berbeda jauh. Jokowi terkenal sebagai orang yang “tidaksabaran” untuk segera menyelesaikan sesuatu. Namun ada baiknyaJokowi pun melihat gaya ini untuk permasalahan tertentu.
Untuk mendapat simpati, Jokowi juga sebetulnya bisa seperti SBY yang bisa 2 X masa presiden , SBY karena pandai mengambil hati rakyat. Senyum Jokowi lebih menawan , tinggal kekurangannya mudah bereaksi terhadap kritik yang seharusnya tidak perlu diladeni, dan mengurangi kata-kata emosi di media.
== Golkar dan Demokrat Lebih Cerdas ==
Nyata sekarang pengalaman dan kemampuan sumber daya manusia akan mampu menjalin lobi/negoisasi atau komunikasi yang baik. P Golkar dan P Demokrat telah membuktikan hal itu di DPR dan MPR dengan mampu memenangkan sebagai pemimpin dua lembaga terhormat itu.
Gerindra (Prabowo Subianto) harus menyadari bahwa anggota KMP bukan anak buah tetapi mitra. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang. Adalah kecerdikan P Golkar dan P Demokrat yang memdompleng kekuatan KMP sehingga Golkar dan Demokrat berhasil kuasai DPR dan MPR.
Lambat laun partai pemimpin koalisi merah putih sadar dibohongi partai anggotanya. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang.
‘Jual mahal’ dan berpura-pura menjadi penyeimbang, P Demokrat berhasil mengantarkan Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR. Dan Gerindra sebagai pemimpin KMP hanya gigit jari.
PPP harus menyadari posisinya, di KMP ia “dianaktirikan” masuk ke KIH sudah kepalang tanggung di KMP. Kemantapan hati itu perlu agar tidak mencla mencle.
Sudah jelas DPD itu berasal dari berbagai elemen tak mungkin dapat disatukan suaranya, tetapi PDIP mengajaknya untuk bergabung dalam rangka suksesi pimpinan MPR. Mangharap harapan yang tak mungkin. Lebih baik mengambil simpati rakyat saja.
|