<!-- Anda dapat menghapus pesan selamat datang ini. -->
== October 2019 ==
== SELAMAT & SUKSES ATAS PELUNCURAN PERDANA BUKU KUMPULAN PUISI (ANTOLOGI) MEMO UNTUK PRESIDEN. 1 NOFEMBER 2014 ==
[[File:Information orange.svg|25px|alt=Information icon]] Mohon tidak melanjutkan suntingan uji coba di halaman Wikipedia, bahkan jika Anda bermaksud akan memperbaikinya kemudian. Suntingan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai suntingan yang berguna dan telah dihapus. Gunakan [[Wikipedia:Sandbox|bak pasir]] untuk melakukan suntingan uji coba. Terima kasih.<!-- Template:uw-test2 --> [[Pengguna:Veracious|flixwito]] [[Pembicaraan Pengguna:Veracious|^(•‿•)^]] 17 Oktober 2019 06.51 (UTC)
Sebuah tonggak kesusastraan Indonesia Terkini yang patut dibaca oleh seluruh masyarakat . Sajian syair bagi negeri yang penuh dinamika perjalanan.
Penyair hanya menunjukan jalan 'lurus agar tak tersesat
Penyair hanya memberi sedekah buah pena tanpa meminta sedekah materi apa pun.
Penyair hanya berkiprah pada jalurnya tanpa meminta imbalan
Adalah kewajiban para penyair untuk mengisi Indonesia
Sebagaimana cita-cita pendahulu kita.
Dan wajar bila bila penyair berkata dalam : MEMO UNTUK PRESIDEN.
SELAMAT DAN SUKSES SLALU PENYAIR INDONESIA
(Rg Bagus warsono)
== Sisi Gaya Politik SBY “Disuwe-suwe” Ternyata Sukses Sampai Akhir Jabatan ==
Ada keistimewaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono yakni gayanya yang di suwe suwe.
Gaya “disuwe -suwe” (diantep/ di lama-lama) dalam menangangi berbagai permasalahan yang di pakai SBY ini ternyata sangat ampuh dan dapat menyelamatkan diri dariberbagai persoalan.
Kita tidak dapat meniru teknik Presiden SBY untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti menggunakan gaya” disuwe-suwe ” SBY , gaya yang satu ini hanya khusus bisadilakukan oleh SBY sendiri. Sebab jika dilakukan orang lain belum tentu sukses bahkan bisa didemo orang.
Gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY sebetulnya adalah meniru gaya pendahulunya yakni ilmu dari Presiden Soeharto yakni ilmu Jawa dan falsafal Jawa seperti ‘ngati-ati” , “ojo maju yen durung mantep”, “ojo klalen nyekel pusaka yen maju perang”, “delengo maneh yen arep titah”, dan ” sangu yen arep lelungan”
Jika ditilik dari latarbelakangnya sebagai seorang serdadu, SBY sangat mustahil memiliki gaya “disuwe-suwe” ini. Tetapi Ia menyerap ilmu Soeharto dengan baik untuk diterapkan di masa reformasi. Karakter rakyat di masa reformasi yang cepat panas harus dilawan dengan air agar ‘adem”.
Tentu saja gaya “disuwe-suwe ” (diantep/dilama-lama) yang dilakukan SBY dari menyerap ilmu gaya Presiden Soeharto, walau memang sangat menguntungkan mereka, tidak bisa dipakai Presiden Terpilih Jokowi , Karakter sangat berbeda jauh. Jokowi terkenal sebagai orang yang “tidaksabaran” untuk segera menyelesaikan sesuatu. Namun ada baiknyaJokowi pun melihat gaya ini untuk permasalahan tertentu.
Untuk mendapat simpati, Jokowi juga sebetulnya bisa seperti SBY yang bisa 2 X masa presiden , SBY karena pandai mengambil hati rakyat. Senyum Jokowi lebih menawan , tinggal kekurangannya mudah bereaksi terhadap kritik yang seharusnya tidak perlu diladeni, dan mengurangi kata-kata emosi di media.
== Golkar dan Demokrat Lebih Cerdas ==
Nyata sekarang pengalaman dan kemampuan sumber daya manusia akan mampu menjalin lobi/negoisasi atau komunikasi yang baik. P Golkar dan P Demokrat telah membuktikan hal itu di DPR dan MPR dengan mampu memenangkan sebagai pemimpin dua lembaga terhormat itu.
Gerindra (Prabowo Subianto) harus menyadari bahwa anggota KMP bukan anak buah tetapi mitra. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang. Adalah kecerdikan P Golkar dan P Demokrat yang memdompleng kekuatan KMP sehingga Golkar dan Demokrat berhasil kuasai DPR dan MPR.
Lambat laun partai pemimpin koalisi merah putih sadar dibohongi partai anggotanya. Sekarang 2 point ketua DPR dan MPR bukan Gerindra yang pegang.
‘Jual mahal’ dan berpura-pura menjadi penyeimbang, P Demokrat berhasil mengantarkan Zulkifli Hasan sebagai ketua MPR. Dan Gerindra sebagai pemimpin KMP hanya gigit jari.
PPP harus menyadari posisinya, di KMP ia “dianaktirikan” masuk ke KIH sudah kepalang tanggung di KMP. Kemantapan hati itu perlu agar tidak mencla mencle.
Sudah jelas DPD itu berasal dari berbagai elemen tak mungkin dapat disatukan suaranya, tetapi PDIP mengajaknya untuk bergabung dalam rangka suksesi pimpinan MPR. Mangharap harapan yang tak mungkin. Lebih baik mengambil simpati rakyat saja.
== Produktifitas Penyair Dibedakan dengan Tujuannya ==
Seringkali Taufik Ismail (sastrawan) dalam acara-acara membedah Antologi puisi bersama yang aku hadiri, menyoroti hal hal kecil yang terlewat kacamata umum. Yaitu pada puisi-puisi kecil yang dicipta oleh personal dengan nama yang sama sekali masih tergolong asing. Hal demikian juga pemberatan karya bukan terletak pada sosok personal tetapi lebih melihat pada isi sebuah puisi dengan kandungan muatan-muatan nya .
Kita tidak bisa membeda-bedakan personal pencipta puisi, tetapi lebih penilaiannya pada karya puisi itu yang sesuai dengan maksud dan tujuan suatu kegiatan. Hal demikian seperti juga Sdr Sosiawan Leak (penyair Solo) dalam rekrutment puisi PMK lebih mempertimbangkan terhadap isi bukan personalnya. Bahkan sdr. Tegoeh Wage Tegoeh Wijono (penyair Purwokerto) mengatakan padaku di Indramayu , ia bahkan mau juga membaca puisi ciptaan anak-anak. Semuanya dikarenakan penilaian terhadap karya dan sama sekali bukan personal penciptanya.
Sebaliknya ada juga mereka yang menjaga nama besarnya, dengan menjaga kualitas terhadap karyanya, sehingga tidak terpengarauh dengan absen dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Ibarat ‘bintang’ jika sudah di atas tak terpengaruh dengan hiruk pikuknya suasana pasar malam
Itulah sebabnya produktifitas penyair dibedakan dengan tujuannya pula. Anda tentu maklum jika ditemukan karya-karya puisi/cerpen penyair kondang didapati isi yang sangat tidak pantas dengan nama besarnya. Hal demikian dikarenakan ia memiliki relasi redaksional dengan media tertentu dan target honorarium.
Menulis adalah bentuk kebebasan sebuah kemerdekaan sepuas-puasnya. Kartini menghabiskan beratus lembar dalam suasana kungkungan pingitan. Sebuah pertanyaan ketika di pagi hari kotak sampah dipenuhi dengan sobekan-sobekan kertas sehingga embannya menggeleng-geleng kepala.
Dengan sifat ke-semu-annya itu penyair ada di mana-mana. Ia menyusup di berbagai kalangan profesi , guru, dokter, polisi, pengacara, hakim, jaksa, akuntan, pedagang, petani, nelayan, mahasiswa, pelajar, bahkan tukang sol sepatu, seperti yang dibanggakan temanku itu, dan non profesi seperti ibu rumah tangga, pensiunan dan pengangguran! Dan ketika bertemu dengan mereka alangkah bahagianya bertemu dengan penyair besar padahal pekerjaan aslinya adalah mongmong cucu !
Dunia kepenyairan adalah dunia semu. Jangan coba-coba mendekatinya lalu terjun kedalamnya. Nanti akan menjadi semu. Ia tak memberi nafkah. Tak mengeluarkan beras atau gandum. Tidak juga mendatangkan uang! Apalagi mobil dan rumah untuk kita. Melarat di depan mata. Namun kenapa banyak juga yang nekat terjun ke dunia ini? Hal demikian dikarenakan penyair akan menjadi kaya puja-puji, Bahkan memiliki posisinya terhormat di kursi di samping penguasa.
== Perkembangan Puisi Terkini (2010-Hingga Sekarang) ==
Menyoroti Puisi Indonesia sekarang ini . Puisi karya sastrawan Indonesia yang terbanyak dibaca orang hingga saat ini adalah ‘Aku’, ‘Kerawang Bekasi’, dan ‘Diponegoro’ semuanya karya Chairil Anwar. Hal ini ketika aku wartawan dulu, pernah ditanyakan pada teman2 yang juga wartawan dari berbagai daerah dalam sebuah kesempatan diundang redaksi di Bandung. Hal demikian karena karya sastrawan terkini belum masuk dalam buku-buku pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Walau pun puisi telah masuk dunia maya di berbagai situs seperti blog, web, facebook, atau pun toutube, dll, masih tetap dalam perkembangannya puisi yang paling banyak diapresiasi jutaan masyarakat setelah karya Chairi adalah puisi puisi karya Ebiet G Ade( Ebiet Ghoffar Aboe Dja’far) hal demikian dikarenakan puisi-puisinya juga sebagai syair lagu.
Karya puisi dalam bentuk antologi kian menjamur di Tanah air baik antologi tunggal maupun bersama. Dalam hal terbanyak dibaca buku antologio itu , antologi bersama memegang kunjungan baca tertinggi. Antologi puisi yang paling banyak dibaca, diapresiasi, dan didengar suara waktu dibaca saat ini di Indonesia , adalah antologi ,Puisi Menolak Korupsi (PMK) , hal demikian karena merupakan antologi bersama dengan jumlah peserta terbanyak dan dipromosikan dalam roadshownya ke berbagai kota di Indonesia.
Kemudian jumlah penyair laki-laki dan penyair perempuan belum imbang, masih banyak jumlah penyair laki-laki. Dalam setiap antologi bersama nasional selalu jumlah penyair laki-laki lebih banyak bahkan 4 banding 1. Hal demikian sesuai kodratnya perempuan lebih menyimpan maksud di hati ketimbang ditulis.
Dari itu semua kita berharap di masa mendatang akan banyak lagi masyarakat menyukai dunia sastra termasuk puisi , sebab kepuasan penyair itu bukan sanjungan atau pujian, tetapi hanyalah apabila karyanya dibaca orang lain.
Perkembangan aktifitas sastra mulai menjamur di berbagai kota . Kegiatan baca, lomba, pembuatan antologui bersama, bedah buku, peluncuran buku dll semakin ramai. Kegiatan ini ada yang berskala lokal maupun nasional. Aktifitas sastra meski kecil memperkaya pengalaman dari pada tidak. Pengalaman beraktifitas sastra (baca,tulis, nonton, pendengar, pembicara, diskusi, dll) menempa diri sebagai cermin mutu karya diri.
Perkembangan minat baca setelah menjamurnya dunia net semakin menunjukan perkembangamn yang menggembirakan.
Para penyair pemula muncul bak jamur di musim hujan setelah internet dijadikan publikasi perorangan dengan status akunnya tersendiri. Dan sku termasuk yang terasing sebagai penyair. mungkin karena bawaan, sungguh pun demikian kekurangan itu aku tutup dengan rajin membaca. Sekarang aku sadar kekurangan pergaulan den
== Tahukah Anda Kenapa Harus Narsis ==
Adalah sastrawan Kelahiran Tegal , Widjati, ( Tjio Wie Tjiat ) seorang penyair yang tak pernah ada gambarnya (batang hidungnya) pada tulisan-tulisannya ketika hidupnya, sastrawan ini banyak menulis di Kedaulatan Rakyat Yogyakarta.Barulah ketika meninggal muncul gambar fothonya.Ia sama sekali tak narsis. Baginya karya lebih utama untuk dikenal masyarakat ketimbang wajahnya.
Apa yang dilakukan Gombloh persis dilakukan oleh Mbah Surip. Meski tampil nyentrik , khas, dan unik lain dari manusia lain sama sekali dirinya tidak narsis sedikitpun. Ratusan media mengabarkan tentang dua orang ini hingga iklan. Mereka tidak pernah meminta memasang gambar pada media apa pun, justru medialah yang ingin menampilkan gambar wajahnya.
1980-an , pemeran pembantu sebuah film dapat terkenal dan kemudian menjadi bintang. Bahkan FFI juga memilih peran pembantu terbaik, Hal demikian dikarenakan tv swasta dengan sinetronnya belum ada. Sehingga penampilan peran pembantu menjadi sorotan publik juga. Pada saat itu film menjadi alat publikasi seseorang menjadi terkenal meski mulai dari peran peran pembantu.
Garin Nugroho, adalah tokoh dibelakang layar sebuah film (sutradara) wajah Garin sebelumnya jarang ditemukan. Namun karena ia sering mendapat piala citra dan penghargaan atas film yang disutradarainya, maka akhirnya publik ingin juga lihat wajah Garin. Kini Garin Nugroho sulit dibedakan artis atau sutradara.
Tetap pada ciri khasnya. Inilah yang dilakukan Endah Laras , sinden , biduan campursari, dan juga penyanyi keroncong. Mempertahan kan dan mengasah talenta yang dimilikinya menjadikan terkenal saat ini hingga ke manca negara. Baginya postur tubuh yang gemuk tak menjadi soal, yang penting tetap pada ke-khas-annya itu ia komitmen. Jadilah endah Laras kini artis dengan bayaran mahal. Hal dem
== Baca Puisi untuk Mendukung Minat Baca Buku ==
Yuk kita mulai dengan obrolan kita malam ini Rezeki Penyair.
Adalah seorang WS Rendra dengan bayaran terkecil 6 jt rupiah dalam sekali tampil membaca puisi , itu di tahun 80-an. Kira-kira di krus rupiahkan sekarang mungkin bernilai 60 jt-an. Sampai saat ini belum ada seorang penyair pun yang dapat menandingi harga sebuah penampilan.
Rendra sebetulnya tidak mematok harga untuk sebuah penampilannya, namun semua orang turut memberikan apresiasi tinggi terhadap penampilannya. Padahal penyair ini juga sering tampil tanpa honorarium biasanya apabila ia tampil sesuai kehendak hatinya.
Untuk menjadikan Anda seperti Rendra sebetulnya sudah dicontohkan secara tak sengaja oleh Rendra sendiri. Ia-lah yang memulai membaca puisi dijadikan sebuah intertaiment untuk dapat dinikmati khalayak. Ia juga-lah yang menjadikan bahwa seorang penyair dapat mensejajarkan diri dengan seorang artis terkenal. Namun belakangan justru diciderai oleh penyairnya sendiri.
Namun belakangan justru diciderai oleh penyairnya sendiri.
Yaitu ketika penyair mengundang kehadiran masyarakat untuk datang ketika dirinya membaca puisi, dan bukan masyarakat yang mengundang penyair untuk tampil membaca puisi.
Rendra sendiri. Ia-lah yang memulai membaca puisi dijadikan sebuah intertaiment sehingga memiliki nilai penghargaan finansial dari masyarakat, punya harga nilai profesi. Namun belakangan justru banyak penyair dengan murahnya tampil membaca puisi. Tanpa ditonton masyarakat umum, karena yang nonton juga penyairmnya sendiri.
Ada banyak hal terjadi belakangan di dunia kepenyairan. Rendra menyadari tingkat minat baca masyarakat Indonesia. Justru itu ia memberi pola penyampaian lewat penampilan baca puisi. Penampilan baca puisi ini untuk mendukung buku yang ditulisnya agar bukunya mengundang daya tarik untuk dibaca.
== Jadi Penyair itu Mudah ==
Jadi Penyair itu mudah asal siap melarat dan siap terkenal
Demikian sebuah lagu keroncong berjudul Hasrat Menjadi Seniman yang dibawakan oleh Bram Titaly , suatu cita-cita yang mungkin dirasakan oleh seseorang. Penuh liku, dan pengorbanan, penuh intrik, penuh pengorbanan. Namun juga karena sudah keinginannya yang menggebu maka segala resiko itu harus dilaluinya. Kemudian menjadi kepuasan tersendiri.
Apa yang dikatakan Bram Titaly (ayah dari Harvey Malaiholo disebut juga Bram Aceh) adalah contoh agar menjadi pertimbangan jika ingin menjadi seniman.
Berikut langkah konyol untuk menjadi seorang penyair (seniman sastra)
Pertama mulailah dengan memposisikan diri dilingkungan terkecil ditempat Anda sebagai seorang penyair.
Berikut langkah konyol untuk menjadi seorang penyair (seniman sastra)
Pertama mulailah dengan memposisikan diri dilingkungan terkecil ditempat Anda sebagai seorang penyair, bisa dilingkungan RT, tempat kerja, kuliah, atau di kampung. Memposisikan diri seorang penyair itu tentu saja dengan merubah segala bentuk perlakuan diri. Bisa saja berperilaku nyentrik namun mulailah dengan bukti karya syairnya karya tulisan , terus dan terus menunjukan karya itu dari tingkat lingkungan terkecil sampai publik dunia. (bersambung)
== Tentang Buku Antologi Tebal ==
Tema kali ini adalah buku puisi tebal .
Bukunya setebal KBBI, sebuah antologi tunggal pasti ratusan jumlah puisinya. Hebat dan luar biasa penyairnya.
Pastilah orang bilang keren antologinya.
Aku menduga itu dikarang dalam kurun waktu berpuluh tahun. Namun setelah dibaca semua ciptaan tahun 2013 terbitnya bulan Juni. Halaman belakangnya tertera angka 370 . Ada puisi pendek ada juga yang seperti genre puisi esai hingga 4 halaman. Pokoknya keren. So pasti penyairnya dalam tahun 2013 ini sangat produktif. Sebab dalam kurun setengah tahun atau 132 hari mampu membuat 370 puisi. Ini berarti rata-rata sehari dua puisi tercipta. Pendek kata produksinya kaya rempeyek atau mendoan, Begitu nyemplung di minyak langsung diangkat.
Buku tebal membuat mata cepat menemukan di rak perpustakaan, pasalnya judul di sampul badan buku terlihat jelas dan kadang makin besar badan sampul makin besar hurufnya. Itulah sebabnya banyak orang bangga dengan antologi tebal.
Buku puisi tebal tentu memiliki kelemahan misalnya untuk membuat antologi kedua . Masa iya tak sebanding dengan yang dulu. Sehingga membuat ‘keraguan pada buku tebal. Buku tebal juga membuat apresiasi pembaca kurang fokus karena banyak pilihan. Terlebih jika dijumpai beberapa puisi nyaris sama arti dan maksud.
Buku Antologi pribadi tebal adalah kebanggaan, terlebih jika berkualitas. Ciri kwalitas itu dapat diketahui pada halaman pertamanya yakni pengantar buku itu. Yakni pemberi pengantar (mungkin tokoh sastra yang merekomendasi) dan penekanan maksud yang tertuang didalamnya. Biasanya pengantar buku memulai dari mengunggulkan isi buku itu kemudian ‘menggarisbawahi beberapa catatan khusus. Itulah kwalitas buku.
== Satu Lagi Geliat Sastra 2014, Meronte Jaring Luncurkan Antologi Bersama Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia ==
Nafas sastra Indonesia kembali menggeliat kalidari kota kecil Indramayu. Sanggar Sastra Meronte Jaring Indramayu dengan tokoh pengasuhnya Rg Bagus warsono meluncurkan Antologi Bersama Nasional bertema Kampung Halaman dalam Buku Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia yang kali ini merupakan penerbitan kedua (jilid I pada April 2014 lalu). Disaksikan beberapa sastrawan yang juga pengasuh Meronte Jaring Nurochman Soedibyo, YS dan Dyah Styawati menggelar peluncuran antologi ini dengan acara kecil namun bermakna.
Lewat acara ‘Bancakan’ yakni acara adat Indramayu untuk suatu keselamatan dan kesuksesan dengan ciri bancakan yakni ’sambal edan’ dan ‘iwak petek’ dibacakan beberapa naskah puisi isi Lumbung puisi sastrawan Indonesia itu oleh Ki Tapa Kelana sebutan untuk penyair Norochman Soedibyo, Ys.
Buku Antologi Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid II ini diterbitkan oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca Indonesia dan menjadi arsip nasional di Perpustakaan sastra HMGM Indonesia.
Menurut Rg Bagus Warsono, tokoh penyair penjaga Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, mengatakan bahwa antologi ini mendapat dukungan dari 81 penyair dariseluruh Indonesia diantaranya adalah : Penyair Seberang Lautan Ali Syamsudin Arsi di Banjarbaru;Penyair Anung Ageng Prihantoko di Cilacap;
Penyair dan pegiat sastra Bambang Widiatmoko di Jakarta;Pimpinan Sanggar Penyair Budhi Setyawan di Bekasi;Perempuan penyair Diah Budiana di Serang
Dosen Penyair Djemi Tomuka di Manado; Guru Penyair Indonesia Gampang Prawoto di Bojonegoro;Penyair Hasan Bisri BFC di Bogor;Penyair dan seniman M. Ardi Kurniawan di Jogyakarta; Penyair dan seniman Muchlis darma Putra Banyuwangi;Perempuan penyair dan seniwati Bali , Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia -Darmawan di Denpasar;Perempuan penyair Sokanindya Pratiwi Wening dari Medan; Penyair Sugi Hartono dari Batanghari; Dosen Penyair Suyitno Ethex di Mojokerto; Penyair dan koregrafer tari Thomas haryanto soekiran di Purworejo;Wartawan penyair Wadie Maharief Jogyakarta; Teatris seniman juga penyair Wayan Jengki Sunarta di Bali; Penyair Nusakambangan Wintala Achmad Cilacap;Dokter penyair Dewa Putu sahadewa di Kupang dan lain-lain.
Antologi ini direncanakan sampai Jilid V untuk menampung sebagai Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia di era awal abad 21.
Direncanakan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia ini untuk dibacakan sebagai bacaan wajib Lomba Baca Puisi di Hari Jadi Indramayu 7 Oktober 2014 ini.
== Rindu Kampung Halaman di Negri Sendiri, Puisi-puisi Luimbung Puisi Jilid II ==
Rindu Kampung Halaman di Negri Sendiri
Oleh : Rg Bagus warsono
Bilakah rindu kampung halaman, namun hanya kerinduan yang hanya bayangan masa lalu desa tempat kelahiran kita. Ingin rasanya kembali di tengah suasana modern kini. Namun jauh untuk menuju tempat itu walau kini berada dalam desa yang telah berubah.
Kerinduan itudiungkapkan Ali Syamsudin Arsi, dalam sebuah puisinya yang berjudul ‘Ia Lekat di Pelupuk Mata’ katanya….//”ibuku menyatukan daun-daun pisang lantas dibawa ke tengah pasar untuk ditawarkan aku ikut di sampingnya dengan langkah kecil tatapan mata kecil dan harapan-harapan kecil – aku pernah kecil dan tak punya daya ketika berlari di jalan setapak yang berkelok-kelok menuju arus sungai berpasir dengan jamban-jamban pemandian – kecipaknya aku sangat merindukan- ia lekat di pelupuk mata”//….Sebuah kenangan masa lalu dengan pengalaman masa kecilnya.
Merindukan masa kecil di kampung kelahiran adalah menggali kenangan dan bahkan budaya yang kian berubah dan bergnti, Dewa Putu Sahadewa. Dalam puisinya ‘Dua kampung’ seperti …//”Kuterima sirih pinangmu-Sebagai natoni jiwa-Pesta padang kuda liar-
Senada-Kunyahan sekapur sirih-Tembang rare-Di pesta panen padi”//.Budaya desa juga menjadi cirri melekat kerinduan itu pada desa kita dimana pun kita berada.Namun kenyataan kini sudah banyak berubah banyak budaya desa yang sulit dipertahankan.
Kemudian Diah Natalia melantunkan kenangan masa kecilnya di ‘Banten Kulihat Kudengar’ seperti:“Aku pernah melihat,Tentang anak-anak nelayan. Yang terpaksa meninggalkanBangku-bangku sekolah. Karena terpaksa harus bekerja”//……
Di sisi lain En Kurliadi Nf masih menuliskan kerinduan itu pada puisinyaGubuk Kami : kapung ragangdemikian bunyinya:…//gubuk ini kami bangun dengan keringat kuningpagi yang merapat pada senja
ternak yang dilepas ke lading sedangkan bila terbangun dari tidursungai mengirim kecipak airnya kehilir
ke tanah seberang, tempat jagung dan padi tumbuh juga
batu yang kanvas diantara hutan belukar//….
SementraJack Efendidalam „Majapahit, aku berhasrat Pulang” …//Setelah lama berburu silau di gebyarnya ibukota. Aku cemburu pada kemolekan Jaladwara di candimu. Memancurkan tirta ke ladang-ladang serta sawah. Aku risau dengan cara para punggawamu mengadunkan dirimu,//…
Penyair lain dalam buku ini seperti Nur Lathifah Khoerun Nisa dalam puisi berjudul“Pesona Kroya”
//Aku menjadi dewasa dipusaran kota ini,berlatih dan meniti langkah demi langkah kehidupanAromanya selalu merindu diri//…Sedang Sugi Hartono dalam puisi Batanghari menuturkan : //aku adalah hati
menyatu dilubuk hulu ke hilirmenggelayut dari purba
dengan cinta penuh maknapenghulu satu
memadu rindu dari waktu ke waktu//…..Tak dapat dipungkiri ia menyimpan kerinduan dan rindu yang muncul tiba-tiba , ungkapan kerinduan dari hasrat kembali pulang.
Di lembar lainSindi Violindamenulis dalam
“Hilangnya Kampung Halaman”…//Engkaulah wanita rentan yang setia menungguKulepaskan segala rindu padamu, Mak!Namun samar-samar akhirnya kusadar jugaKulirik sudut demi sudut kampungku berbeda//…
Begitu juga Tuti Anggraeni dalam “Rindu”…//di antara ada dan tiada engkau bersimaharaja pecahkan segala akal semua logika telinga, hidung, mata dan pancaindra mati merasa ruang waktu jarak terkapar tergeletak tersisa wajahmu penghilang seribu hasrat//…
Penyair lain sepertiYusti Aprilina dalam puisinya
“Pantai Panjang”mengisahkan : …//bermacam aneka panganan dijajakan oleh ibu-ibu ada udang dan kepiting goreng tepung kriukdi sepanjang pantai warung-warung menjajakan kelapa muda dan jagung bakar
asyik disantap kala sore menjelang menyaksikan sunset di ufuk baratmenikmati angin datang sepoi-sepoi
dan angan melayang nun jauh di seberang lautan
kenangan masih terus membayang, di tepi pantai ini//.
Penyair Bambang Widiatmokomenulis puisinya berjudul “Boulevard “//Setiap aku kembali ke tempat asal mulaDeretan pohon cemara masih setia menyapa
Yang hilang hanya tanah mengubah bulakDan menutup sumur hingga tak tersisa. / Aku selalu setia menjalani kehidupanSeperti boulevard tempat aku bermain layang-layangJuga tetap tegar seperti pilar-pilar balairung//. Demikian menyatu sampai sukma membeku.//
Kemudian penyairFasha Imani Febriyanti dalam puisi
“Sebuah Perjamuan”…//barangkali sudah kehendak illahihitam dan putih sebuah takdir.perwujudan cinta adalah harapanseperti halnya harapan purba
biarlah kutelan kenyataan ini//.
Lain itu semua , Djemi Tomuka dalam “Anak-anak Laut”(masa kecilku di kampung) berikut cuplikannya ….//ufuk baru saja tumbuh dengan cawat terikat dan dada telanjang anak-anak itu mulai menjelujur asin-asin laut dikedua tangannya berbaris di pasir dengan kaki setengah air memunguti satu persatu biji-biji terik yang menempel di soma bapak : hari-harinya, laut yang selama ini membusungkan dadanya siang masih sedikit miring ketika anak-anak itu harus kembali menggulung//…
Penyair BaliWayan Jengki Sunartajuga seakan mengahiri semua kerinduan itu berikut cuplikannya dalam “Di Somba Opu”: …//di somba opuapa yang piluselain langkah makin ragumenjauhdari istanamu//. Lalu penyairArdi Susantimengahiri kerinduan kampong halaman itu dengan “Kebun Teh Kotaku” : …//sejauh mata hamparan perdu the indah mengukir bebukitanmentari tersenyum malu kabut perlahan merangkak naik wanita-wanita perkasa ke luar peraduan berjalan kelilingi bukit kerangjang di bahu
jari-jamari lentik lincah menari di pucuk-pucuk daun teh
tanpa kenal lelah, tanpa hati patah//.
== Dunia Penyair Itu ==
Oleh Rg Bagus Warsono
Seperti tumbuhan pohon dalam hutan
Ada yang bermanfaat ada yang semak tak beguna
Ada yang tinggi rimbun dan mengayomi sesama ada yang terpencil tumbuh di atas batu.
Ada yang homogen dengan komunitasnya tersendiri ada yang unik dan langka
Ada yang sudah tua berbuah lebat dan ada yang baru tunas dengan kelopak kembang
Ada menjulang ada yang merambat mencari sandaran
Ada dirambati tumbuhan lain ada yang menjadi benalu
Ada yang beraroma khas ada yang berbau busuk bangkai
Ada yang berbunga indah namun ada yang berduri
Aku hanya tumbuhan ada di hutan penyair
diantara heterogen hutan itu
Aku ingin menjadi pohon sono keling yang berguna sebagai kayu furniture
Aku ingin menjadi bunga kantil dalam hutan yang mekar semerbak
Aku ingin menjadi durian menoreh yang nikmat dimakan
Atau aku menjadi rotan yang menjala
== Lomba Sastra Seperti Arisan Juara ==
Hati hati sahabatku dalam mengikuti lomba sastra skala nasional , sebab sering kali terjadi seperti ARISAN JUARA yang dilaksanakan komunitas tertentu
Meski dalam segi sosial mengangkat popularitas nama seorang teman juga laku yang baik, namun jika dilaksanakan mengajak masyarakat nasional ini adalah penipuan publik.
Tak heran bila banyak dijumpai penyandang juara tak sepadan dengan kualitas karya itu.
Laku sepertii ini memang tak harus menyalahkan penyelenggara iniadalah karena tingkat kepedulian pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang sangat jauh peduli perhatiannya pada karya dan pencipta sastra indonesia
Untuk dapat mengenali laku seperti ARISAN JUARA ini sangat mudah , pertama apabila hadiah itu cukup fantastik. Sebab di Indonesia harga buku masih relatif rendah sehingga royalti juga menyesuaikan harga. Apabila seponsor memberikan juga tak sampai jumlahnya fantastik karena mereka menyadari di sigment ini masih rendah di Indonesia baik peminat maupun pengapresiasi.
Hal mengenai ‘pesanan juara’ memang sudah tak asing lagi di dunia lomba sastra, namun terkadang sungguh mencederai pemula dan pegiat yang memang tengah dalam proses ‘lagi produk’ yang bagus.
Memang tidak semua , kita memiliki banyak lembaga kredibel yang peduli terhadap sastra. Namun demikian , sekali lagi lembaga-lembaga ini pun jarang disuport oleh pemerintah, kecuali donaturnya yang kecapaian memberi dana kegiatan.
Aku justru menghargai media-media cetak nasional yang menyediakan ruang bersastra meski kecil honorariumnya. Semakin berpengaruh media itu terhadap khalayak pembaca, semakin Anda sebagai pengisi sastra itu ada dimuat dalam media cetak independen dengan redaktur yang independen pula maka semakin kokoh ketokohan Anda sebagai penyair/sastrawan
Oleh karena itu jangan takut untuk tidak diakui dalam event tertentu, dalam komunitas tertentu, dalam undangan tertentu, bebas sajalah, independent dan merdeka. Tak perlu tidak dipanggil , tidak disebut, diakui sebagai penyair/sastrawan yang penting karya Anda ada yang membaca
Di 250 juta rakyat Indonesia ini kita harus memiliki rasa dan perasaan bahwa kita harus bangga dengan tumbuhnya penulis, penyair /sastrawan yang ribuan jumlahnya dan slalu bertambah.
== Puisi Menolak Korupsi (PMK) Antologi Puisi Terdahsyat ==
Pemberantasan korupsi setengah hati
Adalah Indonesia di 2013 ini. Sebuah negeri yang mendambakan bebas dari korup tetapi cita-cita itu digarap dengan setengah hati. Sejak masalah korupsi dimasukan dalam ketetapan MPR di awal reformasi, garapan pemerintah yang berkuasa sepenjang era ini sampai sekarang dapat diambil kesimpulan hanyalah dagelan dan suguhan tontonan yang klasik bagi bangsa ini. Karena hasil dari kerja pemerintah yang berkuasa dari mulai pemerintahan BJ Habibie, Abdurrachman Wahid, Megawati, sampai SBY tak ada prestasi yang cukup dinilai baik dalam ukuran nasional tentang garapan pemberantasan korupsi.
Semua hanya omong kosong/ bualan , slogan verbalis, dan program ngambang yang bertujuan untuk membodohi rakyat. Berapa trilyun uang negara yang dikorupsi dan berapa uang yang kembali, serta berapa oknum yang menjadi tersangka dan berapa orang yang korup dijebloskan penjara masih belum mencapai prosentase yang dapat dinilai baik.
Harapan rakyat kepada penegak hukum akan pemberantasan korupsi sebetulnya sudah dipercayakan pada penyelenggara penegakan hukum itu seperti Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman, sampai KPK, namun rakyat hanya menaruh harapan terus menerus tanpa melihat hasil yang berdampak pada perubahan karakter bangsa ini. Malah justru perilaku korup semakin menjadi-jadi. Akhirnya tumpuan harapan kepercayaan itu makin tak jelas dan akhirnya menjadi masa-bodoh dan akhirnya terserah saja pada yang menyelenggarakan pemerintah ini.
Bermula
Dunia sastra Indonesia 2013 dikejutkan dengan adanya karya puisi menolak korupsi yang ditulis oleh sastrawan se Nusantara. Seperti tersiram hujan semua rumput “nglilir” bergerak dan serentak dalam satu keinginan untuk negerinya menolak korupsi di Tanah Air ini. Lebih dari 200 sastrawan dari seluruh penjuru Tanah air terlibat menulis dalam antologi puisi yang bertema Puisi Menolak Korupsi (PMK). Adalah Leak Sosiawan (47) sastrawan asal Solo yang memiliki gagasan yang pada mulanya merupakan kegiatan seni sastra dengan menerbitkan antologi puisi menolak korupsi kini telah menjadi sebuah gerakan nasional dari kalangan sastrawan yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi.
Sumbangsih penyair untuk negeri
Dunia menyoroti kita sebagai salah satu negeri terkorup. Negara-negara donatur sudah geram melihat tingkah pejabat kita yang korup. Media bingung memberitakan kasus korupsi yang mana yang harus di beritakan pagi hari, karena saking banyaknya kasus korupsi yang masuk di meja redaksi. Alim ulama tak henti-henti menggemborkan utuk menyelamatkan negeri ini.
Sesekali tokoh muncul anti korupsi hanya untuk meraih suara, sudah itu ia juga termasuk dan melakukan korupsi. Lalu yang berteriak lantang membasmi korupsi kemuadian terikan itu menjadi lagu nostalgia yang membikin orang kantuk. Pendek kata hanya isapan jempol semata.
Disinilah penyair dengan berbagai keberadaannya yang sama sekali tidak ada perhatian dari pemerintah, bahkan boleh jadi pada komunitasnya yang ‘terpinggirkan’ dan mungkin ‘terbuang’ ikut memberikan sumbangsih dalam menyelamatkan negeri ini dari acaman bahaya korupsi. Melalui karya Puisi Menolak Korupsi mereka suguhkan untuk khalayak masyarakat Indonesia untuk dapat memberikaa apresiasi terhadap karyanya. Diharapkan melalui karya ini dapat mengajak masyarakat untuk menolak korupsi di manapun tempat.
Kelihatannya seperti tak ada artinya puisi menolak korupsi atau penyair menolak korupsi. Penegak hokum yang memiliki tanggung jawab pemberantasan korupsi yang ada di Indonesia juga susah menghadapi masalah korupsi ini, apalagi penyair yang tak punya apa-apa. Ditilik dari tindakan mungkin belum ada arti, namun melalui puisi menolak korupsi yang dibaca jutaan manusia Indonesia akan dapat menyentuh hati. Ia tidak saja sebagai penyejuk atau siraman air untuk otak manusia, tatapi telah memberikan wacana mendasar bahwa penyair Indonesia telah berbuat untuk negerinya , sebagai sumbangsih karya untuk Tanah Air tercinta.
Jangan Sampai Korupsi Menjadi Budaya
Masalah korupsi bukankah sudah ada sejak negara ini berdiri? Namun sebelumnya hal korupsi belum marak seperti sekarang ini. Masalah korupsi hampir terjadi di setiap pelosok negeri. Pelakunya dari pangkat terendah sampai pucuk pimpinan, dari pegawai rendahan sampai mentri, dari pejabat tingkat RT sampai Presiden dan beraneka profesi yang melakukannya. Wabahnya bak penyakit menular yang juga menyerang mantri pembasmi penyakit itu. Berangkat dari merajalelanya masalah korupsi yang sudah menasional ini bagaikan sebuah budaya baru yang dilakukan masyarakat, para penyair merasa prihatin melihat kejadian wabah korupsi yang terjadi di mana-mana ini.
Mengapa gunakan puisi
Sebuah pertanyaan kenapa puisinya yang menolak korupsi tidak penyairnya? Jika ini sebuah gerakan para penyair kenapa bukan penyair yang harus di depan? Pertanyaan di atas tidaklah harus disamakan dengan profesi lain. Sebab menurut sejarah, lebih berani tulisannya ketimbang orangnya. Lebih tajam pena-nya ketimbang lidahnya, lebik kritis kalimatnya ketimbang pendapatnya. Oleh karena itu para penyair gunakan produknya sebagai senjata untuk melawan korupsi.
Lebih dari itu sebetulnya produk sastra sangat erat dengan penulisnya. Undang-undang hak cipta begitu memberi kekuatan yang tak terpisahkan antara penulis dan karyanya. Jadi sebetulnya produk sastra tersirat dibelakangnya sosok penulisnya. Jika demikian jelas pesan yang dituangkan dalam karya sastra sebetulnya adalah hasil pemikiran penulisnya.Puisi menolak korupsi ini otomatis penyair yang mencipta puisi itu juga menolak korupsi.
Dalam diri hati manusia ada sisi baik dan sisi buruk. Siap orang yang waras menginginkan kehidupan yang baik. Sisi buruk yang ada hanyalah pembatas utuk tidak melakukannya. Sisi baik dan buruk slalu seiring pada diri manusia yang memiliki nafsu. Ini tergantung neracanya. Karena itu sisi buruk manusia perlu diisi dengan agama, aturan, pendidikan dan norma hidup. Sehingga sisi buruk itu terbelenggu dan tidak akan keluar dari nafsu manusia. Puisi sebagai karya sastra memiliki nilai berbagai macam sentuhan hati. sebab puisi yang diciptakan oleh para penyair terkandung menitipkan pesan-pesan kebaikan yang beraneka. Ahlak, budi pekerti, budaya luhur, norma adat, peraturan, pantangan dan sebagainya terdapat dalam puisi. Hampir tiap puisi yang dibuat terkandung unsur intrinsik pesan-pesan tersebut dan intrinsik inklusif dalam Puisi Menolak Korupsi adalah masalah korupsi.
Antologi Puisi Terbesar
Penerbitan antologi bersama (PMK) merupakan sebuah karya buku bersama. Sejak Angkatan Pujangga Baru telah ada penyai-penyair yang menerbitakan antologi bersama. Isi bisa satu tema, namun juga bisa berbeda tema atau beraneka tema puisi. Ada berbagai tujuan untuk menbuat antologi bersama: 1. Memenuhi standar ketebalan buku, 2. mengetengahkan bahwa pemilik gagasan (tema) bukan oleh seorang penyair tetapi lebih dari seorang penyair dengan maksud pembaca untuk mengapresiasi lebih terhadap isi yang melekat dengan sosok penyairnya, 3. Memenuhi angkatan pujangga pada saat itu.4. Memberikan kekuatan pada buku bahwa buku itu kelak dapat dibaca oleh publik tidak saja fans seorang sastrawan tertentu, tetapi lebih dari satu sastrawan yang juga memiliki fans-nya.5. Semangat untuk sebuah gagasan dari isi sebuah pesan. Dan yang terakhir ini, pada buku PMK ini, saya melihat semangat para penyair untuk sebuah gagasan (menolak korupsi di Tanah Air) lewat sebuah pesan (isi puisi) lebih kuat tampaknya. Agaknya Leak Sosiawan tidak memandang siapa penyairnya, dari golongan apa penyairnya, atau dari mana asal penyairnya yang penting adalah sumbangsih karya puisi itu. Lebih dari itu Leak Sosiawan telah diterima oleh setiap pengirim puisi untuk memilah dan menentukan kelayakan sebuah puisi laik terbit. Namun ia senantiasa menghargai bobot karya dari siapa pun karena memang pertimbangan no. 2 dan 4 di atas dari tujuan membuat puisi bersama. Yang terakhir adalah, bahwa semua orang bisa melakukan seperti meniru, tetapi orang pertama yang mencetuskan/menciptakan/menggagas/menelorkan ide itu harus dihargai.
Multi Angkatan
Dalam kurun hapir setengah abad perjalanan negeri ini (sejak 1966) perjalanan sastrawan kita hanya membuat karya yang bagus serta kreatifitas karya kekinian (modern) namun sulit dibuat angkatan. Bolehlah pada kritikus sastra atau sastrawan membuat angkatan kesusastraan, dengan alasan yang berbeda-beda, Itu sah-sah saja. Angkatan Reformasi, Angkatan 2000 tak menjadi maslah sejauh referensinya dapat diterima. Di Antologi PMK terdapat beberapa nama penyair yang terkenal dan termasuk dalam angkatan-angkatan sastrawan sebelumnya. Seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Tajuddin Noor Ganie , Isbedy Stiawan ZS, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman dan lain lain yang termasuk dalam angkatan 80-an , angkatan 90-an, atau angkatan 2000 . Bahkan jika dilihat dari usia ada penyair PMK yang berusia 60 tahun dan juga yng masih dibawah usia 30. Meskipun gelombang reformasi mengganti orde baru, karya satra berikut sastrawannya tidak mengiringi perubahan bangsa ini. Hal demikian dikarenakan reformasi yang sampai sekarang masih berjalan tersendat-sendat.
Menembus 2,5 Juta Pembaca
Antologi Bersama dapat menjadi sebuah dokumen sastra yang bersifat nasional dan memenuhi banyak pembaca serta menjadi bahan rujukan. Sebagai contoh Antologi puisi yang ditulis oleh banyak penyair dari berbagai penjuru Tanah Air akan mampu menembus pembaca hingga jutaan manusia. Buku Antologi puisi Menolak Korupsi kurang lebih ditulis oleh 284 penyair Indonesia dan 291 karya peljar atu berjumlah 575 peserta pengisi antologi. Jika setiap penyair memiliki keluarga, teman, fans, dan anak asuh sastra di sanggar saja maka setiap penyair mambawa 200 pembaca buku tersebut. Maka buku antologi-bersama akan menembus ratusan ribu pembaca.
Sengaja penulis tidak menghitung buku yang dicetak. Menghitung pembaca dari buku yang dicetak akan sulit ditaksir. Kecuali buku tersebut telah terjual dan menjadi best seller. Ini juga dengan menggunakan prinsip buku yang terjual pasti dibaca pembelinya meskipun tidak semua pembeli buku membaca buku yang dibelinya sampai tamat.
Keunggulan buku antologi-bersama secara geografis terkadang memenuhi keterwakilan publik di suatu daerah. Hal demikian dikarenakan sastrawan biasanya merupakan tokoh masyarakat di daerahnya. Semakin banyak keterwakilan sastrawan dari berbagai daerah , bahkan daerah terpencil maka semakin banyak jumlah pembacanya.
Antologi bersama sangat menguntungkan nama penyairnya dikarenakan melalui buku itu masing-masing dikenalkan kepada penyair lainnya dalam buku itu. Yang sudah populair akan semakin dikenal masyarakat dan yang baru meniti tangga mulai dikenalkan lewat karya dalam buku itu.
Antologi yang demikian menjadi Antologi puisi yang berstandar nasional pada ukuran pembaca. Demikian karena ukuran kelayakan sebuah buku adalah layak dibaca dan pernah dibaca. Contoh saja misalnya dalam lomba perpustakaan, ukuran keberhasilan adalah pembaca. Terbiasa sekali juri lomba perpustakaan mengukur jumlah pengunjung sebagai faktor utama, bukan gedung dan bukan bukunya yang tebal-tebal dan mahal.
Antologi bersama memerlukan standar isi agar bermutu. Karenanya perlu menampilkan team penyeleksi puisi peserta antologi. Bukan penyair peserta pengisi antologi tetapi karya peserta itu yang diseleksi. Jadi dua hal penting antologi bersama yakni pembaca dan puisi peserta antologi.
Hal pembaca sastra Indonesia kebanyakan didominasi pelajar dan mahasiswa pada status sosial lain masih demikain rendah. Menempati uriutan kedua adalah pendidik. Pembaca sastra Indonesia banyak dimotori/digelorakan oleh para pendidik itu kepada siswa dan mahasiswanya. Andai saja mereka turut membatu karya sastrawan, maka pembaca sastra Indonesia akan meningkat, sebab sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak dan remaja! Diantara para pengisi antologi ini terdapat banyak penyair yang juga berprofesi sebagai pendidik. Seringkali buku PMK dijadikan bahan ajar pelajaran sastra di sekolah-sekolah maka bukan mustahil buku yang dicetak terbatas diperuntukan untuk penulisnya ini banya dibaca siswa. Kemudian kegiatan-kegiatan peluncuran antologi PMK, bedah buku PMK, Lomb abaca PMK, serta road Show PMK menambah jumlah pembaca. Kini kegiatan road Show PMK telah lebih dari 20 tempat dilaksanakan di Tanah Air.
‘Road Show’ puisi denyut nadi PMK sepanjang tahun
Belum pernah sebelumnya ada buku antologi puisi di-‘roadswhow’-kan ke sejumlah kota untuk apa? Apakah belum cukup populair dengan sekali peluncuran? Apakah belum menyentuh sasaran? Atau ini merupakan roadshow-nya penyair PMK? Jawabnya adalah seperti dikatakan Sosiawan Leak yakni kemandirian yang menjadi dasar digulirkannya program Road Show Puisi Menolak Korupsi isi road show bisa dalam wujud pembacaan puisi, pentas seni, seminar, diskusi, orasi, lomba baca puisi, lomba cipta puisi dan lain-lain yang dilakukan secara otonom di berbagai kota, dikoordinir oleh penyair PMK yang mukim di kota tersebut. Ini artinya bahwa untuk melaksanakan gerakan PMK itu dilaksanakan tanpa paksaan dari siapa pun yang turut tergerak hatinya untuk berpartisipasi melawan korpsi dengan cara kegiatan sastra seperti disebutkan Sosiawan Leak sebagai gerakan sikap para penyair untuk melwan korupsi dengan caranya.
Bermula di wujudkan dengan road shownya di Makam Proklamator terus merambah ke kota-kota di seluruh Tanah Air dan pada 27 September 2013 road shownya VI di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi di Jakarta.
Peserta Pengisi Antologi Terbanyak dalam sejarah
Siapa-siapa saja mereka (penyair itu yang terlibat) adalah para penulis puisi dalam antologi Puisi Menolak Korupsi, mereka adalah :Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku Antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid I
:1. Abdurrahman El Husaini (Martapura)2. Acep Syahril (Indramayu)3. Agus R Sardjono (Jakarta)4. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)5. Ahmad Daladi (Magelang)6. Ahmadun Y Herfanda (Jakarta)7. Akaha Taufan Aminudin (Batu, Malang)8. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)9. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta)10. Aming Aminudin (Surabaya)11. Andreas Kristoko (Yogja)12. Andrias Edison (Blitar)13. Andrik Purwasito (Solo)14. Anggoro Suprapto (Semarang)15. Ardi Susanti (Tulungagung)16. Arsyad Indradi (Banjarbaru)17. Asyari Muhammad (Jepara)18. Ayu Cipta (Tangerang)19. Bagus Putu Parto (Blitar)20. Bambang Eka Prasetya (Magelang)21. Bambang Supranoto (Cepu)22. Bambang Widiatmoko (Bekasi)23. Beni Setia (Caruban)24. Bontot Sukandar (Tegal)25. Brigita Neny Anggraeni (Semarang)26. Budhi Setyawan (Bekasi)27. Dedet Setiadi (Magelang)28. Denni Meilizon (Padang)29. Dharmadi (Purwokerto)30. Didid Endro S (Jepara)31. Dimas Arika Mihardja (Jambi)32. Dona Anovita (Surabaya)33. Dwi Ery Santosa (Tegal)34. Dyah Setyawati (Tegal)35. Eka Pradhaning (Magelang)36. Eko Widianto (Jepara)37. Ekohm Abiyasa (Solo)38. Endang Setiyaningsih (Bogor)39. Endang Supriyadi (Depok)40. Gunawan Tri Admojo (Solo)41. Handry Tm (Semarang)42. Hardho Sayoko Spb (Ngawi)43. Heru Mugiarso (Semarang)44. Hilda Rumambi (Palu)45. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah)46. Isbedy Stiawan ZS (Lampung)47. Jamal D Rahman (Jakarta)48. Jhon F.S. Pane (Kotabaru)49. Jumari HS (Kudus)50. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat)51. Kun Cahyono Ps (Wonosobo)52. Kuspriyanto Namma (Ngawi)53. Lailatul Kiptiyah (Blitar)54. Lennon Machali (Gresik)55. Lukni Maulana (Semarang)56. M. Enthieh Mudakir (Tegal)57. Mubaqi Abdullah (Semarang)58. Najibul Mahbub (Pekalongan)59. Nurngudiono (Tegal)60. Oscar Amran (Bogor)61. Puji Pistols (Pati)62. Puput Amiranti (Blitar)63. Puspita Ann (Solo)64. Radar Panca Dahana (Jakarta)65. Ribut Achwandi (Pekalongan)66. Ribut Basuki (Surabaya)67. Rohmat Djoko Prakosa (Surabaya)68. Saiful Bahri (Aceh)69. Sosiawan Leak (Solo)70. Sudarmono (Bekasi)71. Sulis Bambang (Semarang)72. Sumasno Hadi (Banjarmasin)73. Surya Hardi (Pekanbaru)74. Sus S Hardjono (Sragen)75. Suyitna Ethex (Mojokerto)76. Syam Chandra (Yogyakarta)77. Syarifuddin Arifin (Padang)78. Thomas Budi Santoso (Kudus)79. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)80. Tri Lara Prasetya Rina (Bali)81. Udik Agus Dw (Jepara)82. W. Haryanto (Blitar)83. Wardjito Soeharso (Semarang)84. Yudhie Yarco (Jepara)85. Zainul Walid (Situbondo)
Penyair Indonesia yang ikut menulis di buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Jilid II (IIa dan IIb)
Antologi PMK Jilid 2: 1. A. Ganjar Sudibyo (Semarang)2. A’yat Khalili (Sumenep)3. Aan Setiawan (Banjarbaru)4. Abah Yoyok (Tangerang)5. Abdul Aziz H. M. El Basyroh (Indramayu)6. Abdurrahman El Husaini (Martapura)7. Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya)8. Ade Ubaidil (Cilegon)9. Adi Rosadi (Cianjur)10. Agus R. Subagyo (Nganjuk)11. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)12. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)13. Agus Warsono (Indramayu)14. Agustav Triono (Purwokerto)15. Agustinus (Purbalingga)16. Ahlul Hukmi (Dumai)17. Ahmad Ardian (Pangkep)18. Ahmad Daladi (Magelang)19. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan)20. Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta)21. Akaha Taufan Aminudin (Batu)22. Akhmad Nurhadi Moekri (Sumenep)23. Alex R. Nainggolan (Tangerang)24. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)25. Allief Zam Billah (Rembang)26. Aloeth Pathi (Pati)27. Alya Salaisha-Sinta (Cikarang)28. Aming Aminudin (Mojokerto)29. Andreas Kristoko (Yogjakarta)30. Andrias Edison (Blitar)31. Anggoro Suprapto (Semarang)32. Anna Mariyana (Banjarmasin)33. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap)34. Arba’ Karomaini (Pati)35. Ardi Susanti (Tulungagung)36. Ardian Je (Serang)37. Arsyad Indradi (Banjarbaru)38. Asdar Muis R. M. S.(Makassar)39. Asmoro Al Fahrabi (Pasuruan)40. Asril Koto (Padang)41. Asyari Muhammad (Jepara)42. Autar Abdillah (Sidoarjo)43. Ayu Cipta (Tangerang)44. Badaruddin Amir (Barru)45. Bambang Eka Prasetya (Magelang)46. Bambang Karno (Wonogiri)47. Barlean Bagus S. A. (Jember)48. Bontot Sukandar (Tegal)49. Budhi Setyawan (Bekasi)50. Chafidh Nugroho (Kudus)51. D. G. Kumarsana (Lombok Barat)52. Darman D. Hoeri (Malang)53. Daryat Arya (Cilacap)54. Denni Melizon (Padang)55. Denny Mizhar (Malang)56. Diah Rofika (Berlin)57. Diah Setyawati (Tegal)58. Diana Roosetindaro (Solo)59. Didid Endro S. (Jepara)60. Dimas Arika Mihardja (Jambi)61. Dimas Indiana Senja (Brebes)62. Dini S. Setyowati (Amsterdam)63. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar)64. Dulrohim (Purworejo)65. Dwi Ery Santoso (Tegal)66. Dwi Haryanta (Jakarta)67. Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)68. Dyah Narang Huth (Hamburg)69. Eddie MNS-Soemanto (Padang)70. Edy Saputra (Blitar)71. Efendi Saleh (Blitar)72. Eka Pradhaning (Magelang)73. Emha Jayabrata (Pekalongan)74. Endang Setiyaningsih (Bogor)75. Endang Supriyadi (Depok)76. Euis Herni Ismail (Subang)77. Fahrurraji Asmuni (Amuntai)78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang)79. Fakrunnas M. A. Jabbar (Pekanbaru)80. Fatah Rastafara (Pekalongan)81. Felix Nesi (Nusa Tenggara Timur)82. Fendy A. Bura Raja (Sumenep)83. Ferdi Afrar (Sidoarjo)84. Fikar W. Eda (Aceh)85. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang)86. Gia Setiawati Mokobela (Kotamobagu)87. Gol A Gong (Serang)88. Habibullah Hamim (Pasuruan)89. Hadikawa (Banjarbaru)90. Haidar Hafeez (Pasuruan)91. Hardho Sayoko Spb. (Ngawi)92. Haryono Soekiran (Purbalingga)93. Hasan B. Saidi (Batam)94. Hasan Bisri B. F. C. (Jakarta)95. Hasta Indriyana (Bandung)96. Heny Gunanto (Pemalang)97. Herman Syahara (Jakarta)98. Heru Mugiarso (Semarang)99. Hidayat Raharja (Sumenep)100. Husnu Abadi (Pekanbaru)101. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru)102. Ibramsyah Amandit (Barito Kuala)103. Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung)104. Jefri Widodo (Ngawi)105. Jhon F. Pane (Kotabaru)106. Johan Bhimo (Sragen)107. Joko Wahono (Sragen)108. Jose Rizal Manua (Jakarta)109. Joshua Igho (Tegal)110. Jumari H. S. (Kudus)111. Juperta Panji Utama (Lampung)112. Kalsum Belgis (Martapura)113. Ken Hanggara (Pasuruan)114. Kidung Purnama (Ciamis)115. Kusdaryoko (Banjarnegara)116. Lara Prasetya Rina (Denpasar)117. Linda Ramsita Nasir (Bekasi)118. Lukman Mahbubi (Sumenep)119. M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala)120. M. Andi Virman (Purwokerto)121. M. Enthieh Mudakir (Tegal)122. M. Faizi (Sumenep, Madura)123. M. Syarifuddin (Jember)124. M. L. Budi Agung (Temanggung)125. Maria Roeslie (Samarinda)126. Marlin Dinamikanto (Jakarta)127. Melur Seruni (Singapura)128. Memed Gunawan (Jakarta)129. Micha Adiatma (Solo)130. Mubaqi Abdullah (Semarang)131. Muhammad Rain (Langsa)132. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)133. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi)134. Muhary Wahyu Nurba (Makassar)135. Muhtar S. Hidayat (Blora)136. Mustofa W. Hasyim (Yogjakarta)137. Nabilla Nailur Rohmah (Malang)138. Najibul Mahbub (Pekalongan)139. Nike Aditya Putri (Cilacap)140. Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang)141. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu)142. Pekik Sat Siswonirmolo (Kebumen)143. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek)144. R. B. Edi Pramono (Yogyakarta)145. R. Giryadi (Sidoarjo)146. R. Valentina Sagala (Bandung)147. Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin)148. Ribut Achwandi (Pekalongan)149. Ribut Basuki (Surabaya)150. Rini Ganefa (Semarang)151. Rivai Adi (Jakarta)152. Riyanto (Purwokerto)153. Rohseno Aji Affandi (Solo)154. Rosiana Putri (Banjarbaru)155. Rudi Yesus (Yogjakarta)156. S. A. Susilowati (Semarang)157. Sabahuddin Senin (Kinabalu)158. Saiful Bahri (Aceh)159. Saiful Hadjar (Surabaya)160. Samsuni Sarman (Banjarmasin)161. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung)162. Serunie (Solo)163. Soekoso D. M. (Purworejo)164. Soetan Radjo Pamoentjak (Batusangkar)165. Sri Wahyuni (Gresik)166. Sulis Bambang (Semarang)167. Sumanang Tirtasujana (Purworejo)168. Sumasno Hadi (Banjarbaru)169. Sunaryo Broto (Kaltim)170. Suroto S. Toto (Purworejo)171. Surya Hardi (Riau)172. Sus S. Hardjono (Sragen)173. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta)174. Suyitno Ethexs (Mojokerto)175. Syafrizal Sahrun (Medan)176. Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin)177. Tan Tjin Siong (Surabaya)178. Tarmizi Rumahitam (Batam)179. Tarni Kasanpawiro (Bekasi)180. Tengsoe Tjahjono (Surabaya)181. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)182. Titik Kartitiani (Tangerang)183. Toto St. Radik (Serang)184. Turiyo Ragilputra (Kebumen)185. Udik Agus Dhewe (Jepara)186. Udo Z. Karzi (Lampung)187. Wahyu Prihantoro (Ngawi)188. Wahyu Subakdiono (Bojonegoro)189. Wanto Tirta (Ajibarang)190. Wardjito Soeharso (Semarang)191. Wawan Hamzah Arfan (Cirebon)192. Wawan Kurn (Makassar)193. Wijaya Heru Santosa (Kutoarjo)194. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang)195. Yanusa Nugroho (Tangerang)196. Yatim Ahmad (Kinabalu)197. Yogira Yogaswara (Bandung)198. Yudhie Yarcho (Jepara)199. Zubaidah Djohar (Aceh). Disamping para penyair tersebut diatas juga memunculkan Penerbitan Buku Puisi Menolak Korupsi Jilid 3 karya pelajar Indonesia , mereka adalah :1. A. Habiburrahman (Sumenep)2. A. Kafi Febrian (Sumenep)3. Abdul Azis Pane (Deli Serdang)4. Abi Ortega (Pangkalan Kerinci, Riau)5. Aeni Krismonika (Purbalingga)6. Afifatus Sa’diah (Jember)7. Agil Vina Febriana (Salatiga)8. Agri Satrio Adi Nugroho (Sukoharjo)9. Ahmad Alfi (Surakarta)10. Ahmad Khoirur Roziq (Kediri)11. Ahmad Latief Ansory (Palembang)12. Ahmad Saugi Andrian P. (Tangerang)13. Ahnafudin Toha (Semarang)14. Ahshalia Ayu Aghnia (Pekalongan)15. Aida Kurniasih (Banyumas)16. Aisyah Rachma (Surabaya)17. Aji Rahmat Imanudin (Bojonegoro)18. Aji Tanda19. Alanwari (Bogor)20. Alfianingsih (Purbalingga)21. Alimatus Saadiyah (Ngawi)22. Amalia Nurus Syifa (Banyumas)23. Amazona Mega Ramadhanty (Cilacap)24. Amir F. A. (Sumenep)25. Anastasia Sita Wulandari (Gunung Kidul)26. Andi Wijaksono (Purbalingga)27. Andika (Banyumas)28. Andrian Eka Saputra (Boyolali)29. Andy Putra Ramadhan (Semarang)30. Angga Anggriawan (Ciamis)31. Angga Tri Andriyono (Banyumas)32. Anis Ilahy Nafsi (Ngawi)33. Anisa Wulansari (Balikpapan)34. Annas Tunggal (Ngawi)35. Anurul Islami (Banyumas)36. Ardiyah (Banjarnegara)37. Arif Budiman (Lamongan)38. Arifah Hasin Haluqi (Banyumas)39. Arina Sabila Najah (Pasuruan)40. Asmoro Al-fahrabi (Pasuruan)41. Assa Levina (Banyumas)42. Astiwi Safitri (Pinrang, Sulsel)43. Audi Ariaji Harahap (Medan)44. Aulia Nur Fadilah (Banyumas)45. Aulia Qurrotu Aini (Karanganyar)46. Aulia Widyanagara (Bojonegoro)47. Avivatus Sa’diyah (Jember)48. Ayu Ana Widiastutik (Sumenep)49. Ayunda Bilqish Alfiatussyifa (Bojonegoro)50. Badruz Zaman (Sumenep). Bella Fitriana Handayani (Bekasi)52. Bima Sarutobi53. Catur Hari Mukti (Sragen)54. Chaoril Imam (Surakarta)55. Chandra Adhi Susanto (Ngawi)56. Charis (Banyumas)57. Chatarina Dewi Anggraeni (Purworejo)58. Daniswari Anggadewi (Surakarta). Daviatul Umam el-S (Sumenep)60. David Rizaldi (Sragen)61. Dedy Yusuf Evendi (Pasuruan). Della Oktaviani Sorongan (Bekasi)63. Desiya Nailil Muna (Kudus)64. Deva Lili Fiana (Banyumas)65. Devi Anggereni (Purbalingga)66. Dewi Lestari (Kudus)67. Dewi Munfachiroh (Pasuruan)68. Dewi Nafiah (Banyumas)69. Dewi R. (Banyumas)70. Dewi Retno Putri Pradana (Jember)71. Dewi Sulistyowati (Salatiga)72. Dewinta P. (Banyumas)73. Dhia Asa Imtinan (Pekalongan)74. Diah Pratiwi (Banyumas)75. Dian Ilmi (Pekalongan)76. Dian Novita Arum Sari (Nganjuk)77. Diana Khasna Nisrina (Batang)78. Diantini79. Dika Bhakti (Bojonegoro)80. Dina (Banyumas)81. Dwi Ari Sulistiyani (Banyumas)82. Dwi Ayu Wandirah (Purbalingga)83. Dwi Roro Asih (Banyumas)84. Dwiana Nur Rizki Hanifah (Banyumas)85. Eka Ervina Ari Ardana (Nganjuk)86. Ela Fuji Lestari (Semarang)87. Elis Alvirawati (Sragen)88. Elisabeth Sabrina P.S. (Banyumas)89. Ervina Ruth Priya Sambada (Boyolali)90. Estri Tirta Titis Pinasthi (Ngawi)91. Evadatul Khusnah92. Evi Oktaviani (Banyumas)93. Fahri (Banyumas)94. Faiqotul Himmah (Pasuruan)95. Faiza Ainia (Banyumas)96. Fajar Aji Pamungkas (Banyumas)97. Fathan Dikha Muttaqin (Tulungagung)98. Fatimatul Chabibah (Pasuruan)99. Febri Yani Rustanti100. Filujeng Nur Rochma (Ngawi)101. Firdha Avivia P. K. (Sragen)102. Fitri Kurniawati (Ngawi)103. Fitri Riyanti (Banyumas)104. Fridolfna Nahong (Manggarai, NTT)105. Galuh Prima Sabarina (Banyumas)106. Galuh Rahma (Ngawi)107. Garita Esa M. (Banyumas)108. Gilbertus Luki Targau (Manggarai, NTT)109. Hafid Rois Al Ahsan (Sragen)
110. Hanida Salsabila (Banyumas)111. Hanifah Annuru Masruroh (Nganjuk)112. Hansen Sunaryangga (Brebes)113. Hanu Neda Septian (Banyumas)114. Harrits Rizqi Budiman (Malang)115. Hasna Rosikhatun Nasika (Kediri)116. Helda Kristi Seimahuira (Ambon)117. Hendi Aryo Bastian (Banyumas)118. Heni Puspitasari (Gunung Kidul)119. Hestina PH (Banyumas)120. Hidayah Sumiyani (Tuban)121. Hilmun Al Ghumaydha (Ngawi)122. Husein (Banyumas)123. Ibnu Akthailan (Banyumas)124. Ifa Nur Cahyani (Banyumas)125. Iffah Mahiratun Nisa (Sragen)126. Iin Yulita Sari (Ngawi)127. Ike Silviaranchi (Banyumas)128. Irma Oktiyar Diani (Banyumas)129. Irma Yusianti (Banyumas)130. Ismailia (Pasuruan)131. Ismiyatul Faizah (Ngawi)132. Istiqlal Fauzan Hidayat (Tegal)133. Itsna Agustin Nur R. (Banyumas)134. Izra (Banyumas)135. Jauharie Maulidie (Sumenep)136. Kartika Rahmarani (Banjarnegara). Kartika Rochmawati (Ngawi)138. Khansa Salsabilla A. (Banyuwangi)139. Khollatul Jalilah (Sumenep)
140. Khusnul Ihda Muslikah (Trenggalek)141. Kiki Novitasari (Pasuruan)142. Kuni Zakiyah Rahmadhani (Banyuwangi) 143. Laila Nailu Rahmatika (Ngawi)144. Laila Nur Ainiyah (Nganjuk)145. Laila Nur Azizah (Banyumas)
146. Legita (Banyumas)147. Lina Alfiani (Ciamis)148. Linda Purwanti (Purbalingga)149. Linda Puspita Dewi (Sragen)
150. Lisa Aryati (Banjarnegara)151. Livia Arizka (Banjarnegara)152. Lucky Windya Mawarni (Ngawi)153. Lukiyati Ningsih (Mojokerto)154. Lum’atun Nikmah (Pati)155. Lusi Sukmawati (Pekalongan)156. Luthfiyah Amani (Banyumas)157. M. Ridho Ilahi (Palembang)158. M. Rofil Zainuri (Sumenep)159. M. Sirojuddin (Pasuruan)160. Ma’ruf Wahyudin (Blora)161. Malik Susanto (Pekalongan)162. Marisa Nurhayati (Magelang)163. Martinus Tundu (Manggarai, NTT)164. Matahari Adi. S. B. (Jombang)165. Maulida Solekhah (Nganjuk)166. Maulina Fikriyah (Pasuruan)167. Mega Fitria Trisnasari (Ngawi)168. Mentari Cesari Pangestika (Purbalingga)169. Mey Nur Hikmah (Banyumas)170. Miftahul Khoiriyah (Nganjuk)171. Minati Dwi Vinasih (Sragen)172. Mirna Nuraisyah (Ciamis)173. Mirnawati (Banyumas)174. Moh. Syarif Muzammil (Sumenep)175. Moh. Yasid (Sumenep)176. Mohammad Ahlisil Haq (Gresik)177. Mohammad Kholili (Sumenep)178. Mufti Aji Panuntun (Banyumas)179. Muhamad Fathan Mubin (Serang)180. Muhammad As’ad (Pasuruan)181. Muhammad Baghiz Arom-rom (Banyumas). Muhammad Habibullah (Pasuruan). Muhammad Hafeedz Amar Rishka (Indramayu)184. Muhammad Irfan Aziz (Pasuruan)
185. Muhammad Juroimi (Pasuruan)186. Muhammad Rifqi Saifudin (Barito Kuala, Kalsel)187. Muhammad Zha’farudin Pudya Wardana (Malang)188. Muliyana Nurjanah (Purbalingga)189. Nabila (Martapura)190. Nabila Bunga Ratu Piara Dicinta (Banyumas)191. Nabila Ramadhani Zain (Banyumas)192. Nahdliyah Furri Utami (Tegal)193. Naila Salsabila (Sragen)194. Nailil (Banyumas)195. Nara Latif (Banjarnegara)196. Nely Rosyalina Agustin (Banyumas)197. Nida Nurunnisa (Ciamis)198. Nisrina Yusha S. (Banyumas)199. Niswatul Badiah (Pasuruan)200. Nita Kamila (Jepara)201. Nofika Rahmayani (Nganjuk)202. Novalia Meta F (Purbalingga)203. Novi Justika Harini (Ngawi)204. Novi Setyowati (Wonosobo)205. Nur Lailatul Rahni (Deli Serdang)206. Nur Laili Indah Sari (Banyumas)207. Nur Silvi Nafsila (Banyumas)208. Nur Widowati (Cirebon)209. Nurfita Dwi Lestari (Jepara)210. Nursandrawali Gosul (Bantaeng, Sulsel)211. Nurul Fajariyana (Banyumas)212. Nurul Fajri Khoirunnisa (Magelang)213. Nurul Hayati (Banyumas)214. Nurul Hidayah (Sragen)215. Nurul Miftah Awaliyah (Banyumas)216. Nurul Rahmawati (Ngawi)217. Pandi Zakaria (Brebes)218. Penti Aprianti (Ciamis)219. Pradiana Setianingrum (Semarang)220. Puri Elviana (Bandung)221. Putri Ageng Pinareng222. Putri Agus Yuli Yanti (Nganjuk)223. Putri Dikha Syahirah (Tulungagung)224. Putri Handika (Banyumas)225. Putri Kartika Sari (Kediri)226. Qistia Ummah Khasanah (Tuban)227. Rahma Mamlu’atul Maula (Kediri)228. Rahmawatun S. (Sukoharjo)229. Ratna Ulfa Artati (Pekalongan)230. Recha Melia (Purworejo)231. Restu Ade Kurniawan (Pati)232. Reza Siskana Lia (Jepara)233. Reza Sulkhaerah A. Semmagga (Barru)234. Ririn D. U.235. Rischa Setyaningrum (Ngawi)236. Riski Mei Yana Suci (Purbalingga)237. Risqiana Imarotul Ainiyah (Nganjuk)238. Rizka Melyana (Purbalingga)239. Rizka Novita Wardani (Ngawi)240. Rizki Dwi Utami (Bogor)241. Robi Husnimubaroq (Sumedang)242. Robiyatun (Sragen)243. Roro Ajeng Olga Dewi Wulan (Ngawi)244. Rosyidatul Auliya (Pasuruan)245. Sari Nurfatwa Hakim (Ciamis)246. Satrio Dwi Sanjaya (Malang)247. Sausan Syah Muz’shofiyya (Nganjuk)248. Septi Tri R. (Banyumas)249. Shella (Jepara)250. Shielvia (Banyumas)251. Sigit Nur Pratama (Banyumas)252. Silvy Damayanti (Ciamis)253. Sindi Violinda (Medan). Siti Mazroatul H. (Rembang)255. Siti Nailah (Sumenep)256. Siti Nur Afifah (Ngawi)257. Sonya Novisca Wijaya (Palembang)258. Sri Bulan Cahya Hartati Ningsih (Kediri)259. Suci Triana Putri (Bantaeng, Sulsel). Sucirahmawati (Banyumas)261. Sufyan Tsauri (Sumenep)262. Sugiati Surya Dewi (Pasuruan)263. Sukma Ningrum Dian Anggraeni (Purworejo)264. Sulaiman Alfian (Pasuruan)265. Syaiful Azhar (Sragen)266. Syaiful Bachri (Sumenep)267. Syifa Mutiara Salsabila (Banyumas)268. Tarisa Fika Rahayu (Banyumas)269. Taufik Ardiansyah (Ciamis)270. Thania (Salatiga)271. Titin Trianti (Bojonegoro)272. Tri Widya Putri Lestari (Purbalingga)273. Ulfah Nurul Hidayah (Banyumas)274. Umi Nafisah (Banjarnegara)275. Ummamul Fatina (Ngawi). Uuli Kufita Imtikhana (Kudus)277. Vivi Yantri Halimatus Sa’diyah (Banyumas)278. Wahyu Tri S (Ngawi)279. Wida Marliana (Banjarnegara)280. Widad T. A. (Banyumas)281. Winda Nursita (Banyumas)282. Windani Afni Nurlaeli (Banyumas)283. Wisma Nantha (Purworejo)284. Wiwit Prihatini (Banyumas)285. Yuli Setiawati (Jakarta Timur)286. Yunisma Sulala (Banyuwangi)287. YunitaLuthfiani (Kudus)288. Yusrina Nur (Pekalongan)289. Yutik Ayatun Khasanah (Sragen)290. Yutri Linoku Liyu (Bandung)291. Zain Rochmatiningsih (Tulungagung)
Rujukan :1. “Sastrawan Angkatan 2000″. Korrie Layun Rampan Gramedia Jakarta2000;2. Antologi PMK jilis 1, 2a, 2b , Karya Pelajar Forum Sastra Surakarta. 2013/2014.
== Satu Lagi HMGM Terbitkan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014 ==
Judul : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia 2014
Karya : Sastrawan Indonesia 2014
1.Abdul Wahid,2.Ali Syamsudin Ars, 3.Aloeth Pathi ,
4.Andrian Eka Saputra ,5.CecepNurbani ,
6.Dimas Indiana Senja,7.Dwi Klik Santosa,
8.Eddie MNS Soemanto, 9.eL Trip Umiuki,
10.Fahmi Wahid,11.Fasha Imani Febrianty,
12.Fitrah Anugerah ,13.Gampang Prawoto,
14.Iwan Kusmiadi,15.Julia Hartini, 16Mohamad Amrin. 17.Moh. Ghufron Cholid ,
18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha,19.Nieranita,
20.Novy Noorhayati Syahfida ,21.Puji Astuti,
22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara,
23.Ridwan Ch. Madris ,24.Roni Nugraha Syafroni ,
25.Soekoso DM,26.Sokanindya Pratiwi Wening,
27.Sus S. Hardjono,28.Syarif hidayatullah,
29.Wadie Maharief, 30.Wardjito Soeharso,
Jilid : 1
Desain : Ibro Art
Penerbit : HMGM
Cetakan : Pertama
Isi : 102 halaman
Tahun terbit : 2014
Desain sapul : Ibro Art
Editor : Abdurrachman D Mappuji
Hak cipta dilindungi undang-undang
(all right reserved)
== Demokrasi di Dunia Sastra ==
Demokrasi di dunia sastra
Demokrasi di dunia sastra telah dilakukan oleh para pendahulu kita untuk berkarya. Dari demokrasi itu telah banyak jatuh korban pembunuhan nama baik. Namun kita harus berterima kasih pada mereka, tak bakal seperti sekarang ini jika tak ada perjuangan para pendahulu kita yang memperjuangkan demokrasi. Yakni bebas berorganisasi, bebas menulis apa saja namun bertanggung jawab, bebas memilih penerbitan, bebas bernaung di bawah panji apa saja. Pokoknya demokrasi telah diperjuangkan mereka para sastrawan pendahulu kita.
Nah sekarang apa yang patut diperjuangkan ? Yakni : Untuk tidak menganggap salah satu media untuk tidak menjadi acuan utama sastra Indonesia. Untuk tidak menganggap salah satu lembaga untuk tidak menjadi acuan utama sastra Indonesia. Dan untuk tidak menganggap salah satu sastrawan sebagai paus sastra, presiden penyair, atau jendral penyair , sehingga tak ada penentu atau hakim peradila
== Hati Nurani Sastrawan Akan Mempengaruhi Karyanya ==
SESUNGGUHNYA Denny JA sama sekali TIDAK SALAH , sangat wajar bila seorang ambisius popularitas dengan tujuan tertentu menghendaki populariras maksimal pada semua masyarakat termasuk masyarakat sastra Indonesia.
Andai seseorang memiliki tujuan tertentu, misalnya nyalon gubernur, bukan tidak mungkin akan menerima tawaran komunitas tertentu yang turut membatu sosialisasi tokoh tersebut.
Hal mengenai mencipata sebuah genre puisi atau bentuk tulisan lain adalah kreatifitas
biasa dalam olah penyampaian bentuk sastra prosa puisi. Anak SMA sudah terbiasa menulis puisi panjang seperti surat untuk kekasihnya. Namun tak ada yang memperhatikan gejala sastra anak-anak ini. Bahkan guru Bahasa Indonesianya pun hanya tertawa membacanya jika dipasang di majalah dinding.
Ide memunculkan tokoh sastra berpengaruh juga tidak salah, sah-sah saja. Yang menjadi permasalahan adalah hati nurani tim penentu dalam pemilihan tokoh-tokoh itu. Sebab jika hati nurani (kejujuran) sastrawan telah melenceng, maka bukan mustahil karyanya juga akan melenceng !
== Catatan tentang ‘kasus’ 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh ==
oleh Rg Bagus warsono
Positif :
1.Pusat Dokumentasi Sastra HB Yassin berperan sebagai lembaga pengganti ‘Paus Sastra Indonesia’ sepeninggal HB Yassin. Ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kalangan sastrawan dimana para sastrawan tidak lagi slalu dengan fatwa HB Yassin ketika beliau masih hidup (beliau meninggal pada 11 Maret 2000)
2.Atas keluarnya buku ‘Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ seakan menjadi sebuah pernyataan bahwa sastra Indonesia itu masih hidup dipandang secara nasional dan internasional.
3.Membuyarkan periodeisasi Angkatan pujangga dikarenakan tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh itu terdiri dari tokoh pujangga tahun 1886 hingga sastrwan yang lahir tahun 1970. Nama Kwee Tek Hoay (1886-1952) itu sendiri jarang disinggung oleh HB Yassin dalam karya-karaya HB Yassin dan juga di kalangan pendidikan tidak terlalu populer disebutkan dalam dunia sastra. Menggugurkan sebutan periodeisasi sastrawan angkatan-angkatan setelah 1966, dimana tokoh-tokoh sastranya banyak yang terlewat karena kurator-kurator yang membuat pengelompokan sastrawan dalam setiap periodeisasi banyak tokoh yang dimasukan banyak tergantung selera penulisnya.
4.Menyatakan bahwa kreativitas sastrawan atas perubahan gaya pada setiap jenis prosa dihargai seperti yang menyatakan dalam buku itu bahwa Denny JA menjadi berpengaruh dikarenakan sebagai pelopor puisi dengan genre puisi esai.
5. Pusat dokumentasi Sastra HB Yassin telah memulai babak baru terhadap perkembangan sastra Tanah Air. Diharapkan kemudian dapat memberikan perkembangan baru berupa rekomendasi, penghargaan, maupun penobatan dsb. untuk perkembangan sastra Indonesia.
6. Masuknya nama Denny JA memberikan petunjuk bahwa dunia sastra terbuka bagi status sosial lainnya untuk dapat mewarnai kesusastraan Indonesia.
7. Memberikan respon positif dan negatif yang berarti memiliki kekuatan sebuah buku ketika diluncurkan.
Negatif:
1. Tidak ada hakim penentu dalam pengelompokan sastrawan.
2. Kegiatan pemilihan apa pun untuk memberikan penghargaan kepada seseorang sebaiknya digunakan tim yang berjumlah ganjil dari 3, 5, 7 , dan seterusnya sehingga menggunakan prinsip demokratis yang lazim digunakan di Indonesia apabila terdapat perselisihan yang belum dicapai kata mufakat.
3.Keprihatinan atas tokoh yang dipilih sebagai Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh meninggalkan makna kedaerahan dimana banyak unsur-unsur sastra daerah yang juga berpengaruh seperti maksud kreteria pemilihan tokoh sastra Inonesia paling perpengaruh.
4.Kreteria yang digunakan dalam pemilihan Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh seperti ://Empat kriteria itu, pertama pengaruhnya tidak hanya berskala lokal, melainkan nasional, kedua pengaruhnya relatif berkesinambungan, dalam arti tidak menjadi kehebohan temporal atau sezaman belaka, ketiga dia menempati posisi kunci, penting dan menentukan, keempat dia menempati posisi sebagai pencetus atau perintis gerakan baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak, atau bahkan penentang// merupakan kreteria yang tidak beretika publik karena tidak menghargai publik pembaca. Sebagai contoh apakah karya-karya semua tokoh itu banyak dibaca masyarakat, bahkan ada buku yang belum banyak dikenal masyarakat tapi penulisnya dinobatkan.
5. Mengecilkan peran sastrawan lainnya .
Indramayu, 5-1-2014
== Daftar Penyair Lumbung Puisi Jilid 1 ==
Judul : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia 2014
Karya : Sastrawan Indonesia 2014
1.Abdul Wahid,2.Ali Syamsudin Ars, 3.Aloeth Pathi ,
4.Andrian Eka Saputra ,5.CecepNurbani ,
6.Dimas Indiana Senja,7.Dwi Klik Santosa,
8.Eddie MNS Soemanto, 9.eL Trip Umiuki,
10.Fahmi Wahid,11.Fasha Imani Febrianty,
12.Fitrah Anugerah ,13.Gampang Prawoto,
14.Iwan Kusmiadi,15.Julia Hartini, 16Mohamad Amrin. 17.Moh. Ghufron Cholid ,
18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha,19.Nieranita,
20.Novy Noorhayati Syahfida ,21.Puji Astuti,
22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara,
23.Ridwan Ch. Madris ,24.Roni Nugraha Syafroni ,
25.Soekoso DM,26.Sokanindya Pratiwi Wening,
27.Sus S. Hardjono,28.Syarif hidayatullah,
29.Wadie Maharief, 30.Wardjito Soeharso,
== Daftar Penyair Lumbung Puisi Jilid II ==
Penulis:
001. Abdul Wahid (Karanganyar)
002.Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)
003.Alra Ramadhan (Kulonprogo)
004.Alya Salaisha-Sinta (Cikarang Kab. Bekasi))
005. Aloeth Pathi (Pati)
006. Anita Riyani (Tanah Bumbu, Kalsel)
007.Andrian Eksa (Boyolali)
008 .Anung Ageng Prihantoko (Cilacap)
009. Aulia Nur Inayah (Tegal)
010 . Bambang Widiatmoko (Jakarta)
011. Badruz Zaman (Sumenep)
012.Budhi Setyawan (Bekasi)
O13.Devi yulianti wafiah(Paseh)
014.Dewa Putu Sahadewa (Kupang)
015. Dhito Nur Ahmad( Makasar)
016.Dhinar Nadi Dewii (Sukoharjo)
017. Diah Natalia (Jakarta)
018.Diah Budiana (Serang)
019.Dian Rusdiana (Bekasi)
020.Dianie Apnialis M (Bandung)
021.Djemi Tomuka (Manado)
O22.Devi yulianti wafiah(Paseh)
023.Dwi Rezki Hardianto Putra Rustan (Maros)
024.Elvis Regen (Palembang)
025. Ekohm Abiyasa (Karanganyar)
026. Esti Ismawati (Klaten)
027. En Kurliadi Nf (Sumenep)
028.Fatmawati Liliasari (Takalar)
029.Fasha Imani Febriyanti (Bandung)
030.Fitrah Anugerah (Bekasi)
031.Fitrah Rahim. (Maros)
032. Gampang Prawoto (Bojonegoro)
033.Ghufron Cholid (Sampang)
034.Hasan Bisri BFC (Bogor)
035. Hidayatul Hasanah (Trenggalek)
036.Imam Eka Puji Al-Ghazali (Batuputih)
037. I Putu Wahya Santosa (Bulelelng)
038.Iska Wolandari (Ogan Komering Ilir)
039.Jack Efendi (Bekasi)
040.Julia Hartini (Bandung)
041.Lucky Purwantini(Bekasi)
042.Lukni Maulana
043.M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala,Kalsel)
044.M. Ardi Kurniawan(Jogyakarta)
045.Malisa Ladini (Semarang)
046.Ma'sum (Sumenep)
047.Muchlis darma Putra (Banyuwangi)
048.Novia Nurhayati (Bogor)
049.Nurul Hidayah (Banjarmasin)
050.Nyi Mas Rd Ade Titin Saskia Darmawan (Denpasar)
051.Niam At-Majha (Pati)
052.Novi Ageng Rizqy Amalia (Trenggalek)
053.Nur Lathifah Khoerun Nisa (Cilacap)
054.Nastain Achmad (Tuban)
055.Nila Hapsari (Bekasi)
056.Pradita nurmalia (Surakarta)
057. Roni Nugraha Syafroni (Cimahi)
058. Rachmat Juliaini (Makasar)
059.Rachmad Basuni
060. Refa Kris Dwi Samanta (Purwokerto)
061.Seruni Unie (Solo)
062.Syarif hidayatullah (Banjarmasin)
063. Sofyan RH. Zaid (Bekasi)
064.Sokanindya Pratiwi Wening (Medan)
065.Sugi Hartono (Batanghari)
066.Suyitno Ethex (Mojokerto)
067. Sindi Violinda(Medan)
068. Tuti Anggraeni (Bekasi)
069.Thomas haryanto soekiran (Purworejo)
070.Vera Mutiarasani (Karawang)
071.Wadie Maharief (Jogyakarta)
072.Wayan Jengki Sunarta
073. Wintala Achmad (Cilacap)
074.Wong agung utomo (Bekasi)
075. Wulandari ( Nawang Wulan)
076. Yusti Aprilina (Bengkulu Utara)
077.Zen AR
087. Diana Roosetindaro (Surakarta)
079.Ardi Susanti (Tulungagung)
080. Lailatul Kiptiyah (Mataram
== Daftar penyair Nusantara, Tangerang 2013 ==
115 Sastrawan/partisipan Temu Karya Sastrawan Nusantara
Aant S. Kawisar Yogyakarta
Abah Yoyok Tangerang
Adriana Tjandra Dewi Jakarta
Agus Warsono (RG Bagus Warsono )Indramayu
Agustav Triono. Purbalingga
Ahmadun Yosi Herfanda Tangerang
Ali Syamsudin Arsi Banjarbaru, Kalsel
Andre Theriqa Tangerang
Arafat AHC Demak
Arif Hidayat Purbalingga
Arinda Risa Kamal Tasikmalaya
Arsyad Indradi Banjarbaru, Kalsel
Ary Nurdiana Ponorogo
Astri Primanita Tangerang
Atin Lelya Sukowati Yogyakarta
Aulia Nur Inayah Tegal
A’yat Khalili Sumenep, Madura
Ayid Suyitno PS Bekasi
Ayu Cipta Tangerang
Azizah Nur Fitriana Medan
Badrul Munir Chair Sumenep, Madura
Bambang Widiatmoko Jakarta
Betta Anugrah Setiani Bogor
Bode Riswandi Tasikmalaya
Budhi Setyawan Bekasi
Cipta Arief Wibawa Medan
Darajatul Ula Tangerang
Dasuki D Rumi Tangerang
Devi Hermasari Yogyakarta
Dharmadi Purwokerto
Didi Kaha Tangerang
Dimas Arika Mihardja Jambi
Dimas Indiana Senja Purwokerto
Dwi Klik Santosa Jakarta
Eko Tunas Semarang
eL Trip Umiuki Tangerang
En kurliadi nf Bekasi
Enes Suryadi Tangerang
Erry Amanda Tangerang
Evan YS Bekasi
F. Pratama Medan
Faizy Mahmoed Haly Semarang
Fatih El Mumtaz Pekanbaru, Riau
Gampang Prawoto Bojonegoro
Gito Waluyo Serang
Gunoto Saparie Semarang
Hardia Rayya Tangerang
Hasan Bisri BFC Jakarta
Hermansyah Adnan Aceh
Husnul Khuluqi Tangerang
Imam Safwan Tanjung, NTB
Irma Agryanti Mataram, NTB
Isbedy Stiawan ZS Tanjungkarang
Ishack Sonlay Kupang
J. Betara Kawhie Cilacap
Julia Hartini Bandung
Kiki Sulistyo Mataram, NTB
Kusnadi Arraihan Yogyakarta
Kyai Matdon Bandung
L.K. Ara Aceh
Lailatul Kiptiyah Jakarta
Lanang Setiawan Tegal
Majenis Panggar Besi Bengkulu
Mariyana Marabahan, Kalsel
Moh Mahfud Banjarmasin, Kalsel
Muhammad Asqalani eNeSTe Pekanbaru, Riau
Muhammad Rois Rinaldi Cilegon
Mustaqiem Eska Palembang
Nana Sastrawan Tangerang
Nani Karyono Bandung
Nani Tandjung Jakarta
Nastain Achmad Attabani Tuban
Niken Kinanti Solo
Noi Bonita (Ade Julia Dewi) Serang
Novy Noorhayati Syahfida Tangerang
Nur Hadi Kaliwungu, Kaltim
Pudwianto Arisanto Jakarta
Qeis Surya Sangkala Tasikmalaya
Raka Mahendra Jakarta
Ratna Ayu Budhiarti Garut
Ria Oktavia Indrawati Depok
Rini Intama Tangerang
Riyanto Purwokerto
Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara Banjarmasin, Kalsel
Sartika Sari Medan
Satmoko Budi Santoso Yogyakarta
Seruni Solo
Shah Kalana Alhaji Samanrinda, Kaltim
Sholichudin al-Gholany Kudus
Shourisha Arashi Cilacap
Sobih Adnan Cirebon
Soekoso DM Purworejo
Sofyan RH. Zaid Bekasi
Sri Runia Komalayani Sukabumi
Sri Wintala Achmad Cilacap
Suryati Syam Bekasi
Sus. S. Hardjono Sragen
Suyitno Ethex Mojokerto
Syarif hidayatullah Barito kuala. Kalsel
Tatang Rudiana Alghifari Tasikmalaya
Tawakal M. Iqbal Bogor
Thomas Haryanto Soekiran Purworejo
Tina K. Jakarta
Tjak S. Parlan Mataram, NTB
Uki Bayu Sedjati Tangerang
Vanera el Arj Wonosobo
Villy J. Roesta Tangerang
Wahyudi Cirebon
Windu Mandela Sumedang
Wyaz Ibn Sinentang Pontianak, Kalbar
Y.S. Agus Suseno Banjarmasin, Kalsel
Yandri Yadi Yansah Lampung
Yudhie Yarcho Jepara
Yuditeha Karanganyar
Yusran Arifin Tasikmalaya
== Daftar Penyair Nusantara ==
1. Abdurrahman El Husaini (Martapura)
2. Acep Syahril (Indramayu)
3. Agus R Sardjono (Jakarta)
4. Agus R. Subagyo (Nganjuk)
5. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)
4. Agus Sri Danardana (Pekanbaru)
6. Agus Warsono(Rg BagusWarsono)(Indramayu)
7. Agustav Triono (Purwokerto)
8. Agustinus (Purbalingga)
9. Ahmad Daladi (Magelang)
10. Ahmadun Yosi Herfanda (Jakarta)
11. Akaha Taufan Aminudin (Batu, Malang)
12. Ali Syamsudin Arsi (Banjarbaru)
13. Aloysius Slamet Widodo (Jakarta)
14. Aming Aminudin (Surabaya)
15. Andreas Kristoko (Yogja)
16. Andrias Edison (Blitar)
17. Andrik Purwasito (Solo)
18. Anggoro Suprapto (Semarang)
19. Ardi Susanti (Tulungagung)
20. Arsyad Indradi (Banjarbaru)
21. Asyari Muhammad (Jepara)
23. Ayu Cipta (Tangerang)
24. A. Ganjar Sudibyo (Semarang)
25. A’yat Khalili (Sumenep)
26. Aan Setiawan (Banjarbaru)
27. Abah Yoyok (Tangerang)
28. Abdul Aziz H. M. El Basyroh (Indramayu)
29. Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya)
30. Ade Ubaidil (Cilegon)
31. Adi Rosadi (Cianjur)
32. Ahlul Hukmi (Dumai)
33. Ahmad Ardian (Pangkep)
34. Ahmad Samuel Jogawi (Pekalongan)
35. Akhmad Nurhadi Moekri (Sumenep)
36. Alex R. Nainggolan (Tangerang)
37. Allief Zam Billah (Rembang)
38. Aloeth Pathi (Pati)
39. Alya Salaisha-Sinta (Cikarang)
40. Anna Mariyana (Banjarmasin)
41. Ansar Basuki Balasikh (Cilacap)
42. Arba’ Karomaini (Pati)
43. Ardian Je (Serang)
44. Asdar Muis R. M. S.(Makassar)
45. Asmoro Al Fahrabi (Pasuruan)
46. Asril Koto (Padang)
47. Autar Abdillah (Sidoarjo)
48. Bagus Putu Parto (Blitar)
49. Bambang Eka Prasetya (Magelang)
50. Bambang Supranoto (Cepu)
51. Bambang Widiatmoko (Bekasi)
52. Beni Setia (Caruban)
53. Bontot Sukandar (Tegal)
54. Brigita Neny Anggraeni (Semarang)
55. Budhi Setyawan (Bekasi)
56. Badaruddin Amir (Barru)
57. Bambang Karno (Wonogiri)
58. Barlean Bagus S. A. (Jember)
59. Chafidh Nugroho (Kudus)
60. Dedet Setiadi (Magelang)
61. Denni Meilizon (Padang)
62. Dharmadi (Purwokerto)
63. Didid Endro S (Jepara)
64. Dimas Arika Mihardja (Jambi)
65. Dona Anovita (Surabaya)
66. Dwi Ery Santosa (Tegal)
68. Dyah Setyawati (Tegal)
69. D. G. Kumarsana (Lombok Barat)
70. Darman D. Hoeri (Malang)
71. Daryat Arya (Cilacap)
72. Denny Mizhar (Malang)
73. Diah Rofika (Berlin)
74. Diana Roosetindaro (Solo)
75. Dimas Indiana Senja (Brebes)
76.Dini S. Setyowati (Amsterdam)
77. Dinullah Rayes (Sumbawa Besar)
78. Dulrohim (Purworejo)
79. Dwi Haryanta (Jakarta)
80. Dyah Kencono Puspito Dewi (Bekasi)
81. Dyah Narang Huth (Hamburg)
82. Eka Pradhaning (Magelang)
83. Eko Widianto (Jepara)
84. Ekohm Abiyasa (Solo)
85. Endang Setiyaningsih (Bogor)
86. Endang Supriyadi (Depok)
87. Eddie MNS-Soemanto (Padang)
88. Edy Saputra (Blitar)
89. Efendi Saleh (Blitar)
90. Emha Jayabrata (Pekalongan)
91. Euis Herni Ismail (Subang)
92. Fahrurraji Asmuni (Amuntai)
78. Faizy Mahmoed Haly (Semarang)
93. Fakrunnas M. A. Jabbar (Pekanbaru)
94. Fatah Rastafara (Pekalongan)
95. Felix Nesi (Nusa Tenggara Timur)
96. Fendy A. Bura Raja (Sumenep)
97. Ferdi Afrar (Sidoarjo)
98. Fikar W. Eda (Aceh)
99. Fransiska Ambar Kristyani (Semarang)
100. Gunawan Tri Admojo (Solo)
101. Gia Setiawati Mokobela (Kotamobagu)
102. Gol A Gong (Serang)
103. Handry Tm (Semarang)
104. Hardho Sayoko Spb (Ngawi)
105. Heru Mugiarso (Semarang)
106. Hilda Rumambi (Palu)
107. Habibullah Hamim (Pasuruan)
108. Hadikawa (Banjarbaru)
109. Haidar Hafeez (Pasuruan)
110. Haryono Soekiran (Purbalingga)
111. Hasan B. Saidi (Batam)
112. Hasan Bisri B. F. C. (Jakarta)
113. Hasta Indriyana (Bandung)
114. Heny Gunanto (Pemalang)
115. Herman Syahara (Jakarta)
116. Hidayat Raharja (Sumenep)
117. Husnu Abadi (Pekanbaru)
118. Iberamsayah Barbary (Banjarbaru)
119. Ibramsyah Amandit (Barito Kuala)
120. Irma Yuliana (Kudusan, Jawa Tengah)
121. Isbedy Stiawan ZS (Lampung)
122. Jamal D Rahman (Jakarta)
123. Jhon F.S. Pane (Kotabaru)
124. Jumari HS (Kudus)
125. Jefri Widodo (Ngawi)
126. Johan Bhimo (Sragen)
127. Joko Wahono (Sragen)
128. Jose Rizal Manua (Jakarta)
129. Joshua Igho (Tegal)
130. Juperta Panji Utama (Lampung)
131. Kidung Purnama (Ciamis, Jawa Barat)
132. Kun Cahyono Ps (Wonosobo)
133. Kuspriyanto Namma (Ngawi)
134. Kalsum Belgis (Martapura)
135. Ken Hanggara (Pasuruan)
115. Kusdaryoko (Banjarnegara)
136. Lailatul Kiptiyah (Blitar)
137. Lennon Machali (Gresik)
138. Lukni Maulana (Semarang)
139. Lara Prasetya Rina (Denpasar)
140. Linda Ramsita Nasir (Bekasi)
141. Lukman Mahbubi (Sumenep)
142. M. Enthieh Mudakir (Tegal)
143. M. Faizi (Sumenep, Madura)
144. M. Syarifuddin (Jember)
145. M. L. Budi Agung (Temanggung)
146. M. Amin Mustika Muda (Barito Kuala)
147. M. Andi Virman (Purwokerto)
148. Maria Roeslie (Samarinda)
149. Marlin Dinamikanto (Jakarta)
150. Melur Seruni (Singapura)
151. Memed Gunawan (Jakarta)
152. Micha Adiatma (Solo)
153. Mubaqi Abdullah (Semarang)
154. Muhammad Rain (Langsa)
155. Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon)
156. Muhammad Zaini Ratuloli (Bekasi)
157. Muhary Wahyu Nurba (Makassar)
158. Muhtar S. Hidayat (Blora)
159. Mustofa W. Hasyim (Yogjakarta)
160. Mubaqi Abdullah (Semarang)
161. Najibul Mahbub (Pekalongan)
162. Nurngudiono (Tegal)
163. Nabilla Nailur Rohmah (Malang)
164. Nike Aditya Putri (Cilacap)
166. Novy Noorhayati Syahfida (Tangerang)
167. Nurochman Sudibyo Y. S. (Indramayu)
168. Oscar Amran (Bogor)
169. Pekik Sat Siswonirmolo (Kebumen)
170. Priyo Pambudi Utomo (Trenggalek)
171. Puji Pistols (Pati)
172. Puput Amiranti (Blitar)
173. Puspita Ann (Solo)
174. R. B. Edi Pramono (Yogyakarta)
175. R. Giryadi (Sidoarjo)
176. R. Valentina Sagala (Bandung)
177. Radar Panca Dahana (Jakarta)
178. Rezqie Muhammad Al Fajar (Banjarmasin)
179. Ribut Achwandi (Pekalongan)
180. Ribut Basuki (Surabaya)
181. Rini Ganefa (Semarang)
182. Rivai Adi (Jakarta)
183. Riyanto (Purwokerto)
184. Rohseno Aji Affandi (Solo)
1 85. Rohmat Djoko Prakosa (Surabaya)
186.Rosiana Putri (Banjarbaru)
187. Rudi Yesus (Yogjakarta)
188. Sabahuddin Senin (Kinabalu)
189. Saiful Bahri (Aceh)
190. Sosiawan Leak (Solo)
191. Sudarmono (Bekasi)
192. Sulis Bambang (Semarang)
193. Sumasno Hadi (Banjarmasin)
194. Surya Hardi (Pekanbaru)
195. Sus S Hardjono (Sragen)
196. Suyitna Ethex (Mojokerto)
197. S. A. Susilowati (Semarang)
198. Saiful Hadjar (Surabaya)
199. Samsuni Sarman (Banjarmasin)
200. Sayyid Fahmi Alathas (Lampung)
201. Serunie (Solo)
202. Soekoso D. M. (Purworejo)
203. Soetan Radjo Pamoentjak (Batusangkar)
204. Sri Wahyuni (Gresik)
205. Sumanang Tirtasujana (Purworejo)
206. Sunaryo Broto (Kaltim)
207. Suroto S. Toto (Purworejo)
208. Sutardji Calzoum Bahcri (Jakarta)
209. Syafrizal Sahrun (Medan)
210. Syam Chandra (Yogyakarta)
211. Syarifuddin Arifin (Padang)
212. Tajuddin Noor Ganie (Banjarmasin)
213. Tan Tjin Siong (Surabaya)
214. Tarmizi Rumahitam (Batam)
215. Tarni Kasanpawiro (Bekasi)
216. Tengsoe Tjahjono (Surabaya)
217. Titik Kartitiani (Tangerang)
218. Thomas Budi Santoso (Kudus)
219. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)
220. Toto St. Radik (Serang)
221. Tri Lara Prasetya Rina (Bali)
222. Turiyo Ragilputra (Kebumen)
223. Udik Agus Dw (Jepara)
224. Udo Z. Karzi (Lampung)
225. W. Haryanto (Blitar)
226. Wahyu Prihantoro (Ngawi)
227. Wahyu Subakdiono (Bojonegoro)
228. Wardjito Soeharso (Semarang)
229. Wanto Tirta (Ajibarang)
230. Wawan Hamzah Arfan (Cirebon)
231. Wawan Kurn (Makassar)
232. Wijaya Heru Santosa (Kutoarjo)
233. Wyaz Ibn Sinentang (Ketapang)
234. Yanusa Nugroho (Tangerang)
235. Yatim Ahmad (Kinabalu)
236. Yogira Yogaswara (Bandung)
237. Yudhie Yarco (Jepara)
238. Zainul Walid (Situbondo)
239. Zubaidah Djohar (Aceh)
== 2014 TAHUN CACAT SASTRA INDONESIA (catatan kilas balik sastra / Indonesia 2014) ==
Pada 3 Januari 2014 Pusat Dokumentasi HB Jassin memngumumkan 33 tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia sejak tahun 1900 hingga kini. Pekerjaan menyeleksi 33 tokoh sastra tersebut dilakukan oleh Tim 8, dan hasil selengkapnya diterbitkan dalam bentuk buku oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dengan judul " 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" yang diumumkan oleh Aryany Isna Murti , pelaksana di Pusat Dokumentasi HB Jassin. Acara ini sekaligus peluncuran buku tersebut.
Sontak dalam hitungan jam buku itu mendapat protes keras dari pelbagai aktifis sastra Indonesia. Pasalnya buku yang ditulis oleh 'tim 8' itu dituduh tidaklah mencerminkan independensi penulis sastra dan tidak ilmiah. Hal demikian dikarenakan 33 tokoh sastra yang katanya paling berpengaruh itu terdapat nama yang asing bagi dunia sastra Indonesia yakni Denny JA .
Pada acara peluncuran dan diskusi buku 3 Januari di Jakarta ini, para penyaji dengan bangga mengatakan bahwa buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" adalah karya paling komprehensif tentang sejarah sastra Indonesia modern yang pernah dihasilkan oleh penulis-penulis Indonesia. Sebuah pernyataan yang mengingkari sejatinya seorang sastrawan. Pernyataan ini justru membuat berbagai lapisan masyarakat sastra protes keras. Bagaimana tidak membuat kesal masyarakat sastra yang merasa dilecehkan begitu saja oleh mereka tim penulis dikarenakan permasalahan 33 tokoh sastra berpengaruh itu yang tidak bisa diterima.
Buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" itu diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang tak lain adalah Grup Gramedia, raksasa penerbitan di Indonesia yang memiliki usaha perbukuan dari hulu ke hilir. Ini berarti jika memang benar buku ini tidak sesuai kenyataan maka telah meracuni rakyat Indonesia dalah hal pengetahuan sastra Indonesia.
Sebagai seorang penyair daerah saya sendiri (penulis) merasa heran kenapa Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin pun dilibatkan. Sesuatu yang aneh apabila lembaga sastra langsung menerima dan berperan memberi kelayakan sebuah buku tanpa sebelumnya buku itu dikaji atau setidaknya dicatat dulu sebagai buku di perpustakaan lembaga itu.
Dari dua hal ini saja dapat dilihat bagaimana proses buku itu dibuat. Pantas jika sampai berbulan-bulan buku ini menerima kecaman dari berbagai lapisan masyarakat sastra dan akademika.
Seperti angin lalu saja, padahal seluruh media nasional memuat berbagai penolakan dari banyak kalangan terhadap buku "33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh" itu, bahkan sampai didemo, tak juga merubah wacana yang sudah terlanjur dipublikasikan. Bahkan penarikan buku dari peredaran pun tgak digubrisnya. Sepertinya ada sesuatu sikap dari berbagai tokoh untuk memberi kesempatan pada publik untuk memberikan penilaiannya tentang buku itu.
Seperti diberitakan, nama Denny JA masuk sebagai salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh. Polemik mencuat karena latar belakang Denny yang lebih dikenal sebagai konsultan politik. Namun tentu kita berfikir sah-sah saja apa pun profesinya dapat berkarya sastra, namun justru tak dapat dipungkiri apabila terdapat 'pesan sponsor' dan ditambah-tambah peluncuran buku itu bertepatan dengan hari ulang tahun Denny JA.
Penulis sendiri sebetulnya tidak sama sekali mempermasalahkan ke 33 tokoh tersebut dinobatkan apa pun namanya, namun seperti juga insan sastra Indonesia memandang ketidakadilan terdapat pada 33 nama itu manakala terdapat satu atau beberapa nama terlewatkan . sebut saja tokoh sastra Indonesia senior yang tak diragukan lagi karya-karyanya dan sangat berpengaruh baik tulisan maupun tindak-tanduknya yakni Goenawan Muhammad. Meski Goenawan Muhamad sendiri tidak keberatan tidak tercantum namanya di buku itu bahkan dalam pernyataan di media Ia merendahkan diri dengan mengatakan ia tak layak masuk 33 tokoh itu, namun masuyarakat memandang tetap terdapat ketidakpercayaan terhadap buku itu.
Jamal D Rahman ketua tim 8 yang menulis buku itu mengatakan bahwa jika pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu terpilih sebagai 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh karena ia melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia yang disebut 'puisi-esai'. Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan Indonesia . Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Jamal pun beralasan bahwa terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra mutakhir tak mungkin diabaikan siapapun. Sebuah pernyataan yang patut diuji dokumentasi sejarah sastra Indonesia apakah benar Denny JA adalah pelopor puisi -esai ? Salah satu penyanggah persoalan ini adalah sastrawan asal Yogyakarta, Saut Situmorang yang menjelaskan, puisi jenis ini sangat populer dalam kesusastraan Inggris abad 18, terutama seperti yang ditulis oleh sang maestro genre tersebut Alexander Pope.
Antologi puisi esai ‘Atas Nama Cinta’ karya Denny JA itu katanya telah mempengaruhi sastra Indonesia. Akan tetapi ditemukan justru mereka sendiri yang kemudian membukukan perdebatan, membuat lomba, dan mensponsori penerbitan puisi-esai sehingga mendukung pengakuan terhadap Denny JA. Bahkan ada disebut Denny JA sebagai 'Bapak Puisi-Esai Indonesia.'
Kini samampailah kita pada penghujung tahun 2014, polemic panjang seakan telah berakhir. Dunia sastra Indonesia mengalami perubahan seperti Indonesia yang berkembang. Kejadian ini adalah sebuah tantangan terhadap pelaku sastra di daerah. Peran kapitalis telah merambah dunia sastra dunia kebebasan itu dengan mudahnya dibelenggu.
Akhirnya kita tak banyak berbuat apa , hanya kepa publiklah segala persoalan sastra Indonesia ke depan memiliki nasibnya.
Bicara kebebasan tentu kita juga harus memberikan kesempatan pada siapa pun untuk bebas berkarya.
Sangat salah besar apabila kita melarang kreatifitas seseorang. Seperti apa yang diungkapkan oleh Sapardi Djojo damono, “Karya seni itu biasa menimbulkan polemik, biarkan saja semua ngomong, berbeda pendapat kan boleh saja. Yang tidak boleh itu orang lain harus berpendapat sama.”
Sapardi benar, karena karya seni itu akan besar jika banyak dibicarakan. Yang tidak boleh itu adalah memaksakan pada orang lain harus menerima atau menolak buku itu. Yang jelas 2014 sastra kita punya cacat yang akan menjadi kenangan sastra Indonesia.
Indramayu, 30-12-2014
Rg Bagus Warsono, penyair di sanggar sastra Meronte Jaring Indramayu
== MajalahSULUH ==
adalah majalah sastra net bagi rakyat Indonesia yang memerlukan sastra sebagai bagian kehidupan indah di Indonesia. Untuk segala umur pecinta sastra di Tanah Air. Pendiri Agus Warsono (Rg Bagus Warsono/Masagus) didirikan 2 Januari 2011, Redaksi Alamanda Merah 6 Citra Dharma Ayu Margadadi, Redaktur sastra Agus Warsono, Koresponden Rusiano Oktoral Firmansyah (Jakarta), Abdurachman Mappuji (Yogyakarya).
== SEGA LENGKO KINI TAK BERDAUN PISANG ==
INDRAMAYU, 21 Maret 2013
Kuliner khas Indramayu, Jawa Barat, Sega Lengko, kini tak lagi ditemukan orisinal tradisionalnya oleh perubahan perkembangan dan dinamika kehidupan. Makanan yang dulu identik dengan kuliner sarapan pagi indramayu, sega lengko telah berkembang ke arah yang tak populair.
Diawali dari menu-nya, doeloe sega lengko mengggunakan tahu kulit (tahu yang berbentuk prisma segi tiga
dan berkulit tebal) khas Indramayu. Tahu tak digoreng namun diiris tipis sebagai bumbu bersama sambel goreng dan kecap. Namun kini berkembang dengan diganti tempe maupun tahu potong putih/kuning yang digoreng lebih dulu.
Sega lengko yang dibeli dari pedagang nasi sarapan di kampung-kampung di Indramayu bukan main nikmatnya sampai-sampai sanak keluarga yang datang ke Indramayu, nasi lengkolah yang menjadi permintaan utama mereka untuk sarapan pagi. Namun bukan main kagetnya kini sega lengko banyak berubah tak seperti dulu. Dari mulai bumbu lengko, sampai pembungkusnya beda. Nasi lengko kini sudah pakai tahu putih yang digoreng, ada mie-gorengnya/bihun atau suatu tempat dijumpai sega lengko dijumpai pakai tempe dan telor pendang, di sutu tempat lagi sega lengko pakai tempe goreng yang dipotong kecil-kecil. Bumbu yang dicampur dengan tauge dan ketimun yang diiris tipis memang masih melekat, namun kecapnya kini sembarang yakni buatan pabrik modern.
Makan nasi lengko tentu sangat beda aroma jika sega lengko itu dibungkus daun pisang, ada kesan tradisional dan selera makan, kini sega lengko dibungkus pakai kertas-minyak dan kunci pembungkusnya dengan hacter kawat. Jika makan di warung segalengko, maka akan dilayani langsung dipiring tanpa dialasi daun pisang.
Menurut hj Umamah (80th), veteran perang kemerdekaan pensiunan legiun veteran Indramayu yang dulu sebagai penjual nasi lengko ternama di Sindang Indramayu, nasi lengko sulit untuk dijaga keasliannya, diikarenakan bahan baku, dan juga keinginan penjual dan pembeli yang serba ingin praktis. Ketiadaan daun pisang (daun pisang klutuk pisang biji) adalah kegagalan pemerintah dalam membangun perekonomian keluarga. Dulu setiap pekarangan rumah hampir dijumpai tanaman pisang, namun kini masyarakat enggan menaman pisang di pekarangan rumah. Apalagi semua desa dipinggiran kota kini berkembang menjadi kota menjadi semakin sempit pekarangan rumah. Hj Umamah dulu membeli daun pisang dari tetangga yang memiliki tanaman pisang untuk pembungkus segalengko.
Nasi lengko khas Indramayu yang dulu dijumpai di pasar Mambo diwaktu sore menjelang malam kini tak kelihatan lagi. Yang tubuh berkembang adalah warung sega jamblang yang merupakan kuliner khas Cirebon. Akankah sega lengko tetap lestari atau berkembang tergantung dari kemauan warga penerus warisan pendahulu itu. Sega lengko kini saja tetap disebut sega lengko walau tak berdaun pisang. (agus Warsono/masagus)
== Seniman bukan sastrawan ==
Sastra juga seni, dan seni 'bukan' sastra.
Sastrawan adalah seniman, dan seniman 'bukan. sastrawan.
Kata 'bukan' merupakan sebuah penegasan. Kita tidak menggunakan pengganti kata 'bukan' dengan 'belum tentu' atau 'tidak berarti' atau 'tidak selalu'.
Kata 'bukan' itu saya maksudkan karena sastrawan merupakan profesi tersendiri.
Walaupun banyak orang memiliki profesi ganda, menjadi pelukis juga sastrawan, guru juga sastrawan, atau ilmuwan juga sastrawan, dramawan juga sastrawan, atau penyanyi juga sastrawan.
Hal mengenai profesi ganda bukan barang baru di Indonesia. Di Amerika misalnya, seorang berprofesi tukang kayu juga adalah berprofesi sebagai wasit tinju.
Kenapa banyak orang Indonesia berprofesi ganda, sebagai dosen misalnya juga sebagai sastrawan. Jawabannya karena produk sastrawan di Indonesia belum sampai untuk dapat mencukupi sembako "empat sehat lima sempura", "sembilan bahan
pokok", atau kebutuhan primer dan sekunder orang Indonesia. Namun tidak sedikit sastrawan yang berhasil dan sukses karena ketekunannya. Belum lagi jika produknya dicetak, sastrawan berikut buah karyanya dikontrak penerbit, royaltinya berlaku sampai ahli waris. Sastrawan Indonesia Makmur.
(20-08-13)
== Daftar Batu Akik Mahal Tanpa Melihat Jenis Batu Berasal Oleh Rg Bagus Warsono ==
1. Batu Akik dengan gambar unik disebut 'Unik'
2. Batu Akik dengan motif bukan batu tetapi memang batu seperti kayu disebut 'Kayu'
3. Batu Akik dengan dgambar bermakna disebut 'Khasiat'
4. Batu Akik berlubang tengahnya tanpa disengaja disebut 'combong'
5. Batu Akik dari Fosil Hewan purba disebut 'fosil'
6. Batu Akik memancarkan cahaya disebut 'ster'
7. Batu Akik warna merah memancarkan cahaya dari batu itu bukan memantukan cahaya lain disebut
'merah delima'
8. Batu Akik memiliki magnet disebut "magnet'
9. Batu Akik seperti besi disebut 'badarbesi'
10. Batu Akik berwarna lebih dari lima warna disebut 'pancawarna'
11. Batu Akik bukan asahan disebut 'jimat'
12. Batu Akik mirip biji buah-buahan disebut 'wijil'
13. Batu Akik memiliki inti cahaya (bercahaya) lebih dari satu disebut 'ster tiga'
14. Batu Akik bercak emas atau perak disebut 'pirus'
15. Batu Akik berwarna air bening disebut 'embun'
16. Batu Akik seperti lumut hijau disebut 'lumut'
17. Batu Akik seperti ganggeng disebut 'ganggeng'
18. Batu Akik seperti anggur ungu disebut 'kecubung' / 'lavender'
19. Batu akik bisa memutar sendiri disebut 'giling'
20. Batu akik berlubang pinggir disebut 'anting'
Rg. Bagus warsono ahli batu kejawen tinggal di Indramayu.
kontak person 085311088734 email gus.warsono@gmail.com
Antologi puisi
Rg Bagus Warsono
Judul : Jakarta Tak Mau Pindah
Penyair : Rg. Bagus Warsono
Penerbit : Indie Publising
Cetakan : Pertama
Isi : 56 halaman
Tahun terbit : 2014
Desain sapul : Indie Publising
Hak cipta dilindungi undang-undang
(all right reserved)
Pengantar Antologi
Jakarta dengan keadaannya seperti sekarang adalah sebuah khas tersendiri yang dimiliki Jakarta.
Bukan Jakarta kalau tidak demikian. Sehingga menjadi budaya Jakarta yang terkadang unik dan menarik. Jika ada wacana pindah Ibukota Negara, boleh-boleh saja. Tetapi Jakarta tidak. Tidak untuk selamanya.
Antologi ini mengetengahkan syair untuk pembaca memahami Jakarta dalam kacamata penyair. Sebuah pesan untuk diapresiasi kita semua. Bagaimana syair dan Jakarta sesungguhnya, tergantung dari apresiasi pembaca semua.
Harapan penulis semoga pembaca senang membaca dan terhibur hatinya.
Hormat saya,
Penulis,
Daftar Isi :
1.Dan Dibalik Rumah-rumah Kardus
2.Jakarta Kawah Candradimuka
3.Siang di KRL
4.Jakarta dan Banjir
5. Jakarta dan Macet
6. Jakarta dan Pengemis
7.Jakarta dan Pedagang Kaki Lima
8.Siapa Suruh Datang Jakarta
9. Sampah Jakarta
10.Jakarta 2014
11. Bibawah Jembatan Layang
12. Menanti di Halte Busway
13.Parkir Kawasan
14.Kilometer Taxi
15. Antarkan Aku Ojeg
16. Antrian Bemo di Stasiun Besar
17. Ada Warteg di Tengah Kota
18.Bebek Goreng di Pinggir Jalan
19.Jamu Gendong Pamitan
20.Aku Kuli Bangunan
21. Sakit di Jakarta
22.Mati di Jakarta
23.Ada petani di Jakarta
24.Nelayan Jakarta
25.Kisah Penduduk Asli Jakarta
26.Tangerang apa Bekasi
27.Lampak Pasar Baru
28.Biarkan Semrawut
29.Jalan Tol
30.Kisah pedagang besi tua
31. Anak-anak Pemulung
32.Harga Satu Pohon
32.Sarung Betawi
33.Kopyah di Kepala Koruptor
34.Sertifikat 20 m
35.Penjual Serabi
36.Penjual Bandrek
37.Asongan Kopi saset
38.Isi penuh tangki mobil pemadam kebakaran
39. Semalam di Jakarta
40.Hujani Saja Dua Jam Jakarta
41.Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor
42.Jakarta Tak Tenggelam
43.Dolar Sopir Taxi
44.Peta Jakarta
45.Mengurug Tanah Jakarta
46.Raja Kos-kosan
47.Mati Lampu di Jakarta
48.Artis Ibukota
49.Seniman Ibukota
50.Mahasiswa Jakarta
51.Mendemo Pengamen
52.Mencari Orang Hilang di Jakarta
53.Ayam Goreng
54. Kerak Telor
55.Berita Pagi , Sore Ada Lagi.
1.Dan Dibalik Rumah-rumah Kardus
Menempel di tembok belakang mall
asap plastik dibakar
Serta air mendidih dan kopi sasetan
digelas bekas minuman
menghitung berat kertas
Serta plastik tadi siang
Dan besi bekas beton reruntuhan
Menumpuk di rumah-rumah kardus tepian jalan kereta.
Bau sampah menyengat, namun simiskin tidur nyenyak
Dibalik kardus bekas
Di sekitar anak-anak telanjang dada bermain tutup botol
nenek tua menjemur nasi bekas
Dan dibalik rumah-rumah kardus
menyusup pendatang mencari pekerjaan
Yang datang kemarin malam
Saat bus malam tiba di Pulogadung
Mencoba peruntungan
Jakarta yang penuh ujian.
Rg Bagus Warsono 2014
2.Jakarta Kawah Candradimuka
Tiba di Stasiun Gambir
Panas Jakarta terasa
Debu ribuan kendaraan
Bau ketiak penumpang
Pengemis jalanan
Bocah-bocah Pengamen Uku lele
Berseliweran Jambret dan Copet
Kebakaran pemukiman
Kebanjiran musim tahunan
Sampah menggunung
Tetap ke Jakarta
Candradimuka kehidupan
Walau berteduh di bawah jembatan layang.
Rg Bagus Warsono 2014
3.Siang di KRL
Siang di KRL
Bersama tas bahu
Yang ditegur karena sesak
Dan pintu KRL menjepit tangan-tangan tak sabar
Bergelatung badan kecapaian
Menanti stasiun kedua
Kereta jalan AC bercampur bau badan
Menusuk telinga
Hingga ibu tua jatuh pingsan
Tangan-tangan sosial membantu sebatas mampu
Kawan yang duduk malah memalingkan muka
Tiba di stasiun kedua
Dari luar masuk seketika
Penumpang berdesak
Ibu tua nafas sesak
Kawan yang duduk malah tambah berdesak
Stasiun terakhir
Penumpang turun
Dan Ibu tua tergeletak
Kini AC bercampur bau mayat.
Rg Bagus Warsono 11-11-2013
4.Jakarta dan Banjir
Cerita klasik sejak tahun 70-an
Budaya yang menempel rutin di koran
Serta acara repot tahunan
Bagi gubernur yang rumahnya kebanjiran
Tak diingat sebagai cerita kelahiran seseorang
Karena Jakarta dan banjir
Teman sepermainan.
Rg Bagus Warsono 2014
5. Jakarta dan Macet
Untuk sopir-sopir handal
Dengan sim profesional
Putari Jakarta
Selagi tengah malam
Yang tak beda situasi siang
Akupun sulit menyebrang
Dan polisi kejepit badan mobil
Kaca spion berbenturan seperti berjabat tangan
Yang dibuat dengan plastik pegas
Lecet mobil baru beli kemarin
Mobil derek siaga dijalan
Siapa mogok sebagai santapan
Dibuang di bengkel bengkel nakal
Sekaligus dibesituakan
Derek saja yang macet.
Rg Bagus Warsono 2014
6. Jakarta dan Pengemis
Adalah surga pengemis
Karena receh tak berguna
Dimasa negara kehilangan rupiah
Pengemis menjadi pahlawan
Yang mampu mengurangi pengangguran.
Rg Bagus Warsono 2014
7.Jakarta dan Pedagang Kaki Lima
Menutupi toko madya
Dan kios obat
Dengan tenda darurat
Yang siap kabur jika didamprat
peluit panjang kode penyelamatan
kode khusus kaki lima
Lampak sembarang
Dlebug pakaian atau barang dagangan
Siap angkut atau gulung tikar.
Rg Bagus Warsono 2014
8.Siapa Suruh Datang Jakarta
Jika tak dapat berlaga
Kembalilah pulang dengan tantangan sebaya
Biarkan Jakarta sendiri
Agar kau bisa nyenyak
Jika tak dapat makan
Segera berkemas benahi diri
Kampung halaman
Yang makmur beras palawija
Kenapa ditinggalkan
Jika tak dapat tempat
Jangan paksakan badan mengecil
Tidur di kolong jebatan layang
Atau panggung bambu tepi sungai
Kembalilah pulang.
Rg Bagus Warsono 2014
9. Sampah Jakarta
Sampah Jakarta
Bukan gelas plastik air mineral
Tapi bayi merah tadi malam
Sampah Jakarta
Bukan kertas pembungkus nasi
Tapi potongan orgam muntilasi
Sampah Jakarta
Pagi ini
Bendera partai dan plastik spanduk yang tak laku dijual
Sampah Jakarta sore ini
Kamera pecah dan sepatu sebuah
Yang terpisah dari pasangannya
Sampah Jakarta bukan sampah dapur ibu memasak.
Rg Bagus Warsono 2014
10.Jakarta 2014
Gelanggang perang
Digelar
Dengan genderang kemenangan
Dan sorak mengelukan petarung pujaan
Serta umbul-umbul
Ronce
Dan panji kebesaran
Mengibarkan kesatuan mereka
Perang tlah dimulai
Dengan senjata yang lebih dasyat
Dari bom nuklir
Dan ibu-ibu membunyikan alat dapur
Yang biasa merajang bumbu dapur
Irus dan panci untuk menanak sayur
Ikut juga berperang
Entah apa diidamkan
Dari perang yang tak berkesudahan
Hanya panggung
Sandiwara lenong Betawi
Dan bubar di tengah malam.
Rg Bagus Warsono 2014
11. Bibawah Jembatan Layang
Di bawah jembatan layang berteduh
Orang-orang urban pencari rizki ibukota
Pengemis, pengamen, pedagang asongan, dan
gerobak dorong
Sekadar mengusap keringat
Dengan oblong yang dipakainya
Tampak nenek tua menghitung uang receh
Pengamen kecil menghisap rokok
Pedagang asongan tidur mendekap dagangan
Botol minuman isi ulang
Dan pedagang gorengan melayani pembeli teman sendiri
Di bawah Jembatan Layang
Dibawah hingar kendaraan
Jakarta nan malang
Dipenuhi orang-orang urban
Mencari rezeki untuk hidup mereka
Rg Bagus Warsono 2014
12. Menanti di Halte Busway
Seakan diburu waktu
Teman sekantor di busway tadi
Meninggalkan aku yang kalah berdesak
Jam tangan malah membingungkan
Busway didepan padat orang
Busway hanya mampir sebentar
menurunkan seorang
Teman memberikan peluang
Ibu tua yang kecapaian
Busway perlahan berjalan meninggalkan
Tatapan kosong penumpang sial
Rg Bagus Warsono 2014
13.Parkir Kawasan
Di parkir kawasan mobil berjajar
Menghabiskan rupiah berjam-jam
Hanya untuk menunggu majikan
Diparkir kawasan ada ruang
Mobil untuk istirahat
Yang capai menanti kesempatan jalan
Meski perlahan jalan
Macet keterlaluan
Masuk parkir kawasan
Istirahat mobil si kaya
Nyaris cacat karena macet
Parkir kawasan
Rizki kemacetan.
Rg Bagus Warsono 2014
14.Kilometer Taxi
Taxi
Antarkan aku dalam kilometermu
naikan argonya perkilometer
Agar aku tak diputar-putar jalan
Sementara argomu berjalan meski mobil tak bergerak
Macet di setiap stopan
Taxi
Bukan bus pantura
mengukur jarak
Tapi mengukur kantong-kantong kesasar
Jalanan macet di setiap penyebrangan
Di taxi sopir diam
Dan argometer berkata
Jangan marah bila di Jakarta
Sebab di sini duit berbicara.
Rg Bagus Warsono 2014
15. Antarkan Aku Ojeg
Senyum tukang ojeg menghina Jakarta
Katanya kamu sok metropolitan
Yang penuh slogan
Jakarta
Huh !
Hanya kuli panggul
Yng keberatan dengan beton jembatan layang,
Dia ngacir dengan seorang penupang
Melewati celah-celah keberuntungan
Dengan gagahnya melewati kemacetan
Mata was-was salah jalan
Hampir telat di kantor kementrian.
Rg Bagus Warsono 2014
16. Antrian Bemo di Stasiun Besar
Antrian bemo di Stasiun Besar
Menunggu tamu Jakarta turun kereta
Satu-satu bemo menjemput tuan hendak bertarung nasib
Seperti deru bemo
khas di tengah bising
Suara nyaring di memasuki lorong kecil
Bukan mesin tua
Pengganti kuda
Sudah dua kereta jawa tiba
Hanya dua yang duduk di belakang roda tiga
Karena ingin mengenal Jakarta
Bemo kedua tiba menjemput tuan
hanya tersenyum
melihat bemper ala vespa
handuk kecil semakin hitam
oleh keringat dan asap teman
Kereta jawa masih jauhkah.
Rg Bagus Warsono 2014
17. Ada Warteg di Tengah Kota
Sarapan pagi
sisi gedung sudut jalan
bukan tanah pribadi
separuh diatas irigasi
atap seng dengan jelaga tebal
menanak nasi
untuk siapa saja di tengah kota
mengganjal perut untuk sehari
oreg, tempe , tahu
sayur lodeh ala Tegal
mengiringi cerita warga jakarta
Rg Bagus Warsono 2014
18.Bebek Goreng di Pinggir Jalan
Muncul di sore hari
Dengan tenda kumal
Pancaran neon menerangi sambal
Untuk bebek goreng di pinggir jalan
Dua tiga jam
Hanya tinggal dua potong sayap dan kepala
Dadamentok dan paha
ampela dipesan sebelum tenda dibuka
tak apa
asal ada lalap daun kemangi muda
Bebek goreng di pinggir jalan
Resto warga Jakarta
Rg Bagus Warsono 2014
19.Jamu Gendong Pamitan
Langkah gontai menggendong bakul
Sebilan botol aneka jamu
Temu lawak temu ireng
Sari awan sari rapet
Asem kawak daun asem
Dari kencur hingga sereh
Jeruk mipis kunir jahe
Botol kosong laris manis
Mengobati punggung pekerja
Terkena rematik tulang
Pegal linu sakit pinggang
Di penghujung Ramadhan
Berkah puasa kehidupan
Menabung setahun untuk sebulan
hanya
Ratusan ribu dalam stagen
Untuk pulangh ke Jawa ramai-ramai.
Rg Bagus Warsono 2014
20.Aku Kuli Bangunan
Datang dari Indramayu mendukung Jakarta
Yang tak henti pembangunan
Masih membangun jembatan layang
Sejak tahun tujuhpuluhan
Masih membangun gedung bertingkat
Sejak Ali Sadikin
Masih membuat jalan
Sejak bernama Batavia
Jakarta tak henti pembangunan
Meberi rizki kuli bangunan.
Rg Bagus Warsono 2014
21. Sakit di Jakarta
Katakan kepada urban
Jangan sakit di Jakarta
Karena disini tak menerima pasien melarat
Dan klinik bukan plastik dapur yang bisa ditawar
Tak ada dokter desa
Walau praktek di puskesmas
Tak ada rumah sakit rakyat
Walau disebut rumah sakit umum
Tak ada sopir ambulan
Yang menjual bensin mobil kantor seperti di desa
Karena ambulan travel khusus anti macet.
Kami butuh orang kuat
Dan berduit banyak
Bukan kartu yang sehat.
Rg Bagus Warsono 2014
22.Mati di Jakarta
Mati di Jakarta
dengan lebai profesional
mau yang mahal atau yang vip
yang murah dibuang dilautan
bayar setengah tak dimandikan
hanya kafan penutuip ayat
dikuburkan dalam lubang darurat.
Rg Bagus Warsono 2014
23.Ada petani Jakarta
Ada petani Jakarta
Menanam kemangi dan bayam cabut
Serta dan kangkung jebrol
Tanaman subur
Diatas tanah gembur
Sepetak luas pondasi gedung
Lalu pindah tempat
Tanah urug yang ditinggalkan
Karna sengketa tak berkesudahan
Milik petani Jakarta
Empat puluh hari kerja
Panen daun bawang muda.
Rg Bagus Warsono 2014
24.Nelayan Jakarta
Orang-orang pinggiran
Tinggal di Muara Gembong
Nelayan Jakarta
Yang mengalah demi Ibukota
Tak menuntut pantai
tak menuntut pasar
Orang orang berjiwa besar
Semakin jauh di pantai Karawang
Dengan bahasa betawi
Engkong, dan Nyak
Yang membuat gesek ikan
Memberi makan tanah leluhurnya.
Rg Bagus Warsono 2014
25.Kisah Penduduk Asli Jakarta
Yang bertahan dengan gaya betawi lama
Rumah prisma dengan ruang tamu separuh bangunan
Maklumlah keluarga besar
Dan kursi lenong dua pasang
Agar semua duduk memandang keluar
Sambil ngeteh manis
Di muk besar
Engkong ,dan enyak menunggu waktu
Digusur hingga perbatasan
Kini sudah di Karawan
tak capai memindah meja bundar
hanya bale besar
sebagai kursi tamu dan tempat tidur.
Rg Bagus Warsono 2014
26.Tangerang apa Bekasi
Untuk ekspansi
Tangerang apa Bekasi
Jangan menolak
Karena Jakarta membagi rezeki
Mall dan took swalayan
Kantor dan pabrik
Agar tak jauh ibukota
Sebagai rezeki untuk tetangga Jakarta.
Rg Bagus Warsono 2014
27.Lampak Pasar Baru
Lampak di pasar baru
Yang dibeli dari seorang preman
Pemilik kekuasaan
Kaki lima dan sepanjang trotoar
Dua meter ukuran
Dan bias menambah empat meter kedepan
Hingga menutup jalan.
Rg Bagus Warsono 2014
28.Biarkan Semrawut
Biarkan semrawut
Untuk menandai jakarta
Untuk modal cerita
Biarkan semrawut
Untuk bahan diskusi
Dan anggaran tahun depan
Sebagai pekerjaan penelitian
Biarkan semrawut
Lambang ibukota sibuk
Tak mengenal siang dan malam
Biarkan semrawut
Agar tetap tidak tidur.
Rg Bagus Warsono 2014
29.Jalan Tol
Kenapa menyediakan jalan untuk si kaya
Sedang jalanku tertutup rintang duri
Serta pentungan karet menakutkan
Karna tak berpakaian wajar
Serta bau badan
Memanjakan sikaya dengan semilyar untuk satu penyangga jalan layang
Beton bertulang
Sedang jalanku kecil seukuran badan
Gang sempit yang terjepit gedung tuan
Menancap tiang beton
Menahan beban jalan layang
Untuk memberi kesan
Jakarta yang metroipolitan
Rg Bagus Warsono 2014
30.Kisah pedagang besi tua
Dengan tibangan ditera bulan kemarin
Karena tak mau spekulasi
Biar lama asal pasti
Bangkai mobil atau sepeda motor
Rongsokan pagar kantor dibongkar
Atau besi beton reruntuhan
Semua dipilah menjadi bagian
Mahal dan murah
Bagi bandar pemulung besar
Yang menanti pemulung
Siap dengan uang.
Rg Bagus Warsono 2014
31. Anak-anak Pemulung
Anak-anak pemulung
Umur belasan
Dengan karung dibahu
Dan rongsokan plastik pilihan
Menelusuri kantor perumahan
Pasar dan terminal
Dengan besi caduk khas pemulung
Menelusuri Jakarta
Mengisi Jakarta
Membersihkan Jakarta
Sampah pilihan
Rg Bagus Warsono 2014
32.Harga Satu Pohon
Harga satu pohon mahoni di Jakarta
Ongkos tanam dan ongkos tebang
Dan daun-daun berantakan
Mengotori jalan dan pekarangan tetangga
Lalu menyuruh tukang sapu
Dan mobil pengangkut sampah
Masih ada akar yang belum terbuang
Ini bagian tukang gali lubang
Pohon kemudian ditanam
Dipelihara dan disiram
Pagi sore
Semakin besar
Membuat asri angkuhnya bangunan
Lalu ditebang.
Rg Bagus Warsono 2014
33.Kopyah di Kepala Koruptor
Menutup rambut uban
Dan ketombe debu jalan
Atau botak karena tak terkena sinar matahari
Ada disebunyikan rupiah dilempitan
Kopyah tuan.
Rg Bagus Warsono 2014
34.Sertifikat 20 m
Brosur indah tawarkan rumah-rumah murah
Dengan tipe kecil
Untuk orang kecil
Kecil-kecil
Hanya ada kamar kecil
Dan kamar serbaguna
Dapur, tidur, dan tamu
Dengan sertifikat kecil
Yang nyangkol di bank-bank kecil.
Rg Bagus Warsono 2014
35.Penjual Serabi
Bi Sarjem asal Indramayu
Penjual serabi di Pasar Minggu
Buka fajar dini
Hangat oleh api pawon
Sehangat mandi di hotel Indonesia
Menyediakan sarapan pagi
dengan cetakan teratur
se-irus adonan beras kelapa
dengan tembikar tujuh
satu angkatan serabi pertama
untuk tuan pelindung Bi Sarjem
sebagai pajak lampak
Setiap hari satu angkatan serabi
Sebagai sarapan pagi
Dengan suka hati
Asalkan dagang jangan berhenti
Serabi berhenti di jam sembilan pagi
Adonan habis serabi laris
Bi Sarjem penjual serabi
Sahabat Jakarta
Dikenal siapa saja
Mulai kuli panggul sampai mahasiswa
Khas tradisional di kota modern
Tanpa pengawet
Serabi untuk sarapan pagi ibukota.
Rg Bagus Warsono 2014
36.Penjual Bandrek
Malam dingin gerimis di rumah susun
Sepi disinari lampu jalan
Mendekat gerobak dorong pulang
Penjual bandrek keliling
Dengan api masih membara
Dari pawon arang panci pemanas air
Sementara mangkal di bawah tiang lampu jalan
Memejamkan mata sesaat
Beberapa orang kedinginan mendekat
Bandrek dituang uap melayang
Memberi tenaga teman yang bertarung
Peruntungan di Jakarta
Rezki tak mengenal waktu
tengah malam buta.
Rg Bagus Warsono 2014
37.Asongan Kopi saset
Menelusuri jalan
Sepanjang gedung
Sekuat kaki
Dengan sepeda dan empat termos air
Menanti pembeli
Yang ingin hemat di Jakarta
Susu, kopi, the tubruk
Dalam saset bermerk warna-warni
Tuan minum apa?
Semua slalu ada
Rg Bagus Warsono 2014
38. Isi penuh tangki mobil pemadam kebakaran
Aku perintahkan isi slalu tangki pemadam kebakaran
Dengan air comberan
Agar api cepat padam
Dimana kebakaran
Dan parit menjadi lancar
Lalu semprotkan pada rumah yang belum terbakar
Dan api takut bau comberan
Sebab api berpindah tempat setiap waktu
Jika bara tak dipadamkan
Api melompat tanpa sebab
Karena angin panas merasa sesak
Sampai gedung dewan terhormat
Yang menginginkan sejuk rimbun dan lebat
Dari abu rumah kebakaran
Sepanjang bantaran sungai.
Isi penuh tangki pemadam kebakaran
Dengan sirine panjang
Menuju rumah-rumah tanpa majikan
terbakar dulu lalu pengakuan
rumah atau gudang
Aku belum terkena comberan
Mobil pemadam tadi siang
Yang membunuh api di perempatan,
Isi penuh lagi tangki pemadam
Dengan air comberan.
Rg Bagus Warsono 2014
39.Semalam di Jakarta
Hati bangga akan ibukota
Yang sibuk sepanjang waktu
Hingga jam rusak karena batu baterai melembung
Dan sorot jutaan lampu mobil di jalan
Serta bising mesin tua
Menambah cerita semalam Jakarta
Menjadi novel tak berkesudahan
Tamat cerita sesudah mandi pagi.
Rg Bagus Warsono 2014
40.Hujani Saja Dua Jam Jakarta
Terik membuat debu bertebaran bercampur
Asap rokok yang mengepul dari sopir yang tiada henti .
Dan puntung-puntung rokok menyumpal lubang air menuju selokan.
Dan tangan-tangan yang mencintai kebersihan sembunyi-sembunyi membuang sapah di saluran pembuangan sambil mata kesana-kemari
Karena takut ditegur malu. Kemudian ibu-ibu membuang sampah di sungai malam hari agar tak merepotkan petugas kebersihan.
Pemulung pun mengobrak-abrik bak sampah mencari sesuatu.
Hingga sampah berterbangan sampai taman-taman.
Dan Petugas kebersihan merasa capai, daun kering hanya dikumpulkan di sudut jalan yang tak kelihatan.
Karena upah tak seimbang memikul beban berat dan bau sampah.
Lalu truk angkutan sampah telat datang dan hanya lewat di bak sampah besar.
Katanya, baru saja pagi diambil.
Hujani saja dua jam Jakarta
Air menggenang jalanan menjadi sungai.
Rg Bagus Warsono 2014
41.Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor
Puntung Rokok di Asbak Pintu Kantor
lebih separuh batang
karna tak boleh santai sejenak
mengeluarkan asap
membunuh bara dengan kasar
meotong batang panjang
rokok kretek bapak
dan filter nyonya-nyonya.
Rg Bagus Warsono 2014
42.Jakarta Tak Tenggelam
Tenggelamkan Jakarta dengan air laut Jawa
Perahu nelayan berlabuh
Dan kapal muat bersandar di dermaga
Keseberang pulau
Jika Jakarta lautan
Tak ada yang bilang Jakarta kebanjiran.
Rg Bagus Warsono 2014
43.Dolar Sopir Taxi
Ada dolar di sopir taxi
Dari pribumi bukan turis tempo hari
Yang turun dari bandara
Lupa membawa rupiah
Argo melayang menghitung jalan
Dengan rupiah dolanan
Dolar diterima sopir taxi tertawa
Mau duit macam mana
Tak ada meteran argo bohong
Karena mesin cermat
Seperti sopir taxi kita
Mereka,
Mengira Indonesia cerdas.
Rg Bagus Warsono 2014
44.Peta Jakarta
Peta Jakarta dibuat setiap tahun
Skala kecil di atas meja
Lalu diberi tanda
Agar peta berganti nama
Peta Jakarta dipajang di dinding Kelurahan
Lalu diberi lingkaran
telah berganti nama
Peta Jakarta dicetak ulang
Sampai ke sekolah dasar
Anak-anak menunjuk tempat rumah mereka
Dalam peta
Sudah tak ada .
Rg Bagus Warsono 2014
45.Mengurug Tanah Jakarta
Dengan pasir kali
dantruk yang konvoy malam hari
Agar tanah menjadi tinggi
Atau lantai gedung terisi
Mengurug tanah Jakarta setinggi bukit gunung
Sepanjang tahun
Sehingga pemukiman, gedung, kantor bersaing
Meninggikan lantai Jakarta.
Rg Bagus Warsono 2014
46.Raja Kos-kosan
Bang Jali juragan kos-kosan
Katanya memberi tumpangan para urban
Dengan biaya standar
Kamarnya semakin banyak
Bukan karena membangun lahan
Hanya menyekat ruang
Menjadi dua kamar
Raja Kos kosan
Tersenyum di akhir bulan
Yang tak bayar silahkan pulang
Karena diganti orang yang tiba tadi malam
Raja kos-kosan
Membuat kamar ditingkat
Agar duit berlipat.
Rg Bagus Warsono 2014
47. Mati Lampu di Jakarta
Gelap
Dari di rumah-rumah keluarga miskin
dengan pulsa sisa
dan penerangan jalan umum
hanya hiasan taman semata
serta lampu-lampu pedagang tenda
bebek goreng menunggu terang tiba
warung segan mebuka pintu
yang ada hanya terang korek api
dan asap rokok memutih di kegelapan
Ketika berteriak mati lampu
Jakarta tersenyum
katanya
Siapa bisa matikan lampu Jakarta
Karena mall dan kantor tetap nyala
Listrik cadangan mengalir seketika
Untuk jakarta
Ketika berteriak mati lampu
Rumah orang-orang hina
Rg Bagus Warsono 2014
48.Artis Ibukota
Palingkan muka untuk Jakarta
Untuk apa
Percuma
Namun mata tetap melirik
Karena ada yang menarik
Hati , cita, dan cinta
Akan sejarah bangsa
Bila kalian di Jakarta
dikenang di hati pemirsa
sepanjang masa.
Rg Bagus Warsono 2014
49.Seniman Ibukota
Yang mangkal di jalan-jalan
Belum ada nasi hari ini
Dan heh manis sarapan pagi
Sehingga pagi sampai matahari berdiri
Kawan datang mebawa nasi bungkus
Karena tak tega makan sendiri
Bangun tapi lupa mandi
Sore hari tak ada pembeli
Atau tamu mampir di kios
Sekadar membagi rejeki
Karena sebetulnya tak suka seni
Hanya iba kepada insan seni
Rg Bagus Warsono 2014
50.Mahasiswa Jakarta
Mahasiswa Jakarta hanya di latar-latar
Gedung pemerintah
Dengan jaket almamater murah
Sebagai kapus ilmiah
Jas sobek, baju rowak-rawek
Oleh tangan-tangan mengejar
Sepatu jebol dan topi kotor
Terinjak derap satpam
Menjadi pengalaman ilmiah
Dengan nilai A
Dan mereka membuat angkatan
Sebagai kebanggaan dan modal
Untuk berlaga kemudian
Rg Bagus Warsono 2014
51.Mendemo Pengamen
Agar menyanyikan lagu nasional
Yang jarang dinyanyikan di sekolah negeri
Karena bu guru dan pak guru lupa
Notasi angka
Pengamen lebih mengena
Mengisi suara dimana-mana
Celah waktu stopan
Antara halte bus kota
Peron kereta listrik
Makan di kaki lima
Sepanjang jalan macet
Yuk mendemo pengamen
Agar menyanyikan lagu jiwa
Karakter bangsa kita
Rg Bagus Warsono 2014
52.Mencari Orang Hilang di Jakarta
Mencari orang di lapangan rumput
Dengan batret berbatu enam
Kecoa, jangkrik , cacing dan kelabang
Sampai ular besar
Orang dicari tak ditemukan
Lalu kita bertanya pada lalu lalang
Hanya mengangguk
Dan menghilang
Lalu melapor pada aparat
Katanya,
Nah ini orang hilangnya ketemu.
Dimana?
Kamu?
Rg Bagus Warsono 2014
53.Ayam Goreng
Dari peternak yang mana
Ayam goreng hari ini
Dan bumbu Jakarta ala Lamongan
Yang diramu orang Tegal
Ayam goreng Jakarta
Lalap kemangi daun muda
Kebun petani Losari
Di tanah kebun yang baru dipondasi
Ayam goreng hari ini
Dan kulit jeruk sambal di mangkuk cuci tangan
Dari pasar swalayan
Untuk ayam goreng Jakarta hari ini
Bau bahan pengawet
Karena dikirim dari luar negeri
Ayam goreng hari ini
Dibilang ayam kampung negeri.
Rg Bagus Warsono 2014
54. Kerak Telor
Jakarta dan Kerak telor
Seperti makanan anak kecil
Menjadi budaya
Jakarta
Menunggu kapan
Menunggu kerak telor
Diangkat dari penggorengan
Lalu ditelan
Tanpa sisa
Dan
Kembali adonan kerak telor
Menunggu gosong sesisi
Lalu diibalik sisi lain
dan menjadi budaya
kerak telor.
Rg Bagus Warsono 2014
55.Berita Pagi , Sore Ada Lagi
Canda pagi ibu-ibu
Di gerobak sayur
Tragedi malam di berita pagi
Aneka raut mendengar sajian actual
Mulut belum mandi
Hanya ekspresi sementara
Sampai masak selesai
Sore terdengar berita
Tragedy gerobak sayur
Lalu ibu tersenyum
Agar malam bisa tidur
Dan berita pagi
seperti
Sarapan setiap hari.
Rg Bagus Warsono 2014
56.Sarung Betawi
Untuk apa sarung betawi
Menghias celana panjang
Hanya menandakan
Separuh tradisional
Yang tak mau tinggalkan
Budaya luhur si Jampang
Sarung betawi sebagai hiasan
Lambang priyayi berpendidikan
Sehingga dilicin rapih
Dengan lempitan menawan
Dijepit sabuk jawara
Sebagai Sarung betawi.
Rg Bagus Warsono 2014
BIODATA PENULIS
Rg. Bagus Warsono (Agus Warsono)
Lahir dengan nama Rg.(Ronggo) Bagus Warsono lebih dikenal dengan Agus Warsono, SPd.MSi,dikenal sebagai sastrawan dan pelukis Indonesia. Lahir Tegal 29 Agustus 1965. Ayahnya seorang guru yang bernama Rg. Yoesoef Soegiono, (trah Ronggo Kastuba). Sejak kecil sudah senang membaca. Usia 10 tahun sudah menamatkan Api Dibukit Menoreh karya SH Mintardja. Kegemaran membaca ini sampai mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (1999). Mulai masuk Sekolah tinggal di Indramayu.Mengunjungi SDN Sindang II, SMP III Indramayu, SPGN Indramayu, (S1) STIA Jakarta , (S2) STIA Jakata. Tulisannya tersebar di berbagai media regional dan nasional. Redaktur Ayokesekolah.com.Pengalaman penulisan pernah menjadi wartawan Mingguan Pelajar, Gentra Pramuka, Rakyat Post, dan koresponden di beberapa media pendidikan nasional. Anggota PWI Cabang Jawa barat.
Karya antara lain:
1. Rumahku di Tepi Rel Kereta Api (Kumpulan cerpen anak 1992), 2. Menanti hari Esok (antologi puisi), 3. Mata Air (antologi puisi), 4. Bunyikan Aksara Hatimu (BAH) (antologi puisi), 5. Si Bung (Bung Karn0) (antologi puisi)
Antologi bersama :
1. Puisi Menolak Korupsi (PMK II),
2. Tifa Nusantara 2013
Cergam antara lain :
1. Si Kacung Ikut Gerilya, 2. Kopral dali, 3. Pertempuran Heroik Di Ciwatu, 4. Pertempuran Selawe, 5. Si Jagur
6. Panglima Indrajaya, 7. Endang Dharma, 8. Laskar Wiradesa
Buku-buku Pendidikan:
1.Bahasa Indramayu untuk SD/MI, 2.Belajar membaca Kelas Rendah SD, 3.Mengenal Anyaman
Penghargaan :
Penghargaan Karya Tulis Terbaik (PGRI Jabar 1996)
Penghargaan Cerita Anak Depdiknas 2004
DAFTAR SASTRAWAN INDONESIA
1.A.A. Navis
2.A.A. Pandji Tisna
3.A.D. Donggo
4.A.Mustofa Bisri
5.A.S. Dharta
6.A.S. Laksana
7.Aam Amilia
8.Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
9.Abdul Hadi WM
10.Abdul Muis
11.Abdul Wahid Situmeang
12.Abdullah Mubaqi
14Achdiat K. Mihardja
15Achmad Munif
13.Abidah el Khalieqy
16Acep Syahril
17Acep Zamzam Noor
18.Adinegoro
19.Afrizal Malna
20.Agam Wispi
21.Agus Noor
22.Agus R. Sarjono
23.Agus Warsono(Rg Bagus Warsono)
24Ahmad Fuadi
25.Ahmad Subbanuddin Alwie
26.Ahmad Tohari
27Ahmad Yulden Erwin
28.Ahmadun Yosi Herfanda
29.Ahmad Mushthofa Bisri
30..Ajip Rosidi
31.AkiSora
32.Akmal Nasery Basral
33.Ali Akbar Navis
34.Alan Hogeland
35.Amal Hamzah
36.Andrea Hirata
37.Andliandri.A.A
38Andrei Aksana
39.Ani Sekarningsih
40.Anis Sholeh Ba’asyin
41.Anwar Putra Bayu
42.Aoh K. Hadimadja
43.Arafat Nur
44.Ari Pahala Hutabarat
45.Ari Setya Ardhi
46.Arie MP Tamba
47.Ariel Heriyanto
48.Arif B. Prasetyo
49.Arifin C. Noer
50.Armijn Pane
51.Arswendo Atmowiloto
52.Arami Kasih
53.Asep S. Sambodja
54.Asma Nadia
55.Asrul Sani
56.Asbari Nurpatria Krisna
57.Aslan Abidin
58.Ayatrohaedi
59Ayu Utami
60.B. Rahmanto
61.Badaruddin Amir
62.Badui U. Subhan
63.Bagus Burham
64.Bagus Hananto
65.Bagus Putu Parto
66.Bambang Set
67.Beni R. Budiman
68.Beni Setia
69.Beno Siang Pamungkas
70.Binhad Nurrohmat
71.Bokor Hutasuhut
72.Bonari Nabonenar
73.Bondan Winarno
74.Budi Darma
75.Budi P. Hatees
76.Budiman S. Hartoyo
77.Cecep Syamsul Hari
78.Chunel
79.Clara Ng
80.Cucuk Espe
81.D. Zawawi Imron
82.Dahta Gautama
83.Darman Moenir
84.Darmanto Jatman
85.Damhuri Muhammad
86.Danarto
87.Dad Murniah
88.Dami N. Toda
89.Daniel Mahendra
90.Dea Anugrah
91.Dewi Lestari
92.Dharmadi
93.Dian Hardiana
94.Djamil Suherman
95.Djenar Maesa Ayu
96.Dian Hartati
97.Diani Savitri
98.Dimas Arika Mihardja
99.Dina Oktaviani
100.Djamil Suherman
101.Dody Sam Yusuf
103.Donny Dhirgantoro
104.Dorothea Rosa Herliany
105.Djenar Maesa Ayu
106.Dyah Merta
107.Dyah Setyawati
108.Edy Firmansyah
109.Eka Budianta
110.Eka Kurniawan
111.Eko Tunas
112.Emha Ainun Nadjib
113.Endik Koeswoyo
114.Faruk HT
115.Fendi Kachonk
116.Fina Sato
117.FX Rudi Gunawan
118.Gazali Burhan Rijodja
119.Gatotkoco Suroso
120.Gerson Poyk
121.Godi Suwarna
122.Goenawan Mohammad
123.Gola Gong
124.Gus tf Sakai
125.H.B. Jasin
126.HR Bandaharo
127.Habiburrahman El Shirazy
128.Hamid Jabbar
129.Hamka
130.Hamsad Rangkuti
131.Hartojo Andangdjaja
132.Helvy Tiana Rosa
133.Herlinatiens
134.Herman J. Waluyo
135.Hersri Setiawan
136.Herdoni Syafriansyah
138.Ibnu Wahyudi
139.Ibrahim Sattah
140.Idrus
141.Iggoy el Fitra
142.Ikhwan Al Amin
143.Indra Cahyadi
144.Indra Tranggono
145.Intan Paramaditha
146.Imam Muhtarom
147.Ipon Bae
148.Irfan Hidayatullah
149.Irman Syah
150.Isbedy Stiawan ZS
151.Iswadi Pratama
152.Iwan Simatupang
153.Iyut Fitra
154.J.E. Tatengkeng
155.Jack Efendi
156.Jakob Sumardjo
157.Jamal D Rahman
158.Jamal T. Suryanata
159.Jatmika Nurhadi
160.Jeffry Alkatiri
161.Joni Ariadinata
162.Joshua Lim
163.Joko Pinurbo
164.Jose Rizal Manua
165.Jumari HS
166.Korrie Layun Rampan
167.Kriapur
168.Kuntowijoyo
169.Kurnia Effendi
170.Kusprihyanto Namma
171.Kuswinarto
172.Kwee Tek Hoay
173.Leila S. Chudori
174.Linda Christanty
175.Linus Suryadi AG
176. Lukman A Sya
178.M.Aan Mansyur
179.M. Rozaq Triyansyah
180.M. Shoim Anwar
181.Mahbub Junaedi
182.Mahmud Jauhari Ali
183.Maman S. Mahayana
184.Mansur Samin
185.Marah Roesli
186.Marga T
187.Marsetio Hariadi
188.Marianne Katoppo
189.Martin Aleida
190.Max Ariffin
191.Marsetio Hariadi
192.Mawie Ananta Jonie
193.Medy Loekito
194.Melani Budianto
195.Mochtar Lubis
196.Mohammad Diponegoro
197.Moch Satrio Welang
198.Motinggo Busye
199.Muhammad Asqalani eNeSTe
200.Muhammad Rois Rinaldi
201.Muhary Wahyu Nurba
202.Mukti Sutarman
203.Mustofa Bisri
204.Mh. Rustandi Kartakusuma
205.Muhammad Kasim
206.Mukti Sutarman Espe
207.Mutmainna
208.Mustafa W. Hasyim
209.Marsetio Hariadi
210.Marsetio Hariadi
211.Nanang Anna Noor
212.Nanang Suryadi
213.Nasjah Djamin
214.Nazaruddin Azhar
215.Nenden Lilis A
216.Nenek Mallomo
217.Ngarto Februana
218.Nh. Dini
219.Nirwan Ahmad Arsuka
220.Nirwan Dewanto
221.Noorca M. Massardi
222.Nova Riyanti Yusuf
223.Novy Noorhayati Syahfida
224.Nugroho Notosusanto
225.Nurochman Sudibyo.YS
226.Nur Sutan Iskandar
227.Nur Wahida Idris
228.Nyoo Cheong S
229.Ook Nugroho
230.Oyos Saroso HN
231.Palti R Tamba
232.Pamusuk Eneste
233.Panji Utama
234.Parakitri T Simbolon
235.Putu Oka Sukanta
236.Piek Ardijanto Soeprijadi
237.Pipiet Senja
238.Pramoedya Ananta Toer
239.Primadonna Angela
240.Putu Oka Sukanta
241.Putu Wijaya
242.Rachmat Djoko Pradopo
243.Rachmat Nugraha
244.Radhar Panca Dahana
245.Raditya Dika
246.Remy Silado
247.Ragdi F. Daye
248.Ramadhan K.H.
249.Ratih Kumala
250.Ratna Indraswari Ibrahim
251.Raya Langit Rokibbah
252.Rayani Sriwidodo
253.Raudal Tanjung Banua
254.Rieke Diah Pitaloka
255.Rifan Khoridi
256.Rifai Apin
257.Riki Dhamparan Putra
258.Rijono Pratikto
259.Riris K. Sarumpeat
260Rosihan Anwar
261.Roudloh Fathurrohman
262.Rukmi Wisnu Wardani
263.Ruli NS
264.Rusman Sutiasumarga
266.Saeful Badar
267.Sam Haidy
268.Sang Bayang
269.Sanusi Pane
270.Sapardi Djoko Damono
271.Sarabunis Mubarok
272.Saut Situmorang
273.Selasih/Seleguri
274.Seno Gumira Ajidarma
275.Sholeh UG
276.Sindhunat
277.Sitok Srengenge
278.Sitor Situmorang
279.Sindhunata
280.Sirajuddin Sudirman
281.Slamet Sukirnanto
282.SM Ardan
283.SN Ratmana
284.Sobron Aidit
285.Soe Hok Gie
286.Soekanto SA
287.Sonny H. Sayangbati
288.Sony Farid Maulana
289.Sori Siregar(Sori Sutan Sirovi Siregar)
290/Sosiawan Leak Seno
291.S. Sinansari ecip
292.Subagio Sastrowardoyo
293.Sukasah Syahdan
294.Suman Hs
295.Suminto A Sayuti
296.Sunaryo Basuki Ks
297.Sunlie Thomas Alexander
298.Suparto Brata
299.Sutan Iwan Sukri Munaf
300.Sutan Takdir Alisyahbana
301.Sutardji Calzoum Bachri
302.Sutikno WS
303.Suwarsih Djojopuspito
304.S. Yoga
305.Tajuddin Noor Gani
306.Tandi Skober
307.Tatang Sontani
308.Taufiq Ismail
309.Taufik Ikram Jamil
310.T. Firman Andiatno
311.Teguh Winarso AS
312.Tendy Faridjan
313.Timur Sinar Suprabana
314.Titie Said
315.Titiek WS
316.Titis Basino
317.Toety Heraty Nurhadi
318.Toha Mochtar
319.Toto ST. Radik
320.Toto Sudarto Bachtiar
321.Tri Astoto Kodarie
322.Trisno Sumardjo
323.Trisnojuwono
324.Triyanto Triwikromo
325.Trio Danu Kumbara326.Tulis Sutan Sati
327.T. Wijaya
328.Udo Z. Karzi
329.Ugoran Prasad
330.Umar Junus
331.Umar Kayam
332.Umar Nur Zain
333.Umbu Landu Paranggi
334.Usmar Ismail
335.Utuy Tatang Sontani
336.Viddy AD Daery
337.Wahyu NH. Al Aly
338.Wahyu Prasetya
339.Wan Anwar
340.Wayan Sunarta
341.Widjati
342.Widji Thukul
343.Wisnu Sujianto
344.Wisran Hadi
345.W. Hariyanto
346.Widji Thukul
347.W.S. Rendra
348.Wowok Hesti Prabowo
349.Y.B.Mangunwijaya
350.Yonathan Rahardjo
351.Yudhistira ANM Massardi
352.Yusach Ananda
353.Y. Thendra BP
354.Y. Wibowo
355.Zainal Afif
356.Zainuddin Tamir Koto
357.Zen Hae
358.Zen Ibrahim
359.Zoya Herawati
__________
|