Jawa Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 16590937 oleh JayaGood (bicara): Riset asli tanpa sumber. (🍔)
Tag: Pembatalan
k bentuk baku
Baris 277:
=== Bahasa ===
[[Bahasa Indonesia]] adalah bahasa resmi yang berlaku secara nasional, namun demikian [[bahasa Jawa]] dituturkan oleh sebagian besar suku Jawa sebagai bahasa sehari-hari.
Dialek bahasa Jawa timur dikenal dengan ''Bahasa Jawa Timuran'', yang dianggap bukan bahasa Jawa baku. Ciri khas bahasa Jawa Timuran adalah egaliter, blak-blakan, dan seringkalisering kali mengabaikan tingkatan bahasa layaknya bahasa Jawa baku, sehingga bahasa ini terkesan ''kasar''. Namun demikian, penutur bahasa ini dikenal cukup fanatik, dan bangga dengan bahasanya, bahkan merasa lebih akrab. Bahasa Jawa dialek Surabaya dikenal dengan ''[[Bahasa Jawa Suroboyoan|Boso Suroboyoan]]''. Dialek bahasa Jawa di Malang umumnya hampir sama dengan dialek Surabaya. Dibanding dengan bahasa Jawa [[Bahasa Jawa Madiun|dialek Mataraman]] (Ngawi sampai Kediri), bahasa [[dialek Malang]] termasuk bahasa kasar dengan intonasi yang relatif tinggi. Sebagai contoh, kata makan, jika dalam dialek Mataraman diucapkan dengan 'maem' atau 'dhahar', dalam dialek Malangan diucapkan 'mangan'. Salah satu ciri khas yang membedakan antara bahasa arek Surabaya dengan arek Malang adalah penggunaan bahasa terbalik yang lazim dipakai oleh arek-arek Malang. Bahasa terbalik Malangan sering juga disebut sebagai [[Dialek Malang|bahasa ''Walikan'']] atau Osob Kiwalan. Berdasarkan penelitian Sugeng Pujileksono (2007), kosakata bahasa Walikan Malangan telah mencapai lebih dari 250 kata. Mulai dari kata benda, kata kerja, kata sifat. Kata-kata tersebut lebih banyak diserap dari bahasa Jawa, Indonesia, sebagian kecil diserap dari bahasa Arab, Tionghoa, dan Inggris. Beberapa kata yang diucapkan terbalik, misalnya ''mobil'' diucapkan ''libom'', dan ''polisi'' diucapkan ''silup''. Perkembangan bahasa Walikan Malangan semakin berkembang pesat seiring dengan munculnya supporter kesebelasan Arema (kini Arema Indonesia) yang sering disebut Aremania. Bahasa-bahasa Walikan banyak yang tercipta dari istilah-istilah di kalangan pendukung. Seperti ''Ongisnade'' atau Singo Edan, ''Otruham'', ''Rajajowas'', ''Ongisiras'', dan ''Utab'' untuk menyebut wilayah Muharto, Sawojajar, Singosari, dan Batu. Terlepas dari tiga kelompok dialek bahasa Jawa tersebut (''Malangan atau Kiwalan, Boso Suroboyoan, dan Mataraman'') saat ini bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA.
 
[[Bahasa Madura]] dituturkan oleh [[suku Madura]] di Madura maupun di mana pun mereka tinggal. Bahasa Madura juga dikenal tingkatan bahasa seperti halnya bahasa Jawa, yaitu ''enja-iya'' (bahasa kasar), ''engghi-enten'' (bahasa tengahan), dan ''engghi-bhunten'' (bahasa halus). Dialek Sumenep dipandang sebagai dialek yang paling halus, sehingga dijadikan bahasa standar yang diajarkan di sekolah. Di daerah Tapal Kuda, sebagian besar penduduknya menguasai dua bahasa daerah: bahasa Jawa dan bahasa Madura. Kawasan kepulauan di sebelah timur Pulau Madura menggunakan bahasa Madura dengan dialek tersendiri, bahkan dalam beberapa hal tidak dimengerti oleh penutur bahasa Madura di Pulau Madura ([[kesalingpahaman]]/''mutual intelligibility'').
Baris 402:
|- style="background-color: #ccf;"
|
| [[Jawa Timur]]
| 70,77 (0,707)
|-
Baris 489:
=== Kesenian ===
[[Berkas:Gedung Ludruk Irama Budaya oleh HS Sumiyani 2.jpg|jmpl|Pementasan [[Ludruk]]]]
Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. [[Ludruk]] merupakan salah satu kesenian ''Jawa Timuran'' yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkalisering kali dibumbui dengan humor, dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan [[Tari Remo]], dan [[parikan]]. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah [[Surabaya]], [[Mojokerto]], dan [[Jombang]]; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi. Selain itu terdapat pula kelompok kesenian Ludruk di lingkungan universitas, salah satu yang masih eksis adalah Loedroek ITB sebagai salah satu Unit Kebudayaan di [[Institut Teknologi Bandung]] yang lebih dikenal sebagai Loedroek Kontemporer dan dapat berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi.
 
[[Berkas:GREBEG SURO PONOROGO 1.jpg|jmpl|[[Reog (Ponorogo)|Reog]] Ponorogo]]