Arya Raksadinata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia (6)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Kebudayaan Sunda menjadi Budaya Sunda
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
== Sejarah ==
{{rapikan}}
kabuyutanKabuyutan sawal.Sawal R.adalah [[Kabuyutan]] atau mandala yang merujuk kepada Raden '''Arya Raksadinata''' atau radenRaden Ahmad Raksadinata adalahatau Eyang Raksa seorang panembahan dari kerajaan[[Kerajaan Panjalu]] yang tinggal di tepian gunung[[Gunung Sawal]], tepatnya di kampungKampung Sukapulang, desaDesa Kertaraharja, kecamatanKecamatan Panumbangan, Ciamis. diaDia berasal dari keluarga yang cukup terpandang dan disegani warga sekitar, karena R. A Raksadinata masih ada keturunan dengan keluarga besar kerajaanKerajaan Panjalu. diaDia memiliki putra-putri bernama: Kaip, Sanukhri, Abdul Salam dan Uha si gadis cantik.
{{tone}}
kabuyutan sawal. R. '''Arya Raksadinata''' atau raden Ahmad Raksadinata adalah seorang panembahan dari kerajaan Panjalu yang tinggal di tepian gunung Sawal, tepatnya di kampung Sukapulang desa Kertaraharja, kecamatan Panumbangan Ciamis. dia berasal dari keluarga yang cukup terpandang dan disegani warga sekitar, karena R. A Raksadinata masih ada keturunan dengan keluarga besar kerajaan Panjalu. dia memiliki putra-putri bernama: Kaip, Sanukhri, Abdul Salam dan Uha si gadis cantik.
 
Salah satu kerabat dekatnya adalah KH.Kyai Haji Abdullah Mubarrok ([[Abah Sepuh]]). dikarenakanKerabatnya kerabatnyaini memiliki ilmu ke agamaan yang luas, [[R.maka A Raksadinata]] (eyangEyang Raksa)pernah menyarankan [[Abah Sepuh]] untuk mendirikan sebuah pengajian ([[pesantren)]] di daerah Tundagan. Hal ini ditanggapi positif oleh [[Abah Sepuh]]. dan untuk mempererat hubungan kekerabatan dan kekeluargaan, maka eyang Raksa menyerahkan putranya yang bernama Abdul Salam (Fakih) yang kelak disapa dengan sebutan Abah Faqih, (KH.Kyai Haji MMuhammad Abu Bakar Faqih yang bergelar si Macan Suryalaya). Siapakah sebenarnya sosok si [[Macan Suryalaya]] ?
 
Siapakah sebenarnya sosok si [[Macan Suryalaya]] ?
Di dalam sejarah kehidupannya ia telah menorehkan tinta emas sebagai ulama spiritual yang ikut berjasa mendirikan Patapan Suryalaya untuk mengamankan, melestarikan, menyebar luaskan ajaran [[Tarekat Qoodiriyah wa Naqsyabandiyah]] (TQN). Meskipun demikian dia merasa hanya menyumbangkan sebagian kecil pengabdian untuk kejayaan agama, khususnya [[Tarekat Qoodiriyah wa Naqsyabandiyah]] di Patapan Suryalaya. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:
“Saya bukanlah yang membangun Patapan tersebut, saya hanya sekedar yang memanggul kerikil dan pasir saja”.
 
Di dalam sejarah kehidupannya ia telah menorehkan tinta emas sebagai ulama spiritual yang ikut berjasa mendirikan [[Patapan Suryalaya]] untuk mengamankan, melestarikan, menyebar luaskan ajaran [[Tarekat Qoodiriyah wa Naqsyabandiyah]] (TQN). Meskipun demikian dia merasa hanya menyumbangkan sebagian kecil pengabdian untuk kejayaan agama, khususnya [[Tarekat Qoodiriyah wa Naqsyabandiyah]] di Patapan Suryalaya. Seperti dikatakan oleh seorang penyair:
Seolah-olah kerikil dan pasir sumbangannya itu di bawah tumpukkan bahan-bahan lainnya dari jutaan ikhwan TQN Suryalaya yang ikut menyelamatkan dan mengembangkan, serta mendukung bangunan tersebut. Berkat rahmat Allah SWT dimasa hidupnya dia diangkat [[Abah Sepuh]] sebagai salah satu guru mursyid TQN di Patapan Suryalaya. (SEBAGAI BAHAN RUJUKKAN: lihat buku kenang-kenangan Hari Ulang Tahun Pondok pesantren Suryalaya ke 95, dan buku Satu Abad Ponpes Suryalaya, diterbitkan Yayasan Serba Bhakti Ponpes Suryalaya).
 
“Saya{{cquote|Saya bukanlah yang membangun Patapan tersebut, saya hanya sekedarsekadar yang memanggul kerikil dan pasir saja”saja.}}
Dalam melestarikan, mengamankan, dan menyebarluaskan ajaran TQN Patapan Suryalaya, Abah Faqih menjadikan sebuah masjid dan tempat kediamannya sebagai wadah melatih diri dalam bertasawuf, yaitu pekerjaan dzikir, salat-salat sunat, khotaman, manaqiban, berpuasa, berkholwat, muroqobah, muhasabah, dan riyadhoh khusus lainnya.
Pada tahun 1980an, karena usianya yang sudah lebih dari seratus tahun ditambah kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan untuk sering berpergian, dia menunjuk putranya yang bernama H. Dudung meneruskan perjuangannya menyebarkan agama Islam bernuansakan [[tasawuf]] di bawah panji pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat.:
 
Seolah-olah kerikil dan pasir sumbangannya itu di bawah tumpukkan bahan-bahan lainnya dari jutaan ikhwan TQN Suryalaya yang ikut menyelamatkan dan mengembangkan, serta mendukung bangunan tersebut. Berkat rahmat Allah SWT dimasa hidupnya dia diangkat [[Abah Sepuh]] sebagai salah satu guru mursyid, pemimpin, TQN di Patapan Suryalaya. (SEBAGAI BAHAN RUJUKKAN: lihat buku kenang-kenangan Hari Ulang Tahun Pondok pesantren Suryalaya ke 95, dan buku Satu Abad Ponpes Suryalaya, diterbitkan Yayasan Serba Bhakti Ponpes Suryalaya).
“ Dudung... bilih aya nu butuh amalan-amalan tarekat bere wae ku maneh ”...
Kenyataan memang tidak bisa ditutup-tutupi, hal yang demikian serupa dengan ucapan syekh mursyid pangersa [[Abah Anom]] kepada H. Dudung pada tahun 1960 M di Patapan Suryalaya. Kala itu usia haji Dudung masih belia dan belum berumah tangga (bujangan). Beberapa tahun setelah ia menetap di Suryalaya, haji Dudung mohon restu kepada gurunya untuk mengembara, ketika itu pangersa [[Abah Anom]] memberitahukan bahwa kelak dirinya sebagai pengganti dan penerus Abah Faqih:
“Maneh engke rek dijadikeun pengganti bapak maneh di dieu”..... (Maksudnya adalah, bahwa kamu kelak akan dijadikan sebagai pengganti bapakmu di sini).
 
DalamUpaya melestarikan, mengamankan, dan menyebarluaskan ajaran TQN Patapan Suryalaya, Abah Faqih menjadikan sebuah masjid dan tempat kediamannya sebagai wadah melatih diri dalam bertasawuf, yaitu pekerjaan dzikir, salat-salat sunat, khotaman, manaqiban, berpuasa, berkholwat, muroqobah, muhasabah, dan riyadhoh khusus lainnya.
Dengan penuh kepasrahan H. Dudung menerima apa yang telah disampaikan guru spiritualnya, kelak jika telah tiba waktunya ia akan menjadi penerus dan pengganti ayahnya, syekh Muhammad Abu Bakar Faqih si Macan Suryalaya. Mengenai keabsahannya, bagi para pembaca yang meragukan hal tersebut dipersilahkan “langsung” bertanya kepada syekh mursyid pangersa [[Abah Anom]], dan bukan kepada yang lain, alhamdulillah kini dia masih sehat walafiat dan semoga dipanjangkan usia dunianya, amin.
 
Pada tahun 1980an, karena usianya yang sudah lebih dari seratus tahun ditambah kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan untuk sering berpergian, dia menunjuk putranya yang bernama H.Haji Dudung meneruskan perjuangannya menyebarkan agama Islam bernuansakan [[tasawuf]] di bawah panji pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat.:
Subhanalloh...
 
{{cquote|Dudung... bilih aya nu butuh amalan-amalan tarekat bere wae ku maneh ”...}}
 
Kenyataan memang tidak bisa ditutup-tutupi, hal yang demikian serupa dengan ucapan syekhSyekh mursyidMursyid pangersaPangersa [[Abah Anom]] kepada H. Dudung pada tahun 1960 M di Patapan Suryalaya. Kala itu usia haji Dudung masih belia dan belum berumah tangga (bujangan). Beberapa tahun setelah ia menetap di Suryalaya, hajiHaji Dudung mohon restu kepada gurunya untuk mengembara, ketika itu pangersa [[Abah Anom]] memberitahukan bahwa kelak dirinya sebagai pengganti dan penerus Abah Faqih:
 
“Maneh{{cquote|''Maneh engke rek dijadikeun pengganti bapak maneh di dieu”....dieu.'' (Maksudnya adalah, bahwa kamu kelak akan dijadikan sebagai pengganti bapakmu di sini).}}
 
Dengan penuh kepasrahan H. Dudung menerima apa yang telah disampaikan guru spiritualnya, kelak jika telah tiba waktunya ia akan menjadi penerus dan pengganti ayahnya, syekhSyekh Muhammad Abu Bakar Faqih, si Macan Suryalaya. Mengenai keabsahannya, bagi para pembaca yang meragukan hal tersebut dipersilahkan “langsung” bertanya kepada syekh mursyid pangersa [[Abah Anom]], dan bukan kepada yang lain, alhamdulillah kini dia masih sehat walafiat dan semoga dipanjangkan usia dunianya, amin.
 
Subhanalloh...
Bagi seorang musafir yang mencari penerang di malam kelam, cahaya bulan dapat menuntun perjalanan. Padahal itu hanyalah sinar pantulan, namun mampu meneruskan sinar mentari yang telah ditelan bayangan. Semoga jiwa yang baik menerima bagian yang sudah disediakan…amiin.
 
Setelah sang Macan Suryalaya telah tiada, perjuangannya kini diteruskan oleh hajiHaji Dudung Zaenal Abidin (Ahmad Abidin) dengan mendirikan suatu Zawiyah di sekitar pondokPondok labuLabu (pangkalanPangkalan jatiJati) sebagai tempat melatih diri dalam bertasawuf. Ketika reputasinya berkembang pada tahun 1990an, H. Dudung dan keturunannya diterpa “iklan gratis nan jitu”, ghosipgosip berupa hinaan, maupun fitnahan. Ibarat pepatah, semakin tinggi pohon semakin keras terpaan angin, itu pula yang dialami H. Dudung. Semakin ia berkibar, semakin banyak isu yang mengguncangnya. Ia telah dianggap sesat dan menyeleweng. Kini jika ada orang menyebut “H.Haji Dudung dari Pondok Labu”Labu pasti keluarnya yang jelek-jelek, dan ada pula yang menyebut dirinya adalah seorang buta huruf, statusnya sosial rendah, seorang dukun, gelandangan, dan sebagainya.

Semuanya ia terima dengan tangan terbuka, dengan alasan ini adalah alamiah dari kehidupan bermasyarakat yang timbul tenggelam pada diri manusia dan hal seperti itu bisa saja terjadi di kalangan orang-orang ahli dzikir, bahkan mereka sendiri yang menyebar isu seperti itu. Menurut H.Haji Dudi Riswan. SH., seorang ikhwan dan pengusaha eksekutif asal Batam mengatakan bahwa, hinaan dan fitnahan terhadap hajiHaji Dudung dan keluarganya ibarat ''snow ball (bola salju)'', menggelinding semakin jauh dan besar sampai mancanegara.
 
Siapakah sebenarnya H.Haji Dudung Ahmad Abidin? Dan mengapa sebagian saudara kita yang seiman dan seaqidah sampai hati menghujat, dan memfitnahnya? Memang, suka duka yang dialami Macan Suryalaya beserta keturunan merupakan romantika perjalanan hidup yang menarik untuk di simak, sehingga yang asalnya samar menjadi jelas, yang asalnya tidak fahampaham menjadi fahampaham. Jika kita mampu menyikapinya dengan matahati, bukan nafsu dan akal saja, maka insya Allah kita bisa menemukan hikmah dan dapat mengambil manfaatnya. Dan semoga Allah swt membuka pintu hati kita untuk memahami segala kehendak dan takdir-Nya. Amin Yaa Robbal ‘alamin.
 
== Rujukan ==
Siapakah sebenarnya H. Dudung Ahmad Abidin? Dan mengapa sebagian saudara kita yang seiman dan seaqidah sampai hati menghujat, dan memfitnahnya? Memang, suka duka yang dialami Macan Suryalaya beserta keturunan merupakan romantika perjalanan hidup yang menarik untuk di simak, sehingga yang asalnya samar menjadi jelas, yang asalnya tidak faham menjadi faham. Jika kita mampu menyikapinya dengan matahati, bukan nafsu dan akal saja, maka insya Allah kita bisa menemukan hikmah dan dapat mengambil manfaatnya. Dan semoga Allah swt membuka pintu hati kita untuk memahami segala kehendak dan takdir-Nya. Amin Yaa Robbal ‘alamin.
[[Sumber: buku* Macan Suryalaya-Perjalanan dan Pengabdiannya]].
* Buku kenang-kenangan Hari Ulang Tahun Pondok pesantren Suryalaya ke 95.
* Satu Abad Ponpes Suryalaya, diterbitkan Yayasan Serba Bhakti Ponpes Suryalaya.
 
[[Kategori:Budaya Sunda]]
[[Sumber: buku Macan Suryalaya-Perjalanan dan Pengabdiannya]]
[[Kategori:Kabuyutan]]
[[Kategori:Kabuyutan Sunda]]