Pengguna:Erulbener/PenuTuturan Gayo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Erulbener (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Albertus Aditya memindahkan halaman PenuTuturan Gayo ke Pengguna:Erulbener/PenuTuturan Gayo
 
(6 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
tutur Gayo Adalah penuturan sebuah bentuk sebutan dalam kekeluargaan dan kekerabatan dalam adat dan keturuanan suku gayo
Dalam adat Gayo masalah ''tutur'' berada dalam posisi terhormat, artinya apabila seorang yang tidak bertutur atau bertutur tidak dengan semestinya maka yang bersangkutan tergolong orang yang tidak ber''-ahlakulkharimah.'' Dengan demikian dari tutur kita dapat mengukur keperibadiaanya, kesombongan, keangkuhan yang tercermin pada diri seseorang tersebut.
 
Dari penjelasan di atas tutur yang merupakan jalur penghubung untuk menguatkan ikatan kekerabatan dalam suatu keluarga, kampung, dan lain sebagainya. Menurut para tokoh-tokoh adat ; bahwa kunci adat Gayo adalah tutur bahasa Gayo, apabila tutur ini tidak di terapkan, baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan masyarakat, maka adat gayo tidak dapat dikembalikan kepada zaman para leluhur kita
 
Dalam memanggil bapak atau ibu harus dekembalikan kepada tutur bahasa Gayo yaitu “Ama“ dan “Ine “ ( bapak atau ibu ), juga seperti “paman” harus dikembalikan kepada “Pun” karena kedudukan “Pun“ menurut tutur adat Gayo sangat mulia dan dihormati.
 
Ada 63 tutur dalam masyarakat Gayo, antara lain :
{| class="wikitable"
|+
!<big>Nama tutur</big>
!
!<big>sebutan untuk</big>
!
!<big>sebutan dari</big>
!
!<big>keterangan</big>
!
|-
|<big>Ringkel</big>
|<big>Genari paling Tua</big>
| rowspan="3" |<big>keturunan terbawah</big>
|<big>leluhur</big>
|-
|<big>Entah</big>
|<big>Turunan dari ringkel</big>
|
|-
|<big>Muyang</big>
|<big>Turunan dari Entah</big>
|
|-
|<big>Datu</big>
|<big>orang tuanya kakek/Nenek</big>
|[[Cicit]](piut)
|Datu mempuyai dua sebutan yaitu Datu Rawan atau Buyut Laki-laki dan Datu Banan atau Buyut Prempuan
|-
|Awan pedih
|Kakek
 
(bapak Dari Ayah)
| rowspan="4" |[[cucu]] (kumpu)
|
|-
|Anan pedih
|Nenek
(ibu dari Ayah)
|
|-
|Awan Alik
|Kakek
(Bapak Dari Ibu)
|
|-
|Anan Alik
|Nenek
(Ibu dari Ibu)
|
|-
|Ama
|Ayah
| rowspan="2" |Anak
|
|-
|Ine
|Ibu
|
|-
|Anak
|Anak
| rowspan="3" |orang tua/dewasa
|
|-
|wen
|Anak Laki-laki
|
|-
|ipak
|Anak Prempuan
|
|-
|Abang
|saudara Laki-laki yang tertua
| rowspan="5" |sesama sudara
|
|-
|Aka
|saudara prempuan yang tertua
|
|-
|Enggi
|saudara yang termuda termuda (Adik)
|
|-
|serinen
|saudara dengan sesama jenis kelamin
|
|-
|Dengan
|saudara dengan beda jenis kelamin
|
|-
|pemen
|menantu Prempuan
| rowspan="2" |mertua
|
|-
|kile
|menantu Laki-Laki
|
|-
|tuen
|mertua Laki-laki
| rowspan="3" |menantu
|
|-
|inen tuen
|mertua prempuan
|
|-
|empurah
|mertua (orang tua Dari istri)
|
|-
|Bai
|suami
|istri
|
|-
|Aman Mayak
|Seorang laki-laki yang baru menikah Namun belum mempunyai Keturunan
| rowspan="6" |umu
|
|-
|inen Mayak
|Seorang Prempuan yang baru menikah Namun belum mempunyai Keturunan
|
|-
|Aman Nuwen
|Seorang laki-laki yang sudah menikah dan mempuyai anak laki-laki yang paling sulung
|
|-
|inen nuwen
|Seorang prempuan yang sudah menikah dan memilik anak sulung Laki-laki
|
|-
|Aman Nipak
|seorang Laki-laki yang telah menikah dan mempuyai anak sulung Prempuan
|
|-
|Inen Nipak
|seorang Prempuan yang telah menikah dan mempuayai Anak sulung prempuan
|
|-
|Ume
|besan
|sesama orang tua (bisan)
|
|-
|Lakun
|sebutan sesama ipar
|sesama ipar
|
|-
|kawe
|sesama ipar (Istri abang dengan saudara perempuan dari suaminya)
|
|
|-
|era
|ipar (Adik laki-laki dari abang dengan istri abang yang bersangkutan)
|
|
|-
|temude
|ipar (Abang dari istri)
|
|
|-
|Ama kul
|Om
(saudara laki-laki tertua dari Ayah)
| rowspan="16" |keponakan
|
|-
|ine kul
|tante
(istri dari Ama kul)
|
|-
|Ama lah
|Om
(saudara Laki-laki Ayah, setelah ama kul)
|
|-
|ine lah
|tante
(isteri amalah)
|
|-
|Ama ucak
|om
(Saudara Laki-laki ayah yang terkecil)
|
|-
|ine ucak
|tante
(istri ama Ucak)
|
|-
|ibi
|Bibik
(saudara prempuan Ayah)
|
|-
|kil
|Om (Suaminya ibi)
|
|-
|pun
|paman (saudara Laki-laki dari Ibu)
|
|-
|ine Pun
|bibik (istri dari pun)
|
|-
|uwe
|bibik (saudara prempuan tertua dari Ibu)
|
|-
|pakwe
|om (suami dari Uwe)
|
|-
|ngah
|bibik (saudara prempuan dari ibu setelah uwe)
|
|-
|pak ngah
|om (suami ngah)
|
|-
|encu
|bibik
(saudara terkecil dari ibu)
|
|-
|pakcu
|Om (suami Encu)
|
|-
|biak
|seseorang yang dianggap saudara
|orang yang diangap saudara
|
|-
|ontel
|keponakan
|paman/bibik
atau om/tante
<br />
|
|-
|kumpu
|cucu
|Kakek Nenek
|
|-
|piut
|cicit
|leluhur
|
|-
Baris 28 ⟶ 267:
|
|}
1. Rekel : Generasi paling tua
 
2. Entajh : Turunan dari Rekel
 
3. Muyang : Moyang, di bawah Entah
 
4. Datu : Para datu-datu adalah di bawah moyang (1-4, sudah termasuk leluhur)
 
5. Datu Rawan : Oarng tua ( bapak dari kakek)
 
6. Datu Banan : Orang tua (Ibu dari kakek)
 
7. Awan Pedih : Kakek (bapak dari ayah)
 
8. Anan Pedih : Nenek (ibu dari ayah)
 
9. Awan Alik : Kakek (bapak dari ibu)
 
10. Anan Alik : Nenek (ibu dari ibu)
 
11. Uwe : Kakak tertua dari ibu kandung
 
12. Ama Kul : Bapak Wo (saudara laki-laki sulung dari bapak)
 
13. Ine Kul : Mak Wo (istri dari Pak Wo/ istri abang tertua dari bapak)
 
14. Ama : Bapak
 
15. Ine : Ibu
 
16. Ama Engah : Bapak Engah (tengah), adik dari ayah
 
17. Ine Engah : Ibu Engah (tengah), adik dari ibu
 
18. Ama Ecek/Ucak : Pakcik (saudara laki-laki bungsu dari bapak)
 
19. Ine Ecek/Ucak : Makcik
 
20. Encu : Ucu (terbungsu) laki-laki
 
21. Encu : Ucu (terbungsu) perempuan
 
22. Ibi : Bibi (adik atau kakak kandung ayah)
 
23. Kil : Suami dari bibi, apabila bibi ikut suami. (juelen)
 
24. Ngah/Encu : Perobahan Kil menjadi Engah atau encu apabila ikut istri (angkap)
 
25. Abang : Abang
 
26. Aka : Kakak
 
27. Engi : Adik
 
28. Anak : Anak
 
29. Ume : Bisan
 
30. Empurah : Mertua (orang tua dari istri)
 
31. Tuen : Mertua (bapak dari istri)
 
32. Inen Tue : Mertua (ibu dari istri)
 
33. Lakun : Sebutan sesama ipar
 
34. Inen Duwe : Istri abang dengan istri adiknya abang
 
35. Kawe : Istri abang dengan saudara perempuan dari suaminya
 
36. Era : Adik laki-laki dari abang dengan istri abang yang bersangkutan
 
37. Temude : Abang dari istri
 
38. Impel : Anak bibi yang kawin juelen dengan anak dari saudara laki-lakinya (anak saudara perempuan dari ibu)
 
39. Kumpu : Cucu
 
40. Piut : Cicit
 
41. Ungel : Anak semata wayang (tunggal)
 
42. Aman Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk bapak)
 
43. Inen Nuwin : Putra pertamanya laki-laki (untuk ibu)
 
44. Aman Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk bapak)
 
45. Inen Nipak : Putra pertamanya perempuan (untuk ibu)
 
46. Aman Mayak : Remaja (laki-laki yang telah menikah dan belum berketurunan)
 
47. Inen Mayak : Remaja (putri yang menikah dan belum berketurunan)
 
48. Empun : Perubahan panggilan dari posisi kakek (awan) menjadi Empun dengan memanfaatkan salah satu nama cucu.
 
49. Win : Panggilan untuk anak laki-laki
 
50. Ipak : Panggilan untuk anak perempuan
 
51. Periben : Karena nama bersamaan atau sesama suami dari istri yang bersaudara kandung
 
52. Utih, Mok, Item, Ecek, Ucak, Onot : Panggilan kesayangan sementara nama yang bersangkutan bukan itu. Panggilan tersebut boleh jadi karena warna kulit, raut wajah, bentuk badan.
 
53. Serinen : Satu saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan
 
54. Biak : Kenalan yang sudah dipandang sebagai saudara
 
55. Dengan : Saudara laki-laki dengan saudara perempuannya (kandung)
 
56. Pun : Saudara laki-laki dari ibu
 
57. Ine Pun : Istri dari saudara laki-laki dari ibu
 
58. Pun Kul : Abang kandung yang sulung dari ibu
 
59. Pun Lah : Abang kandung ibu antara sulung dengan yang bungsu
 
60. Pun Ucak : Abang kandung ibu yang bungsu
 
61. Kile : Menantu laki-laki
 
62. Pemen : Menantu Perempuan
 
63. Until : Anak saudara kandung perempuan
 
Dengan memahami 63 tutur bahasa Gayo di atas kiranya telah mewakili dari semua tutur yang ada yang tidak tertera dalam tulisan ini. Betapa tidak, antara tutur diatas saling terkait sehingga kita dengan jelas mengetahui siapa kita dalam kekeluargaan. Dengan demikian maka ''ahlakulkharimah'' akan terbawa dengan sendirinya karena kita tau hubungan kekeluargaan, persaudaraan dan sebagainya yang pada gilirannya secara tidak langsung tercipta keharmonisan di dalam kekeluargaan.
 
Lebih jauh keharmonisan dalam keluarga, kelompok, suku (belah), kampung, akhirnya bermuara pada Bhinneka Tunggal Ika (bersatu kita teguh bercerai kita runtuh).
 
Kalaulah penempatan tutur di hayati dan dilaksanakan dengan baik maka tidak akan terjadi perselisihan di antara kita karena anjuran atau nasehat dari orang tua di hormati oleh orang muda atau sebaliknya orang, orang muda merasa disayangi oleh orang tua.
 
“Sara urang (belah ) sara kemalun, Sara kampung sara kekemelen.