Bagurau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''''Bagurau''''' ([[bahasa Indonesia]]: bergurau), kadang disebut pula '''''badendang''''' (bahasa Indonesia: berdendang) adalah [[Sastra Minangkabau|sastra lisan Minangkabau]] yang tersebar luas di hampir [[ranah Minang|wilayah Minangkabau]]. Sastra lisan ini berbentuk pendendangan [[pantun|pantun-pantun lepas]] dengan iringan ''[[saluang]]''. Sesuai namanya, tujuan ''bagurau'' adalah untuk bergurau atau berkelakar dengan tema-tema meliputi: keluh-kesah, kedukaan, sindiran, ajakan, dan rayuan. Irama dalam ''bagurau'' disebut ''lagu''. ''Lagu'' ini ada bermacam-macam, sebagian besar bersifat sentimental. Namun begitu, secara umum terdapat dua ''lagu'' dalam ''bagurau'' yaitu ''ratok'' di [[kabupaten Solok|daerah Solok]] dan sekitarnya dan ''singgalang'' di [[kabupaten Agam|daerah Agam]] dan sekitarnya. Dalam bentuk pertunjukkan, ''bagurau'' dilakukan oleh dua orang atau lebih: satu orang pemain ''saluang'' dan satu atau dua orang pendendang. Dalam pertunjukkan ini, pendendang menciptakan pantun-pantun tersebut secara spontan. Selain sebagai pertunjukkan, ''bagurau'' juga dilakukan oleh orang-orang sepergaulan yang sedang bekerja bersama-sama. Mereka berdendang saling bergantian. Karena bukan sebagai pertunjukkan, kegiatan ''bagurau'' ini kadang diiringi ''saluang'' dan kadang tidak. Saat ini, budaya ''bagurau'' mulai jarang ditemui di ranah Minangkabau.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=47-48}}
 
Dalam bentuk pertunjukkan, ''bagurau'' dilakukan oleh dua orang atau lebih: satu orang pemain ''saluang'' dan satu atau dua orang pendendang. Dalam pertunjukkan ini, pendendang menciptakan pantun-pantun tersebut secara spontan. Selain sebagai pertunjukkan, ''bagurau'' juga dilakukan oleh orang-orang sepergaulan yang sedang bekerja bersama-sama. Mereka berdendang saling bergantian. Karena bukan sebagai pertunjukkan, kegiatan ''bagurau'' ini kadang diiringi ''saluang'' dan kadang tidak. Saat ini, budaya ''bagurau'' mulai jarang ditemui di ranah Minangkabau.{{sfn|Amir|Zuriati|Anwar|2006|p=47-48}}
Di pertunjukkan '''''bagurau''''', kita akan menemukan unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama yang lainnya. Misalnya saja penonton dengan penampil tentu saling saling memenuhi keduanya. Jika si penonton tidak ada di lapangan, maka ppertunjukkan '''''bagurau''''' bisa saja tidak terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu saja, pemusik dan pedendang pun menjadi hal penting dalam pertunjukkan '''''bagurau.''''' Untuk lanjutnya akan dibahas satu persatu, sebagai berikut:
 
== Pertunjukan ==
'''1. Penampil'''
Di pertunjukkan '''''bagurau''''', kita akan menemukan unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama yang lainnya. Misalnya saja penonton dengan penampil tentu saling saling memenuhi keduanya. Jika si penonton tidak ada di lapangan, maka ppertunjukkan '''''bagurau''''' bisa saja tidak terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu saja, pemusik dan pedendang pun menjadi hal penting dalam pertunjukkan ''bagurau'''bagurau.''''' Untuk lanjutnya akan dibahas satu persatu, sebagai berikut:
 
Penampil atau yang sering disebut ''pedendang'' merupakan orang yang berperan. Penampil dalam pertunjukkan bagurau terdiri dari empat penampil atau bisa lebih dan kurang. Mereka mempunyai kelebihan dan saling mendukung agar terjalannya pertunjukkan. Penampil tentu telah siap mental dan fisik untuk bisa menjalankan pertunjukkan yang berlangsung cukup lama dari selesai Isya’ sampai menjelang Subuh. Tentu saja, penampil sudah cukup mempunyai stamina. Untuk itu, penampil tentu saja telah siap dalam segala hal, yang membuatnya bisa berguarau sampai usai.    
Penampil atau yang sering disebut ''pedendang'' merupakan orang yang berperan
 
== Referensi ==
Penampil dalam pertunjukkan bagurau terdiri dari empat penampil atau bisa lebih dan kurang. Mereka mempunyai kelebihan dan saling mendukung agar terjalannya pertunjukkan. Penampil tentu telah siap mental dan fisik untuk bisa menjalankan pertunjukkan yang berlangsung cukup lama dari selesai Isya’ sampai menjelang Subuh. Tentu saja, penampil sudah cukup mempunyai stamina. Untuk itu, penampil tentu saja telah siap dalam segala hal, yang membuatnya bisa berguarau sampai usai.    
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
== ReferesiDaftar pustaka ==
{{refbegin}}
* {{Cite book|last1= Amir|first1= Adriyetti|last2=|first2= Zuriati|last3= Anwar|first3= Khairil|title= Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau|year= 2006|publisher= Andalas University Press|location= Padang|isbn= 979109708-9}}
{{refend}}
 
== Lihat juga ==
* [[Bajoden]]
* [[Batintin]]
{{budaya-stub}}
 
[[Kategori:Sastra lisan Minangkabau|Bagurau]]