Syarikatul Mubtadi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-\bDi tahun\b +Pada tahun)
 
(3 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Syarikatul Mubtadi''' (Arab: شريكة المبتدي; bahasa Indonesia: ''perkumpulan pemula'') adalah sebuah organisasi dan gerakan lokal Islam modern di [[Kotagede, Yogyakarta|Kotagede]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada tahun 1910-an. Organisasi ini diprakarsai oleh Kyai Amir dan Kyai Masyhudi; keduanya kakak ipar dan paman tokoh [[Abdoel Kahar Moezakir|Abdul Kahar Muzakir]].<ref name=":0">Efendi, David. 2017. ''Runtuhnya Kelompok Dagang Pribumi Kotagede XVII-XX.'' [http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/14860/The%20Decline%20Of%20Bourgeoisie.pdf?sequence=1&isAllowed=y] Yogyakarta: Penerbit Simpang.</ref> Gerakan ini bertujuan untuk mengajarkan Islam yang "sesungguhnya" dan juga menyajarkan akal sehat/pemikiran logis kepada masyarakat yang sebelumnya dianggap percaya takhayul.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=1o2OtdSTAvMC&printsec=frontcover&dq=The+Crescent+arises+over+the+Banyan+Tree&redir_esc=y&hl=id#v=onepage&q=superstitious&f=false|title=The Crescent Arises Over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, C. 1910-2010|last=Nakamura|first=Mitsuo|date=2012|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|isbn=9789814311915|language=en}}</ref>
 
DiPada tahun 1918, organisasi ini melebur dengan [[Muhammadiyah]] cabang Kotagede dan berkembang lebih pesat sejak saat itu.<ref name=":0" />
 
== Pengaruh ==
Organisasi ini bertujuan meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang agama Islam dengan memberikan pendidikan dasar-dasar agama, mengajiserta pengajian Al Quran dan Hadits, dankepada kalangan bapak-bapak dan ibu-ibu di kampung. Makna agama Islam, praktik keagamaan, dan kepercayaan kemudian mengalami perubahan besar dari apa yang selama itu masyarakat Kotagede kenali secara turun-temurun.
 
Gerakan ini menganggap masyarakat Kotagede itu takut pada pemerintah kolonial Belanda, takut pada Sultan, para Bupati, Wedana dan orang pemerintahan lainnya, takut pada makam, takut pada batu, pohon atau benda tertentu bikinan manusia, yang dianggap bertolak belakang dengan ajaran Islam yang mengharuskan hanya takut kepada Allah.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=1VRaVTxNBD0C&pg=PA16&dq=Syarikatul+Mubtadi+kotagede&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiOsb2Us_rfAhXMKY8KHQ-KDw4Q6AEIKjAA#v=onepage&q=Syarikatul%20Mubtadi%20kotagede&f=false|title=Kotagede: Life Between Walls|last=Santosa|first=Revianto Budi|date=2007|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=9789792225471|language=en}}</ref>