Obskurantisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 2:
'''Obskurantisme''' adalah tindakan yang dengan sengaja menyajikan informasi dengan cara yang berkesan kabur dan sukar dimengerti dengan tujuan agar tidak ada yang mencoba bertanya atau memahami lebih lanjut.<ref>{{Cite book|url=http://www.oed.com/view/Entry/129832|title=Oxford English Dictionary|last=|first=|work=OED Online|publisher=Oxford University Press|year=2004|isbn=|edition=3rd|location=|pages=|quote=Opposition to inquiry, enlightenment, or reform ...|url-access=subscription}}</ref> Istilah ini juga dapat mengacu kepada pembatasan pengetahuan secara sengaja agar pengetahuan tersebut tidak menyebar.
 
Istilah ini berasal dari judul satir ''[[Epistolæ Obscurorum Virorum]]'' yang berasal dari tahun 1515–19. Isi satir initersebut didasarkan pada perdebatan intelektual antara humanis Jerman [[Johann Reuchlin]] melawan biarawan [[Johannes Pfefferkorn]] dari Ordo [[Dominikan]] mengenai apakah semua buku [[Yahudi]] harus dibakar akibat bidaah terhadap agama Kristen. Awalnya, pada tahun 1509, biarawan Pfefferkorn telah mendapatkan izin dari [[Maximilian I, Kaisar Romawi Suci]] (1486–1519), untuk membakar semua salinan [[Talmud]] di [[Kekaisaran Romawi Suci]]. ''Epistolæ Obscurorum Virorum'' merupakan satir argumen-argumen sang biarawan yang berupaya mendukung pembakaran karya-karya yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen.
 
Pada abad ke-18, para filsuf [[Abad Pencerahan]] menggunakan istilah "obskurantis" untuk semua musuh pencerahan intelektual dan penyebaran pengetahuan. Pada abad ke-19, untuk membedakan antara ragam-ragam obskurantisme di dalam bidang [[metafisika]] dan [[teologi]] dari obskurantisme yang lebih "halus" di dalam [[filsafat kritis]] [[Immanuel Kant]], [[Friedrich Nietzsche]] berkata: "Unsur penting dalam seni hitam obskurantisme bukanlah upaya untuk menggelapkan pemahaman individual, tetapi ingin menggelapkan gambaran kita atas dunia, serta menggelapkan gagasan kita mengenai eksistensi."<ref>Nietzsche, F. (1878) ''[[Human, All Too Human]]'' Vol. II, Part 1, 27. Cambridge University Press; 2 edition (13 November 1996). {{ISBN|978-0-521-56704-6}}</ref>