|conflict=Pertempuran #ALIH[[Puputan Margarana ]]▼
{{Infobox Military Conflict
▲|conflict=Pertempuran Puputan Margarana
|partof=[[Sejarah Indonesia (1945-1949)|Perang Kemerdekaan Indonesia]]
|image= [[Berkas:Puputan2.jpg]]
|caption=
|date= [[20 November]] [[1946]]
|place=[[Desa Adeng]], [[Kecamatan Marga, Tabanan, Bali|Kecamatan Marga]], [[Tabanan]], [[Bali]], [[Indonesia]]
|casus=
|territory=
|result=Kekalahan Indonesia, dikuasainya Bali oleh Belanda <br>Pendirian [[Negara Indonesia Timur]]
|combatant1={{negaranama|Indonesia}}
|combatant2={{negaranama|Belanda}}
|commander1=[[I Gusti Ngurah Rai]]
|commander2=
|strength1= 96
|strength2=
|death1= 96
|death2= 400
}}
'''Perang Puputan Margarana''' merupakan salah satu pertempuran antara [[Indonesia]] dan [[Belanda]] dalam masa [[Perang kemerdekaan Indonesia]] yang terjadi pada [[20 November]] [[1946]]. Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil [[Kolonel]] [[I Gusti Ngurah Rai]]. Dimana Pasukan [[TKR]] di wilayah ini bertempur dengan habis habisan untuk mengusir Pasukan Belanda yang kembali datang setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai kembali wilayahnya yang direbut Jepang pada [[Perang Dunia II]], mengakibatkan kematian seluruh pasukan [[I Gusti Ngurah Rai]] yang kemudian dikenang sebagai [[Perang Puputan]] serta mengakibatkan [[Belanda]] sukses mendirikan [[Negara Indonesia Timur]].
== Peristiwa ==
Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, [[I Gusti Ngurah Rai]] memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi [[NICA]] yang ada di [[Tabanan, Tabanan|Kota Tabanan]]. Perintah itu dilaksanakan pada [[20 November]] [[1946]] (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan NICA dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari [[Kota Makassar|Makassar]]. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "[[Puputan]]" atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak [[Belanda]] ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut pada tanggal 20 November 1946 dikenal dengan perang puputan margarana, dan kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Perang Kemerdekaan Indonesia]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1946]]
[[Kategori:Perang melibatkan Indonesia]]
|