Suling Emas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot melakukan perubahan kosmetika |
Rescuing 1 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
(13 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
Dalam episode ini, keluarga Kam (keluarga Suling Emas) akan memulai kiprahnya sebagai protagonis utama.
Suling emas sendiri merupakan senjata sakti yang pertama kali dimunculkan dalam serial ini. Terbuat dari [[emas]] murni dan dibuat dengan menggunakan teknik khusus sehingga mampu menandingi senjata tajam sekalipun. Fungsinya semakin
Episode Suling Emas mengisahkan tentang murid dari [[Bu Kek Sian Su]] (manusia setengah dewa) yang dijuluki ''Kim-mo Eng'' (Setan Berhati Emas). Julukan ini memang sesuai dengan watak Kim Mo Eng yang memiliki nama asli [[Kwee Seng]]. Dia memiliki gerakan [[silat]] seperti [[setan]] dan memiliki [[hati]] seperti [[emas]] karena suka menolong yang lemah. Ilmu silat yang dia pelajari dan telah disempurnakan oleh Bu Kek Sian Su adalah ilmu silat dengan menggunakan senjata dari [[suling]] dan [[kipas]]. ''Kim-mo Eng'' jatuh cinta pada seorang gadis yang bernama [[Liu Lu Sian]], tetapi cintanya ini bertepuk sebelah tangan sehingga membuat dirinya kecewa. ''Kim-mo Eng'' memiliki seorang murid yang bernama [[Kam Bu Song]], yang merupakan anak dari Liu Lu Sian. Kam Bu Song inilah yang akhirnya memiliki julukan Suling Emas. Dia memiliki seluruh ilmu ''Kim-mo Eng'', dan mendapatkan beberapa petunjuk ilmu silat dari Bu Kek Sian Su. Episode ini juga menceritakan sepak terjang ''Kim-mo Eng'' dan muridnya Suling Emas dalam memberantas kejahatan.
== Alur cerita ==
Kisah dalam episode ini tidak menyambung secara langsung dari episode sebelumnya,
Dikisahkan di negeri [[Nan-cao]], sebuah wilayah di [[Cina]] bagian selatan, sedang ada sayembara pemilihan jodoh yang diadakan oleh Koksu sakti ketua agama Beng-kauw bernama [[Liu Gan]] yang tenar berjuluk Pat-jiu Sin-ong (Raja Sakti Berlengan Delapan). Sayembara itu sendiri ditujukan untuk mencari suami yang tepat bagi putri semata wayangnya yang amat jelita bernama [[Liu Lu Sian]] dengan syarat utama harus bisa mengalahkannya, hal ini sangat berat mengingat meski baru berusia 16 tahun [[Liu Lu Sian]] telah mendapat gemblengan langsung dari ayahnya sendiri sehingga sudah sangat sulit untuk dicari tandingannya. Tapi tetap saja peminat sayembara ini membludak hingga semua penginapan di kota itu habis disewa oleh pemuda yang ingin mendapatkan [[Liu Lu Sian]].
[[Kwee Seng]] yang sebenarnya tidak berminat dan hanya
Saat mulai pengembaraan berdua, mereka dihadang oleh [[Ma Thai Kun]] yang justru kedoknya terbongkar sebagai pembunuh para peserta sayembara di wisma. Meski sempat dihajar oleh [[Liu Gan]],
Dalam pengembaraan, [[Liu Lu Sian]] justru mengarahkan perjalanannya menuju Shan-si untuk menemui orang yang telah membetot hatinya, [[Kam Si Ek]], jenderal muda pemangku benteng Naga Emas. Kam Si Ek sendiri sedang dalam posisi sulit mengingat negara sedang rusuh setelah kejatuhan dinasti Tang oleh dinasti Liang yang dipimpin oleh gubernur pemberontak Cu Bun. Namun patriotismenya yang lebih memilih melindungi rakyat-lah yang membuatnya bertahan, hingga dalam satu kesempatan dia menolak dibujuk oleh 3 bersaudari See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat) untuk mengikuti kerajaan Liang, penolakannya membuat ketiganya marah dan menyerangnya meski akhirnya ketiganya tewas setelah terkena jarum beracun yang secara diam-diam disambitkan oleh [[Liu Lu Sian]], saat terjadi kesalahpahaman akibat peristiwa itu, [[Kwee Seng]] datang menolong [[Liu Lu Sian]] dan membawanya pergi. Namun apa lacur, [[Liu Lu Sian]] malah marah-marah dan menghina serta menyepelekan perasaan [[Kwee Seng]] dan menuduhnya ingkar untuk menurunkan satu ilmu kepadanya, meski hatinya hancur, dengan mengeraskan hati [[Kwee Seng]] menyanggupi asal [[Liu Lu Sian]] mau menyusulnya ke puncak bukit Liong-kui-san di malam berikutnya. Tidak diduga pertengkaran itu ternyata didengar oleh suci [[Kam Si Ek]] bernama [[Lai Kui Lan]] yang ternyata jatuh hati kepada [[Kwee Seng]].
Keesokan harinya, Kwee Seng secara tidak sengaja menolong [[Lai Kui Lan]] yang hampir saja menjadi korban kecabulan panglima muda Khitan [[Bayisan]], meski sempat merobohkannya,
[[Kwee Seng]] yang terjatuh ke jurang ternyata tidak mati dan terseret arus kuat yang membawanya ke sebuah tempat terpencil tanpa pintu keluar bernama Neraka Bumi. Secara ajaib dia diselamatkan dan disembuhkan oleh seorang nenek. [[Kwee Seng]] sendiri beruntung ternyata memasuki tempat yang sebenarnya merupakan tempat pertapaan dan penyimpanan kitab-kitab pusaka, hasilnya secara perlahan ilmunya meningkat dengan pesat. 3 tahun terkurung di tempat itu bersama seorang nenek tidak membuatnya jengah, hingga pada suatu hari terjadi peristiwa yang membuatnya setengah linglung dan kabur dari tempat itu.Di suatu hari terjadi banjir besar hingga tempat itu hanya tersisa sedikit ruang, biasanya hal ini bisa berlangsung selama satu bulan penuh, [[Kwee Seng]] menyarankan agar keduanya keluar saja meninggalkan tempat itu selamanya,
Dalam cerita lain, [[Liu Lu Sian]] secara tidak sengaja mengendus rencana bawahan [[Kam Si Ek]] yang ingin berkhianat dengan cara menculik dan kemudian memfitnahnya di hadapan gubernur Shan-si, [[Li Ko Yung]]. Setelah membunuh pengkhianat itu, [[Liu Lu Sian]] berniat menyusul [[Kam Si Ek]] dan menggagalkan penculikan itu. Dalam usahanya, dia bertemu dengan [[Bayisan]] dan bertempur hebat meski akhirnya [[Bayisan]] kabur setelah kedatangan tokoh kai-pang Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti). [[Liu Lu Sian]] yang melanjutkan pencariannya malah bertemu dengan tokoh sakti buntung kaki mantan raja muda Tang [[Couw Pa Ong]] yang berjuluk Sin-jiu (Tangan Sakti) yang sedang menghadang rombongan pengungsi, dia akan membunuh secara brutal setiap pengungsi yang bermaksud bergabung dengan kerajaan Liang namun menghadiahi mereka yang tetap setia terhadap Tang. [[Liu Lu Sian]] bahkan sempat menguntit [[Couw Pa Ong]] yang melayani tantangan Wei-ho Si-eng (Empat Orang Gagah Sungai Wei-ho) yang kesemuanya dihabisi dengan sadis. Setelahnya, gadis itu berhasil menemukan kuil tempat dimana [[Kam Si Ek]] ditawan. Tapi di tempat ini [[Liu Lu Sian]] mesti berhadapan dengan [[Ban-pi Lo-cia]], meski keberuntungan datang saat tiba-tiba [[Couw Pa Ong]] datang dan membantu karena [[Kam Si Ek]] adalah salah satu jenderal muda Tang.Tapi kedua orang tua sakti itu membuat kesepakatan ganjil, [[Couw Pa Ong]] hanya menginginkan [[Kam Si Ek]] sedangkan [[Ban-pi Lo-cia]] tergila-gila dengan [[Liu Lu Sian]],
Di sisi lain, [[Kwee Seng]] yang menjadi setengah gila karena tekanan batin, mulai melanglang buana di kang ouw dengan perawakan seorang gelandangan sakti dan menjuluki dirinya sendiri Kim-mo Taisu. Dalam beberapa waktu saja nama ini menjadi momok dan banyak yang mulai menghubungkannya dengan pendekar muda sakti berjuluk Kim-mo Eng yang muncul beberapa tahun sebelumnya. Dalam masa itu ada perubahan penguasa kelompok pengemis setelah munculnya seorang pendekar muda sakti dari Po Hai (daerah selatan) bernama [[Pouw Lee Kui]] yang berhasil menumbangkan pimpinan terkuat kelompok pengemis daerah selatan [[Yu Jin Tianglo]] dan merebut jabatannya.
Setelah beberapa tahun hidup rukun, [[Liu Lu Sian]] mulai kembali ke watak asalnya yang egois dan mudah bosan, karena merasa terkungkung dengan kehidupan militer, dia memutuskan untuk pergi meninggalkan keluarganya dengan alasan ingin memperdalam ilmu silatnya, bahkan dia membebaskan [[Kam Si Ek]] jika sewaktu-waktu ingin mencari pengganti dirinya. Kenekatannya ini menyadarkan [[Kam Si Ek]] bahwa dia telah salah pilih jodoh,
[[Kwee Seng]] sendiri mengarahkan pengembaraannya ke [[Khitan]] untuk mencari [[Bayisan]]. Kebetulan di saat yang sama raja Khitan [[Kulu-khan]] sedang mengadakan lomba ketangkasan bagi semua perwiranya yang berniat naik pangkat atau
Tanpa sengaja keduanya mendengar rencana buruk mengenai kudeta yang akan dilakukan oleh pangeran pertama Kubakan dan [[Bayisan]] serta pembunuhan terhadap putri [[Tayami]]. Tayami sendiri yang sedang mabuk kepayang dengan [[Salinga]] tidak sadar nyawa mereka diincar,
Tak lama setelah itu, Kwee Seng bertemu kembali dengan [[Bu Tek Lojin]] yang sempat membuatnya geram akibat kelakuannya memberi bubuk beracun kepada [[Tayami]], setelah lama berdebat tanpa menemui ujung, mereka memutuskan untuk adu kesaktian. Di tengah serunya bertanding, tiba-tiba muncul [[Ban-pi Lo-cia]] yang sedang berusah menolong [[Bayisan]]. [[Kwee Seng]] yang dendamnya pada [[Ban-pi Lo-cia]] mencapai ubun-ubun tak pelak langsung berusaha menghajarnya,
[[Liu Lu Sian]] yang sudah merasa bebas dari kungkungan, bertemu dengan seorang pendekar muda [[Tan Hui]] yang punya julukan mentereng Hui-kiam-eng (Pendekar Pedang Terbang). Merasa tertarik dengan ketampanan dan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki pendekar ini, dia mencoba nimbrung dalam permasalahan yang sedang dihadapi oleh pendekar yang telah menduda itu. [[Tan Hui]] sendiri sedang berurusan dengan salah satu perkumpulan pengemis besar, yaitu Khong-sim Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Hati Kosong), akibatnya, anak semata wayangnya diculik oleh perkumpulan itu. Merasa kepalang basah, dengan [[Liu Lu Sian]] yang menawarkan bantuannya, dia mendatangi langsung markas dari perkumpulan itu. Namun ternyata telah terjadi perubahan pemimpin di kaypang ini. [[Pouw Kee Lui]], seorang muda yang sakti dari selatan berhasil menumbangkan pimpinan lama Khong-sim Kai-pang yakni [[Yu Jin Tianglo]] dan mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin baru. Sempat bersitegang dan bertempur,
Sementara itu, [[Kam Bu Song]] yang terlunta-lunta berpapasan dengan jembel sakti [[Kwee Seng]] yang sedang diseret oleh 5 jagoan dari Sian-kauw-bu-koan (Perkumpulan Silat Monyet Sakti) yang sedang berurusan dengan salah satu partai pengemis. Namun kelimanya kecele setelah ternyata ketuanya, pendekar tua Sin-kauw-jiu (Kepalan Monyet Sakti) Liong Keng Lo-enghiong menyambutnya dengan hormat. [[Kwee Seng]] justru menawarkan bantuannya untuk mencari putri semata wayang temannya itu yang kabarnya hilang diculik oleh pemuda sakti misterius yang mengaku dirinya sebagai Kai-ong (Raja Pengemis). Penyelidikannya dia mulai dari satu tempat ramai milik salah satu kumpulan pengemis besar Ban-hwa-kai-pang (Perkumpulan Pengemis Selaksa Bunga), Ban Hwa Po Koan (Rumah Judi Selaksa Bunga). Di tempat ini [[Kwee Seng]] memancing keluarnya pemilik sekaligus pimpinan dari perkumpulan pengemis ini, Koai-tung Tiang-lo (Orang Tua Tongkat Setan). Pancingannya berhasil setelah dia membuat Bandar bangkrut dan menyebabkan pimpinannya sendiri turun tangan, [[Kwee Seng]] menyanggupi tantangannya dengan syarat informasi tentang Kai-ong jika dia menang, dan dia berhasil mendapatkan informasi itu setelah dengan mudah mengalahkan Koai-tung Tiang-lo dengan telak. [[Kam Bu Song]] yang bertemu kembali dengannya setelah itu seakan saling cocok, sehingga tak lama kemudia mereka saling mengangkat guru murid. Namun dasar [[Kwee Seng]], dia menguji keteguhan anak itu dengan menyuruhnya menyusul dirinya ke gunung Tapie-san, tempat Kai-ong berada. [[Kwee Seng]] yang lebih dulu sampai langsung dihadang oleh Sin-tung Sam-lo-kai namun itu tidak berarti apa-apa baginya yang terus merangsek hingga akhirnya bisa langsung bertemu dengan Kai-ong yang tidak lain ternyata [[Pouw Kee Lui]]. Geram dengan kenyataan bahwa dia tidak bisa berbuat banyak karena ternyata Liong Bi Loan telah diperistri oleh [[Pouw Kee Lui]] serta kekejiannya membantai banyak pimpinan kaypang, [[Kwee Seng]] menantangnya bertanding. Dasar licik, tahu bahwa tidak ada jaminan kemenangan, [[Pouw Kee Lui]] menjanjikan pertandingan di malam buta 3 hari kemudian di puncak Tapie-san, dan [[Kwee Seng]] menyanggupinya. Sementara dia menunggu hari yang dijanjikan, [[Kwee Seng]] mulai mengajari [[Kam Bu Song]] ilmu Samadhi dan olah gerak, meski hal itu dilakukannya secara tersamar karena [[Kam Bu Song]] sudah kadung benci dengan segala ilmu kanuragan yang dianggapnya sumber dari segala kekejian.
Baris 42 ⟶ 41:
Tak dinyana, tak lama kemudian, [[Liu Gan]] yang sedang mencari [[Liu Lu Sian]] karena mencuri Sam-po-cin-keng (3 Kitab Pusaka) miliknya, lewat tempat itu dan bertemu dengan [[Kwee Seng]]. Lama tidak bertemu, keduanya bercengkerama dan beradu kesaktian masing-masing, saat itulah [[Kam Bu Song]] yang tahu kedatangan kakeknya segera kabur karena takut di bawa ke selatan. Terdorong lapar, dia menawarkan diri bekerja pada sebuah keluarga aneh yang tinggal di sisi lain Tapie-san, meski agak mendongkol dengan syaratnya yang harus mengambil air dari sisi gunung yang lain, [[Kam Bu Song]] tetap gigih melakukan syarat itu demi harga dirinya. Pada angkatan terakhir, [[Kam Bu Song]] melihat gurunya yang sedang bertanding melawan keroyokan [[Pouw Kee Lui]] yang dibantu oleh Hwa-bin-liong (Naga Muka Kembang), Sin-ciang-hai-ma (Kuda Laut Bertangan Sakti), Ban-pi Lo-cia, Ma Thai Kun, Lauw Kiat (murid Ban-pi Lo-cia), dan sisa dari Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti). Di sinilah mereka menyadari bahwa dengan keroyokan inipun ternyata masih sangat sulit untuk bisa menumbangkan [[Kwee Seng]], hingga pada saat kritis, muncullah Pat-jiu Sin-ong [[Liu Gan]] yang langsung menyerbu [[Ma Thai Kun]] dan langsung kabur begitu menyadari tidak akan bisa menang melawan suhengnya itu. Keberuntungan [[Pouw Kee Lui]] semakin tipis saat tiba-tiba [[Ban-pi Lo-cia]] juga ikutan kabur setelah sempat bentrok dengan [[Couw Pa Ong]] yang datang belakangan. Menyadari kekalahan di depan mata, [[Pouw Kee Lui]] dengan tanpa rasa malu kabur dari gelanggang meninggalkan teman-temannya yang telah menjadi mayat.
Kekagetan [[Kwee Seng]] ternyata tidak berhenti di situ, [[Khu Gin Lin]], yang muncul bersama seorang anak perempuan, disangkanya Ang-siauw-hwa [[Khu Kim Lin]] yang hidup kembali,
Beralih ke [[Liu Lu Sian]] yang meneruskan keliarannya setelah berhasil mencuri kitab pusaka milik ayahnya. Sial dia harus bertemu dengan [[Bu Tek Lojin]] serta muridnya [[Kalisani]]. [[Bu Tek Lojin]] yang angin-anginan justru mengadu [[Kalisani]] dengan [[Liu Lu Sian]] untuk menguji kehebatan ilmunya,
Secara tak sengaja, [[Liu Lu Sian]] menyelamatkan pangeran [[Lie Kong Hian]] dari kerajaan Hou-han yang sedang diserang oleh beberapa pemberontak. Hal ini membawanya ke istana dan menjadi pengawal pangeran itu. Meski sempat berselisih dengan selir ke-7 [[Coa Kim Bwee]],
Setelah beberapa waktu terlewat, [[Kwee Seng]] hidup tenang di puncak Min-san dengan istrinya [[Khu Gin Lin]], [[Eng Eng]] putrinya, serta muridnya [[Kam Bu Song]] yang kini telah berusia 21 tahun. Namun ketenangan itu agaknya harus terusik saat [[Couw Pa Ong]] tiba-tiba datang dan mengajak [[Kwee Seng]] berbicara serius mengenai perjuangan melawan pemerintah. Kelengahan itu menyebabkan [[Kwee Seng]] gagal menyelamatkan istrinya yang harus kehilangan nyawa karena diserang orang misterius, penyerangnya sendiri tak luput tewas di tangan [[Kwee Seng]], meski begitu, sebelum meninggal [[Khu Gin Lin]] sempat berpesan agar menjodohkan [[Kam Bu Song]] dengan [[Eng Eng]]. [[Couw Pa Ong]] hanya menanggapi dingin hal ini, meski kemudian senang mendengar [[Kwee Seng]] akan menuntut balas kematian istrinya, yang berarti setidaknya ikut membantu perjuangannya. Setelah mengungkapkan keinginan terakhirnya kepada [[Kam Bu Song]], [[Kwee Seng]] lantas pergi ke kotaraja untuk pendaftaran sarjana bagi [[Kam Bu Song]] serta informasi mengenai pembunuh istrinya. [[Kam Bu Song]] sendiri yang memutuskan untuk bekerja berhasil menyelamatkan induk dan anak dari burung raksasa hek-tiauw (Rajawali Hitam).
Beralih ke [[Kam Si Ek]], setelah mengetahui bahwa gubernur Shan-si, [[Li Ko Yung]], ternyata memiliki ambisi pribadi, dia berniat untuk mundur,
[[Kwee Seng]] yang sedang berpamitan kepada [[Eng Eng]] didatangi oleh [[Couw Pa Ong]] dan terlibat perdebatan seru yang baru berakhir saat [[Bu Tek Lojin]] tiba-tiba muncul dan duel dengan keduanya. Di tengah duel yang seru, tiba-tiba terdengar suara kecapi (khim), suara ini tak pelak membuat [[Bu Tek Lojin]] dan [[Couw Pa Ong]] melarikan diri sejauh-jauhnya. [[Kwee Seng]] yang menyadari kehadiran gurunya, [[Bu Kek Sian Su]], segera menggandeng anaknya menemui orang yang sangat dikaguminya itu. Sayangnya, [[Kwee Seng]] tidak bisa menuruti saran gurunya itu yang mendorongnya meninggalkan dendam, meski dia sendiri menyanggupi untuk menghadap [[Bu Kek Sian Su]] suatu saat kelak. Tak lama, dia sendirian mendatangi istana Hou-han untuk memastikan pembunuh istrinya. Pertemuannya kembali dengan [[Liu Lu Sian]] membangkitkan kembali kenangan lamanya. Sempat bertarung seharian dan hanya menang tipis, [[Kwee Seng]] justru akhirnya membela [[Liu Lu Sian]] mati-matian dari serbuan orang-orang yang mendendam padanya. Meski akhirnya terluka parah, [[Liu Lu Sian]] justru tersentuh dan membawanya pergi untuk diobati.
Malang tak dapat ditolak, benih cinta yang bermekaran antara [[Kam Bu Song]] dan [[Eng Eng]] berakhir dengan tragis. Terdorong rasa senang yang berlebih, [[Eng Eng]] melanggar larangan ayahnya dan naik ke puncak gunung, [[Kam Bu Song]] yang tidak pandai silat tentu tidak mampu mengejarnya. Akibatnya dia terlambat saat mengetahui tunangannya itu dikeroyok oleh gerombolan kera raksasa, meski telah susah payah diselamatkan,
[[Liu Lu Sian]] yang mulai menyesali kehidupannya terus mendapatkan gangguan dari musuh-musuhnya,
[[Kam Bu Song]] sendiri secara tidak sengaja berjumpa dengan [[Ciu Gwan Liong]], pemegang kitab, saudara dari sastrawan Ciu Bun, pemegang warisan suling emas dari [[Bu Kek Siansu]]. Melihat watak pemuda itu yang bersih, [[Ciu Gwan Liong]] merasa dia cocok menjadi pewaris kitab dan suling emas kakaknya, dan diapun menyerahkan kitab itu sembari berpesan agar [[Kam Bu Song]] mencari kakaknya di pulau Lam-hai. Lalu muncullah beberapa orang yang menginginkan kitab itu dengan memaksa [[Ciu Gwan Liong]],
Tak berapa lama kaisar Cao Muda mangkat dan digantikan oleh putranya yang baru berusia belia sehingga dikendalikan oleh ibunya. Beberapa pejabat dan panglima yang kurang puas kemudiian berencana mengangkat panglima [[Cao Kuang Yin]] sebagai kaisar, hal ini didukung oleh [[Couw Pa Ong]] mengingat [[Cao Kuang Yin]] adalah keturunan panglima negeri Tang. Meski mengiyakan tujuan ini, [[Kwee Seng]] yang datang kemudian sebenarnya bertujuan mengejar [[Couw Pa Ong]] yang menjadi biang kematian istrinya. Namun dengan kecerdikannya dia berhasil lolos. [[Cao Kuang Yin]] sendiri kemudian menjadi kaisar yang dipuja rakyat karena kebaikannya.
Baris 64 ⟶ 63:
[[Kam Bu Song]] pergi ke pulau Pek-coa-to atas perintah gurunya untuk mencari pemegang sulung emas, sastrawan [[Ciu Bun]], seperti yang diamanatkan mendiang [[Ciu Gwan Liong]]. Ternyata tidak mudah untuk ke pulau itu mengingat rumor yang menunjukkan keangkerannya. Namun dengan tekad penuh [[Kam Bu Song]] berhasil menemui [[Ciu Bun]] dan benar-benar diwarisi suling emas, sedangkan kitab itu sendiri yang sebenarnya sudah dihapal di luar kepala oleh [[Kam Bu Song]] diminta oleh [[Ciu Bun]] untuk dipelajari syairnya. Di pulau ini pula dia bertemu dengan dua murid [[Couw Pa Ong]], [[Kiu-ji]] dan [[Ciu-ji]], yang gila namun sakti luar biasa. Dengan susah payah [[Kam Bu Song]] berhasil meninggalkan pulau itu dan berencana menemui gurunya di kerajaan Sung yang baru berdiri.
Di sisi lain, [[Suma Ceng]] yang dianggap mencemarkan nama keluarga hampir saja dibunuh oleh ayahnya,
[[Kwee Seng]] sendiri pergi bersama pasukan Sung yang ditugaskan untuk membendung bangsa Khitan,
Setelah sempat berbincang mengenai pengalaman [[Kam Bu Song]], ternyata [[Bayisan]] kembali lagi demi membalas kematian gurunya, dia ditemani olek pengeroyok lain yang sebelumnya kabur. [[Lauw Kiat]] yang mempunyai jiwa satria menantang [[Kwee Seng]] satu lawan satu,
Sedih karena merasa sendiri, dia memutuskan mencari belahan hatinya di kotaraja,
Saat melanjutkan perjalanannnya, [[Kam Bu Song]] malah secara tidak sengaja membebaskan putra mahkota yang baru berusia 2 tahun dari penculikan 3 pembantu [[Couw Pa Ong]]. Hal ini menyebabkan dia dianugerahi beberapa keistimewaan dari raja, meski ditinggalkannya juga karena dia tidak betah dalam istana. 3 pembantu itu sendiri akhirnya pulang ke pulau Pek-coa-to,
[[Kam Bu Song]] meneruskan perjalanannya menuju kediaman kakeknya di Nan-cao,
(Selesai)
Baris 80 ⟶ 79:
== Tokoh-tokoh ==
=== Protagonis ===
* '''Kwee Seng Kim-mo-eng (Pendekar Setan Berhati Emas)''' alias '''Kim-mo Taisu (Guru Besar Setan Emas)''', meninggal terluka
* Liu Gan Pat-jiu Sin-ong (Raja Sakti Berlengan Delapan) -- jurus: Coan-im-I-hun-to (Ilmu Kirim Suara Pengaruhi Semangat Lawan), Pat-mo-kiam (Pedang Delapan Iblis), Beng-kong-tong-te (Sinar Terang Menggetarkan Bumi)
* Kam Si Ek
* '''Kam Bu Song Kim-siauw-eng (Pendekar Suling Emas)''', putra Kam Si Ek, murid Kwee Seng – jurus: Bian-sin-kun (Tangan Kapas Sakti), Cap-jit-seng-kun (Ilmu Silat Tujuh Belas Bintang), Pat-sian Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Dewa), Lo-hai San-hoat (Ilmu Kipas Mengacau Lautan),
* Kam Bu Sin, putra Kam Si Ek, adik Kam Bu Song
* Kam Sian Eng, putri Kam Si Ek
* Khu Gin Lin si Nenek Neraka Bumi, istri Kwee Seng, tewas karena serangan gelap
* Kwee Eng atau Eng Eng, putri Kwee Seng, istri Kam Bu Song, meninggal terluka dalam
* Bu Tek Lojin (Kakek Tua Tak Terkalahkan) – jurus: Khong-in-ban-kin (Awan Kosong Selaksa Kati)
* Kalisani, panglima tua Khitan, murid Bu Tek Lojin – jurus: Kim-lun-sin-hoat (Ilmu Sakti Roda Emas),
* Tayami, putri mahkota Khitan, tewas oleh Bayisan
* Salinga, suami Tayami, tewas oleh Bayisan
* Yalina atau Lin Lin, putri Tayami, putri angkat Kam Sian Ek
* Bu Kek Siansu, cameo
* Gan Siang Kok
* Ciu Bun, sastrawan, meninggal di usia tua
* Suma Ceng, putri Suma Kong
* Cao Kuang Yin Sung Thai Cu, kaisar Song
* Yu Kang, putra Yu Jin Tianglo, ketua baru Kai-pang
=== Antagonis ===
* '''Liu Lu Sian Tok-siauw-kwi (Setan Kecil Beracun)''', putri Liu Gan, istri Kam Si Ek – jurus: Hwa-kiamhoat (Ilmu Pedang Kembang), Sin-coa-kun (Silat Ular Sakti), Pat-mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Iblis), Im-yang-ci (Totokan Im Yang),
* Ma Thai Kun, sute Liu Gan – jurus: Ang-tok-ciang (Tangan Racun Merah), Cui-beng-ciang (Tangan Pengejar Nyawa)
* See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat), tewas oleh Liu Lu Sian
* Ban-pi Lo-cia (Dewa Locia Berlengan Selaksa), tewas oleh Kwee
▲* Ban-pi Lo-cia (Dewa Locia Berlengan Selaksa), tewas oleh Kwee Seng -- jurus: Hek-see-ciang (Tangan Pasir Hitam)
* Bayisan Hek-giam-lo (Maut Hitam), panglima muda Khitan, murid Ban-pi Lo-cia – jurus: Cap-sha-hui-to (Tiga belas Golok Terbang)
* Lauw Kiat, murid Ban-pi Lo-cia
* Couw Pa Ong Sin-jiu (Tangan Sakti) alias Kong Lo Sengjin, meninggal di usia tua
* Pouw Kee Lui Kai-ong (Raja Pengemis), ketua baru Khong-sim Kai-pang, tewas dikeroyok anggota Kai-pang
* Hwa-bin-liong (Naga Muka Kembang), tewas oleh Kwee Seng
* Sin-ciang-hai-ma (Kuda Laut Bertangan Sakti)
* Coa Kim Bwee, selir #7, murid Liu Lu Sian
* Suma Kong, pangeran
* Suma Boan Lui-kong-sian (Dewa Geledek), putra Suma Kong, murid Pouw Kee Lui
* Bhe Kiu Toat-beng Koai-jin (Manusia Aneh Pencabut Nyawa), murid & pelayan Couw Pa Ong
* Bhe Ciu Tok-sim Lo-tong (Bocah Tua Berhati Racun), murid & pelayan Couw Pa Ong
Baris 135 ⟶ 120:
* Kauw Bian, sute Liu Gan
* Liu Hwee, putri Liu Mo
* Khu Kim Lin Ang-siauw-hwa (Bunga Kecil Merah), tewas oleh Ban-pi Lo-cia
* Lim-wangwe (Hartawan Lim)
* Lai Kui Lan, suci Kam Si Ek
* Phang-ciangkun, bawahan Kam Si Ek, tewas oleh Liu Lu Sian
* Kian Hi Hosiang, ketua Siauw-lim-pai
* Cheng Han Hwesio, murid I Kian Hi Hosiang
* Cheng Hie Hwesio, murid II Kian Hi Hosiang
* Ang Sin Tojin
* Han Bian Ki Siauw-kim-liong (Naga Emas Muda)
* Bhong Siat si Muka Kuning
* Lie Kung
* Kulu-khan, raja Khitan, tewas dikhianati
* Kubakan, pangeran, putra Kulu-khan
* Pek-bin Ciangkun (Panglima Muka Putih)
* Sin-tung Sam-kai (Tiga Pengemis Tongkat Sakti), yang tertua tewas oleh Pouw Lee Kui
* Wei-ho Si-eng (Empat Orang Gagah Sungai Wei-ho): (Houw Hwat hwesio, Liong Sin Cu, Bun-tanio, Lu Tek Gu) (tewas oleh Couw Pa Ong)
* Ciu Bwee Hwa, istri kedua Kam Si Ek
* Giam Sui Lok, teman kecil Ciu Bwee Hwa
* Tan Hui Hui-kiam-eng (Pendekar Pedang Terbang), tewas oleh Liu Lu Sian — jurus: Coan-in-hui (Terbang Terjang Awan)
* Siok Lan, calon istri Tan Hui
* Liong Keng Lo-enghiong Sin-kauw-jiu (Kepalan Monyet Sakti), ketua Sian-kauw-bu-koan, tewas oleh Pouw Kee Lui
* Liong Bi Loan, putri Liong Keng, tewas bunuh diri
* Koai-tung Tiang-lo (Orang Tua Tongkat Setan), ketua Ban-hwa-kai-pang
* Yap Kwan Bi, murid Siauw-lim-pai, tewas bunuh diri
* Su Pek Hong, nikouw, bibi guru Yap Kwan Bi – jurus: I-kin-swe-jwe (Ganti Otot Cuci Sumsum)
Baris 175 ⟶ 150:
* Lo Keng Siong, murid Siauw-lim-pai, tewas oleh Liu Lu Sian
* Kim Leng Tosu, ketua Kong-thong-pai
* Lie Kong Hian, pangeran
* Cu Bian, panglima muda, tewas oleh Couw Pa Ong
* Kui Sam
* Ciu Tang
* Ciu Gwan Liong, adik sastrawan Ciu Bun, pemegang Suling Emas, mati bunuh diri
* Kiang Ti, pangeran, suami Suma Ceng
Baris 192 ⟶ 164:
* Poki, kota
* Paoto, kotaraja Khitan
* Kai-feng,
* Jwee-bun, kota
* Sin-yang, kota
Baris 237 ⟶ 209:
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://home.comcast.net/~bandung/ Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo] (memerlukan Microsoft Reader untuk dibaca)
* {{id}} [http://www.pustaka78.com/index.php/ Download Lengkap Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo 100% Gratis]
* {{en}} [http://www.memoware.com/?screen=search_results&DirectSearch=Y&p=author^!Kho~!Ping! E-Books untuk PC/PDA] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160312080849/http://memoware.com/?directsearch=y&p=author%5E%21kho~%21ping%21&screen=search_results |date=2016-03-12 }}
* {{id}} [http://rizahnst.afraid.org/khopinghoo/ Kumpulan cerita-cerita silat Kho Ping Hoo]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
[[Kategori:Cerita silat]]
[[Kategori:Karya Kho Ping Hoo]]
[[Kategori:
|