Dei Verbum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Luckas-bot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: es:Dei Verbum
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 2 as dead.) #IABot (v2.0.8
 
(22 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''''Dei Verbum''''' atau '''Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi''' adalah salah satu dokumen terutamautama dari [[Konsili Vatikan Kedua]], yang memiliki pokok-pokok mendasar menurutmengenai pandangansumber salahajaran satudan Bapatindakan KonsiliGereja. Dan sumber itu adalah wahyu ilahi atau penyingkapan diri Allah sendiri kepada manusia. Dalam Gereja Katolik wahyu ilahi itu diterima dari dua saluran: Tradisi pengajaran lisan para rasul dan kemudian setelah sebagian dari pengajaran itu dituliskan, UskupKitab [[ChristopherSuci. Butler]]Maka Gereja Katolik melalui dokumen Dei Verbum menyerukan keseimbangan perhatian pada kedua macam saluran wahyu ilahi: Tradisi dan Kitab Suci. Konstitusi ini disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.344 berbanding 6, dan diresmikan oleh [[Paus Paulus VI]] pada [[18 November]] [[1965]].
{{Terjemah|Inggris}}
 
Judul '''''Dei Verbum''''' atauberarti '''Sabda Allah''' (dalam Bahasa Inggris:"'''Word of God'''" dalam Bahasa Inggris) diambil dari bariskata-kata pertama dokumen berbahasa Latin, sebagaimana biasanya dokumen-dokumen [[Gereja Katolik]] dinamai.
'''''Dei Verbum''''' atau '''Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi''' adalah salah satu dokumen terutama dari [[Konsili Vatikan Kedua]], yang memiliki pokok-pokok mendasar menurut pandangan salah satu Bapa Konsili, Uskup [[Christopher Butler]]. Konstitusi ini disetujui oleh para Uskup dalam sebuah pemungutan suara 2.344 berbanding 6, dan diresmikan oleh [[Paus Paulus VI]] pada [[18 November]] [[1965]].
 
Judul '''''Dei Verbum''''' atau '''Sabda Allah''' ("'''Word of God'''" dalam Bahasa Inggris) diambil dari baris pertama dokumen, sebagaimana biasanya dokumen-dokumen [[Gereja Katolik]] dinamai.
 
== Daftar Isi Dokumen ==
Baris 17 ⟶ 16:
 
== Ikhtisar ==
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Allah, pencipta dan Tuhan, dapat diketahui dengan akal budi manusia dari semua karya ciptaanNya (Katekismus Gereja Katolik no 47). Tetapi pengetahuan itu saja tidak menjelaskan "mengapa" dan "untuk apa". Maka "Dalam kebaikan dan kebijaksanaanNya Allah berkenan mewahyukan diriNya dan memaklumkan rahasia kehendakNya" (Dei Verbum 2). Untuk itu Ia mengutus PuteraNya yang terkasih, Yesus Kristus dan Roh Kudus (Katekismus Gereja Katolik no. 50).
 
Allah menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1Tim 2:4), maka "Kristus Tuhan...memerintahkan kepada para rasul, supaya Injil...mereka wartakan kepada semua orang, sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan serta memberi ajaran kesusilaan" (Dei Verbum 7). Kehendak Allah itu dilaksanakan dalam dua cara: ''secara lisan'' (disebut Tradisi) oleh para rasul dan pengganti-penggantinya, dan kemudian ''secara tertulis'', setelah "para rasul dan tokoh-tokoh rasuli, atas ilham Roh Kudus juga telah membukukan amanat keselamatan" (Dei Verbum 7).
 
=== Mengenai Hubungan antara Tradisi dan Kitab Suci ===
Pada Bab Kedua mengenai "Meneruskan Wahyu Ilahi", Konstitusi ini menyatakan secara khusus kesamaankesetaraan tingkat antaraperan Tradisi Suci dengandean Kitab Suci, suatu hal yang merupakan perdebatan panjang antara kaum [[Katolik]] dan [[Protestan]] pada umumnya.
 
:''Jadi Tradisi suci dan Kitab suci berhubungan erat sekali dan berpadu. Sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama, dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus ke arah tujuan yang sama. Sebab Kitab suci itu pembicaraan Allah sejauh itu termaktub dengan ilham Roh ilahi. Sedangkan oleh Tradisi suci sabda Allah, yang oleh Kristus Tuhan dan Roh Kudus dipercayakan kepada para Rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya mereka ini dalam terang Roh kebenaran dengan pewartaan mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. Dengan demikian gereja menimba kepastian tentang segala sesuatu yang diwahyukan bukan hanya melalui Kitab Suci. Maka dari itu keduanya (baik Tradisi maupun Kitab suci) harus diterima dan dihormati dengan cita-rasa kesalehan dan hormat yang sama (DV9)''.
Baris 30 ⟶ 33:
Kutipan dari Konstitusi:
:''Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus. Sebab Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang Kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lihat [[Injil Yohanes|Yoh]] 20:31; [[2 Timotius|2Tim]] 3:16; [[2 Petrus|2Pet]] 1:19-21; 3:15-16), dan mempunyai Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja. Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya – sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka, - semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh.''
:''Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita. Oleh karena itu “seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajar, meyakinkan, menegur dan mendidik dalam kebenaran: supaya manusia (hamba) Allah menjadi sempurna, siap sedia bagi segala pekerjaan yang baik” ([[2 Timotius|2Tim]] 3:16-17 Yunani)." (DV11)''(Dei Verbum 11)
<!--
The footnotes have been inserted into the text at the appropriate places in small print and indented for the convenience of the present reader.
 
:''Adapun karena Allah dalam Kitab suci bersabda melalui manusia secara manusia, maka untuk menangkap apa yang oleh Allah akan disampaikan kepada kita penafsir Kitab suci harus menyelidiki dengan cermat, apa yang sebenarnya mau disampaikan oleh para penulis suci, dan apa yang mau ditampakkan oleh Allah dengan kata-kata mereka. Untuk menemukan maksud para pengarang suci antara lain perlu diperhatikan juga “jenis-jenis sastra”. Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya. Selanjutnya penafsiran harus mencari arti, yang hendak diungkapkan dan ternyata jadi diungkapkan oleh pengarang suci dalam keadaan tertentu, sesuai dengan situasi jamannya dan kebudayaannya, melalui jenis-jenis sastra yang ketika itu digunakan. Sebab untuk mengerti dengan saksama apa yang oleh pengarang suci hendak dinyatakan dengan tulisannya perlu benar-benar diperhatikan baik cara-cara yang lazim dipakai oleh orang-orang pada zaman pengarang itu dalam merasa, berbicara atau bercerita, maupun juga cara-cara yang pada zaman itu biasanya dipakai dalam pergaulan antar manusia.''
Another widely used translation is Austin Flannery OP (ed.), "Vatican Council II" (2 volumes).
 
:''Akan tetapi Kitab suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan Roh itu juga. Maka untuk menggali dengan tepat arti nas-nas suci, perhatian yang sama besarnya harus diberikan kepada isi dan kesatuan seluruh Alkitab, dengan mengindahkan Tradisi hidup seluruh Gereja serta analogi iman''(Dei Verbum 12).
===Concerning the inspiration and interpretation of sacred Scripture===
 
:''Maka dalam Kitab suci itu – sementara kebenaran dan kesucian Allah tetap utuh – terlihatlah dengan jelas “turunnya” kebijaksanaan kekal yang menakjubkan, “supaya kita mengenal kebaikan Allah yang tak terperikan, dan bagaimana Ia melembutkan bahasa-Nya, dengan sepenuhnya memperhatikan serta mengindahkan kekurangan kodrat kita.” Sebab sabda Allah, yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia'' (Dei Verbum 13).
In Chapter III under the heading "Sacred Scripture, Its Inspiration and Divine Interpretation" the Constitution states:
 
=== Ajakan ===
:11. Those divinely revealed realities which are contained and presented in Sacred Scripture have been committed to writing under the inspiration of the Holy Spirit. For holy mother Church, relying on the belief of the Apostles (cf. John 20:31; 2 Tim. 3:16; 2 Peter 1:19-20, 3:15-16), holds that the books of both the Old and New Testaments in their entirety, with all their parts, are sacred and canonical because written under the inspiration of the Holy Spirit, they have God as their author and have been handed on as such to the Church herself.
:''Adapun demikian besarlah daya dan kekuatan sabda Allah, sehingga bagi Gereja merupakan tumpuan serta kekuatan, dan bagi putera-puteri Gereja menjadi kekuatan iman, santapan jiwa, sumber jernih dan kekal hidup rohani'' (Dei Verbum 21). ''Bagi kaum beriman kristiani jalan menuju Kitab suci harus terbuka lebar-lebar'' (Dei Verbum 22).
:::<small>''Footnote:'' Cf. Vatican Council I, Const.dogm. de fide catholica, c. 2 (de revelatione): Denz. 1787 (3006). Bibl. Commission, Decr. [[18 June]] [[1915]]: Denz. 2180 (3629); EB 420: Holy Office, Letter, [[22 December]] [[1923]]; EB499.</small>
:In composing the sacred books, God chose men and while employed by Him
:::<small>''Footnote:'' Cf. Pius XII, Encycl. Divino Afflante Spiritu, [[30 September]] [[1943]]; AAS 35 (1943), p.314; EB 556.<small>
:they made use of their powers and abilities, so that with Him acting in them and through them,
:::<small>''Footnote:'' In and by man: cf. Heb. 1:1; 4:7 (in); 2 Sam 23:2; Mt 1:22 and passim (by); Vatican Council I, schema de doctr. cath., note 9; Coll. Lac., VII, 522.</small>
:they, as true authors, consigned to writing everything and only those things which He wanted.
:::<small>Foootnote: Leo XIII, Encycl. Providentissimus Deus, [[18 November]] [[1893]]: Denz. 1952 (3293); EB 125.</small>
:Therefore, since everything asserted by the inspired authors or sacred writers must be held to be asserted by the Holy Spirit, it follows that the books of Scripture must be acknowledged as teaching solidly, faithfully and without error that truth which God wanted put into sacred writings
:::<small>''Footnote:'' Cf. St. Augustine, Gen. ad Litt., 2, 9, 20: PL 34, 270-271; Epist. 82, 3: PL 33, 277; CSEL 34, 2, p.354. – St. Thomas, De Ver. q. 12, a. 2, C. – Council of Trent, Session IV, de canonicis Scripturis: Denz. 783 (1501) – Leo XIII, Encycl. Providentissimus: EB 1121, 124, 126-127. – Pius XII, Encycl. Divino Afflante: EB 539.</small>
:for the sake of salvation. Therefore "all Scripture is divinely inspired and has its use for teaching the truth and refuting error, for reformation of manners and discipline in right living, so that the man who belongs to God may be efficient and equipped for good work of every kind" (2 Tim. 3:16-17, Greek text).
 
:''Adapun Kitab suci mengemban sabda Allah, dan karena diilhami memang sungguh-sungguh sabda Allah. Maka dari itu pelajaran Kitab suci hendaklah bagaikan jiwa Teologi suci[37]. Namun dengan sabda Alkitab juga pelayanan sabda, yakni pewartaan pastoral, ketekese dan semua pelajaran kristiani – diantaranya homili liturgis harus sungguh diistimewakan – mendapat bahan yang sehat dan berkembang dengan suci'' (Dei Verbum 24).
:12. However, since God speaks in Sacred Scripture through men in human fashion,
:::<small>''Footnote:'' St. Augustine, De Civ. Dei, XVII, 6. 2: PL 41, 537: CSEL XL, 2, 228.</small>
:the interpreter of Sacred Scripture, in order to see clearly what God wanted to communicate to us, should carefully investigate what meaning the sacred writers really intended, and what God wanted to manifest by means of their words.
 
:''Gereja "mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman, terutama para religius, supaya dengan sering kali membaca kitab-kitab ilahi memperoleh “pengertian yang mulia akan Yesus Kristus” (Flp 3:8). “Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus” (st Hieronimus)'' (Dei Verbum 25).
:To search out the intention of the sacred writers, attention should be given, among other things, to "literary forms". For truth is set forth and expressed differently in texts which are variously historical, prophetic, poetic, or of other forms of discourse. The interpreter must investigate what meaning the sacred writer intended to express and actually expressed in particular circumstances by using contemporary literary forms in accordance with the situation of his own time and culture.
:::<small>''Footnote:'' St. Augustine, De Doctr. Christ., III, 18, 26; PL 34, 75-76.</small>
:For the correct understanding of what the sacred author wanted to assert, due attention must be paid to the customary and characteristic styles of feeling, speaking and narrating which prevailed at the time of the sacred writer, and to the patterns men normally employed at that period in their everyday dealings with one another.
:::<small>''Footnote:'' Pius XII, loc. cit.: Denz. 2294 (3829-2830); EB 557-562.</small>
:But, since Holy Scripture must be read and interpreted in the sacred spirit in which it was written,
:::<small>''Footnote:'' Cf. Benedict XV, Encycl. Spiritus Paraclitus, [[15 September]] [[1920]]: EB 469. St. Jerome, In Gal. 5, 19-21: PL 26, 417 A.</small>
:no less serious attention must be given to the content and unity of the whole of Scripture if the meaning of the sacred texts is to be correctly worked out. The living tradition of the whole Church must be taken into account along with the harmony which exists between elements of the faith. It is the task of exegetes to work according to these rules toward a better understanding and explanation of the meaning of Sacred Scripture, so that through preparatory study the judgment of the Church may mature. For all of what has been said about the way of interpreting Scripture is subject finally to the judgment of the Church, which carries out the divine commission and ministry of guarding and interpreting the word of God.
:::<small>''Footnote:'' Cf. Vatican Council I, Const. dogm. de fide catholica, c. 2 (de revelatione): Denz. 1788 (3007).</small>
 
== Referensi ==
:13. In Sacred Scripture, therefore, while the truth and holiness of God always remains intact, the marvelous "condescension" of eternal wisdom is clearly shown, "that we may learn the gentle kindness of God, which words cannot express, and how far He has gone in adapting His language with thoughtful concern for our weak human nature".
* KWI, ''Dokumen Konsili Vatikan II''. Terutama bagian tulisan "Konsili Vatikan II: 1962-1965" (hal. xix) dan naskah dokumen "Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi" (hal. 317-336).
:::<small>''Footnote:'' St. John Chrysostom, In Gen. 3, 8 (hom. 17, 1): PG 54, 134. ''Attemperatio'' corresponds to the Greek ''synkatábasis''.</small>
* Dr Tom Jacobs SY, ''Komentar tentang Dei Verbum''. Kanisius.
:For the words of God, expressed in human language, have been made like human discourse, just as the word of the eternal Father, when He took to Himself the flesh of human weakness, was in every way made like men.
* ''Katekismus Gereja Katolik'' no 47-133.
 
===Concerning the New Testament, in particular the Gospel accounts===
 
In Chapter V under the heading "The New Testament" the Constitution states among other points:
 
:18. It is common knowledge that among all the Scriptures, even those of the New Testament, the Gospels have a special preeminence, and rightly so, for they are the principal witness for the life and teaching of the incarnate Word, our savior.
 
:The Church has always and everywhere held and continues to hold that the four Gospels are of apostolic origin. For what the Apostles preached in fulfillment of the commission of Christ, afterwards they themselves and apostolic men, under the inspiration of the divine Spirit, handed on to us in writing: the foundation of faith, namely, the fourfold Gospel, according to Matthew, Mark, Luke and John.
:::<small>''Footnote:'' Cf. St. Irenaeus, Adv. Haer. III, 11, 8: PG 7, 885; ed. Sagnard, p. 194.</small>
:19. Holy Mother Church has firmly and with absolute constancy held, and continues to hold, that the four Gospels just named, whose historical character the Church unhesitatingly asserts, faithfully hand on what Jesus Christ, while living among men, really did and taught for their eternal salvation until the day He was taken up into heaven (see Acts 1:1). Indeed, after the Ascension of the Lord the Apostles handed on to their hearers what He had said and done. This they did with that clearer understanding which they enjoyed
:::<small>''Footnote:'' Cf. Jn 2:22; 12-16; cf. 14:26; 16:12-13; 7:39.</small>
:after they had been instructed by the glorious events of Christ's life and taught by the light of the Spirit of truth
:::<small>''Footnote:'' Cf. Jn 14:26; 16:13.</small>
:The sacred authors wrote the four Gospels, selecting some things from the many which had been handed on by word of mouth or in writing, reducing some of them to a synthesis, explaining some things in view of the situation of their churches and preserving the form of proclamation but always in such fashion that they told us the honest truth about Jesus
:::<small>''Footnote:'' Cf. The Instruction Sacra Mater Ecclesia of the Pontifical Biblical Commission: AAS 56 (1964), p. 715.</small>
:For their intention in writing was that either from their own memory and recollections, or from the witness of those who "themselves from the beginning were eyewitnesses and ministers of the Word" we might know "the truth" concerning those matters about which we have been instructed (see Luke 1:2-4).
 
''For the Latin text of sections 18 and 19 and the relevant sections of ''Sancta Mater Ecclesia'' see Bernard Orchard OSB, ''Dei Verbum and the Synoptic Gospels'', Appendix (1990).''[http://www.catholic.com/thisrock/1996/9605scrp.asp]
 
-->
== Bacaan Lebih Lanjut ==
* {{en}} ''The Gift of Scripture'', "Published as a teaching document of the Bishops' Conferences of England, Wales and Scotland" (2005), The Catholic Truth Society, Ref. SC 80, ISBN 1-86082-323-8.
 
== Pranala luar ==
* [http://www.ekaristi.org/vat_ii/ Pranala luar Dokumen-dokumen Vatikan II dalam bahasa Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070202232948/http://www.ekaristi.org/vat_ii/ |date=2007-02-02 }}
* {{en}} [http://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19651118_dei-verbum_en.html Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi ''Dei Verbum'' di Situs Web Tahta Suci]
* {{en}} [http://www.vatican2andbutler.org/a_vat2/wells_dv.asp Arthur Wells, ''Bishop Christopher Butler OSB – His Rôle in Dei Verbum'', Part 1]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} [http://www.vatican2andbutler.org/a_vat2/wells_dv2.asp – Part 2]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{en}} [http://www.catholic.com/thisrock/1996/9605scrp.asp Bernard Orchard OSB, ''Dei Verbum and the Synoptic Gospels'' (1990)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080507191742/http://www.catholic.com/thisrock/1996/9605scrp.asp |date=2008-05-07 }}
* {{en}} [http://matt1618.freeyellow.com/deiverbum.html Matt, ''Dei Verbum – Analysis of the Gospel's historicity (paragraphs 18-19)'' (1998)]
* {{en}} [http://www.christianorder.com/features/features_2002/features_mar02.html Brian W. Harrison, O.S., ''On Rewriting the Bible'' (2002)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190111121806/http://www.christianorder.com/features/features_2002/features_mar02.html |date=2019-01-11 }}
 
{{Katolik-stub}}
 
{{Dokumen Konsili Vatikan II}}
{{catholicism}}
 
[[Kategori:Katolik]]
[[Kategori:Dokumen Konsili Vatikan II]]
 
[[cs:Dei verbum]]
[[de:Dei Verbum]]
[[en:Dei Verbum]]
[[eo:Dei Verbum]]
[[es:Dei Verbum]]
[[fr:Dei Verbum]]
[[hu:Dei verbum]]
[[it:Dei verbum]]
[[la:Dei Verbum]]
[[pl:Dei Verbum]]
[[pt:Dei Verbum]]
[[sk:Dei Verbum]]
[[sl:Dei Verbum]]
[[sw:Dei Verbum]]