Ulun Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Marfiadi (bicara | kontrib)
k Suntingan Xqbot (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Swarabakti
Tag: Perubahan target pengalihan Pengembalian
 
(47 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{gabungkepada|#ALIH [[Suku Lampung}}]]
 
'''Ulun Lampung''' secara tradisional geografis adalah suku yang menempati seluruh provinsi Lampung dan sebagian provinsi [[Sumatera Selatan]] bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di Komering Ulu, Kayu Agung, Tanjung Raja di Komering Ilir, Merpas diselatan [[Bengkulu]] serta Cikoneng di pantai barat [[Banten]].
 
== Asal usul ==
 
Asal-usul ulun Lampung (Orang Lampung atau Etnis Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut To-Langpohwang bagi penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi ditanah Lampung.
 
Prof Hilman Hadikusuma didalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983) menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduknya dihuni oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong. Negeri ini menganut kepercayaan dinamisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa.
 
Buay Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku Kuntara Raja Niti, nama puyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Prof Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan Ulun Lampung sebagai berikut:
 
* Inder Gajah<br />
Gelar: Umpu Lapah di Way<br />
Kedudukan: Puncak Dalom, Balik Bukit<br />
Keturunan: Orang Abung<br />
 
* Pak Lang<br />
Gelar: Umpu Pernong<br />
Kedudukan: Hanibung, Batu Brak<br />
Keturunan: Orang Pubian<br />
 
* Sikin<br />
Gelar: Umpu Nyerupa<br />
Kedudukan: Tampak Siring, Sukau<br />
Keturunan: Jelma Daya<br />
 
* Belunguh<br />
Gelar: Umpu Belunguh<br />
Kedudukan: Kenali, Belalau<br />
Keturunan: Peminggir<br />
 
* Indarwati<br />
Gelar: Puteri Bulan<br />
Kedudukan: Cenggiring, Batu Brak<br />
Keturunan: Tulang Bawang<br />
 
== Adat-istiadat ==
 
Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.
 
=== Masyarakat adat Lampung Saibatin ===
Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung rmpat kota ini ada di Propinsi [[Sumatera Selatan]], Cikoneng di Pantai [[Banten]] dan bahkan Merpas di Selatan [[Bengkulu]]. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:
 
 
* Paksi Pak [[Sekala Brak]] (Lampung Barat)
 
* Keratuan Melinting (Lampung Timur)
 
* Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)
 
* Keratuan Semaka (Tanggamus)
 
* Keratuan Komering (Provinsi [[Sumatera Selatan]])
 
* Cikoneng Pak Pekon (Provinsi [[Banten]])
 
=== Masyarakat adat Lampung Pepadun ===
Masyarakat beradat Pepadun/Pedalaman terdiri dari:
 
* Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
 
* Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
 
* Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
 
* Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.
 
== Falsafah Hidup Ulun Lampung ==
Menurut kitab ''Kuntara Raja Niti'', orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
* ''Piil-Pusanggiri'' (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)
* ''Juluk-Adok'' (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
* ''Nemui-Nyimah'' (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
* ''Nengah-Nyampur'' (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
* ''Sakai-Sambaian'' (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya)
 
Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias ''sigor''’ pada lambang [[Provinsi Lampung]].
 
Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam ''adi-adi'' (pantun):
 
''Tandani Ulun Lampung, wat Piil-Pusanggiri''<br />
''Mulia heno sehitung, wat liom khega dikhi''<br />
''Juluk-Adok kham pegung, Nemui-Nyimah muakhi''<br />
''Nengah-Nyampur mak ngungkung, Sakai-Sambaian gawi.''<br />
 
== Bahasa Lampung ==
Artikel Lengkap di [[Bahasa Lampung]]
 
'''Bahasa Lampung''', adalah sebuah [[bahasa]] yang dipertuturkan oleh Ulun [[Lampung]] di Propinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten.
 
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan [[bahasa Sunda]], [[bahasa Batak]], [[bahasa Jawa]], [[bahasa Bali]], [[bahasa Melayu]] dan sebagainya.
 
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, dialek A (api) yang dipakai oleh ulun Sekala Brak, Melinting Maringgai, Darah Putih Rajabasa, Balau Telukbetung, Semaka Kota Agung, Pesisir Krui, Ranau, Komering dan Daya (yang beradat Lampung Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyo) yang dipakai oleh ulun Abung dan Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
 
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow.
 
== Aksara Lampung ==
Artikel Lengkap di [[Aksara Lampung]]
 
'''Aksara lampung''' yang disebut dengan '''Had Lampung''' adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
 
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan [[aksara Rencong]], Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
 
Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya [[Had]] [[Lampung]] kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. [[Huruf]] atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.
 
== Marga di Lampung ==
Artikel Lengkap di [[Marga di Lampung]]
 
== Sastra ==
Artikel Lengkap di [[Sastra Lampung]]
 
== Tokoh Tokoh Suku Lampung ==
 
Negarawan dan Politisi:
 
* [[Pangeran Edward Syah Pernong]]
* [[Sjafrudin Ratuprawiranegara]]
* [[Ir Aburizal Bakrie]]
* [[Jenderal Ryamizard Ryacudu]]
* [[Alzier Dianis Tabranie]]
* [[Dr. Bagir Manan SH]]
* [[Drs. Tursandi Alwi]]
 
Praktisi dan Profesional:
 
* [[Henry Yosodiningrat SH]]
* [[Andi Arief]]
 
Seniman dan Budayawan:
 
* [[Andi Ahmad Sampoerna Jaya]]
* [[Hila Hambala]]
 
Akademisi dan Tokoh Pendidikan:
 
* [[Borisman]]
* [[Ir Irfan Anshori]]
* [[Prof. Hilman Hadikusuma SH]]
 
Wartawan dan Jurnalis:
 
* [[Sazeli Rais]]
* [[Yasir Denhas]]
* [[Udo Z Karzi]]
 
Pahlawan Pejuang Kemerdekaan:
 
* [[Pangeran Siagul Agul]]
* [[Batin Mangunang]]
* [[Raden Intan II]]
 
== Referensi ==
* Hilman Hadikusuma dkk. 1983. ''Adat-istiadat Lampung''. Bandar Lampung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung.
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://ulunlampung.blogspot.com/2007/05/teori-asal-usul-ulun-lampung.html Teori Asal Usul-ulun Lampung]
* {{id}} [http://www.paksibejalandiway.blogspot.com Sejarah dan Tambo Paksi Pak Sekala Brak]
* {{id}} [http://www.pariwisata.lampung.go.id/sejarah.php Sejarah Kerajaan Sekala Brak]
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=SlZ1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D= Kerajaan Skala Brak]
 
== Lihat Pula ==
* [[Kepaksian Sekala Brak]]
 
[[Kategori:Lampung]]