Media dalam kampanye pemilihan presiden 2014: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: Bagaimana pun → Bagaimanapun
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 4 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
 
Baris 12:
 
=== Hegemoni ===
Hegemoni adalah penggunaan media untuk menciptakan konsensus di antara beberapa ide, sehingga ide-ide tersebut dapat diterima sebagai akal sehat oleh masyarakat (Straubhaar, LaRose, Davenport, 2011). Dalam masyarakat media saat ini, ada kecenderungan bahwa penguasa atau pemimpin di masyarakat tertarik untuk juga membentuk sebuah konsensus, atau hegemoni, atau ideologi yang nantinya dapat membantu keberlangsungan dominasi mereka.<ref>Gramsci, A. (1971). Selections from the prison notebooks. New York: International Publishers.</ref> Salah satunya adalah dengan penguasaan media. Dalam pembahasan kampanye pemilihan presiden 2014 ini, para pemimpin bisnis juga berusaha untuk dapat menguasai politik demi tercapainya keberlangsungan dan penguasaan bisnisnya. Media dalam hal ini bisa menjadi penggerak massa dan dapat mengubah pandangan masyarakat tentang suatu hal. Termasuk di dalamnya adalah pembentukan citra seseorang melalui media. Pada kasus pencalonan Jokowi menjadi capres, keberhasilan Jokowi menjadi presiden salah satunya adalah dengan citra yang dibentuk melalui pemahaman yang terus menerus dipublikasikan oleh pendukungnya terutama melalui media.[http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/03/02/254172/Parsialitas-Media-Ancaman-bagi-Pemilu-yang-Jurdil-] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150926203319/http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/03/02/254172/Parsialitas-Media-Ancaman-bagi-Pemilu-yang-Jurdil- |date=2015-09-26 }}
 
=== Netralitas Media ===
Baris 49:
Hak untuk kebebasan berekspresi dibatasi ketika ekspresi, apakah lisan atau ditulis, adalah tidak benar dan merugikan orang lain. Membuat pernyataan baik lisan atau tertulis, dugaan fakta palsu yang merugikan orang lain adalah pencemaran nama baik. Hal ini bisa berdampak pada bidang ekonomi yang bersifat keuangan, misalnya dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mencari nafkah atau bekerja. Setiap individu memiliki hak untuk mengekspresikan pendapat namun tetap harus berhati-hati terutama dalam komunikasi ''online''. Organisasi juga harus waspada dan siap untuk mengambil tindakan jika mereka percaya seseorang telah membuat pernyataan yang tidak benar terhadap organisasi (Reynolds, 2007).
 
Ada banyak cara dalam berkampanye di media, terlebih dengan adanya teknologi Internet yang saat ini bisa diakses dengan mudah kapan pun dan di mana pun, bahkan melalui telepon seluler. Baik kubu Jokowi maupun kubu Prabowo pada masa pemilihan presiden Indonesia 2014 memiliki relawan yang jumlahnya banyak dan mampu berkampanye dengan mudah melalui status yang ditulis di media sosial. Cara berkampanye di era Internet ini sangat bervariasi sehingga menguntungkan para pendukung untuk menyampaikan informasi dan materi kampanye dengan cepat. Semakin kreatif materi kampanye tersampaikan, maka semakin mendalam kesan atas informasi yang diterima. Dunia tanpa batas di Internet ini juga yang membuat kampanye pemilihan presiden Indonesia 2014 ini sulit dikendalikan. Masa kampanye yang hanya sebulan bahkan masih bisa diselipkan materi kampanye secara terselubung di media sosial di saat masa kampanye sudah berakhir. Disebutkan ada 33 laporan dugaan pelanggaran selama masa kampanye pemilihan umum presiden Indonesia 2014 yang didalamnya termasuk pelanggaran berkampanye dalam media sosial.[http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242960/Inilah-33-Laporan-Dugaan-Pelanggaran-Masa-Kampanye-Pilpres-2014-] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150926084430/http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242960/Inilah-33-Laporan-Dugaan-Pelanggaran-Masa-Kampanye-Pilpres-2014- |date=2015-09-26 }}
 
== Etika Personal Terhadap Pemberitaan Media ==
Baris 89:
* [http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140522_kampanye_hitam_pilpres Kampanye Hitam Pilpres Pengaruhi Pemilih]
* [http://www.voaindonesia.com/content/perang-pencitraan-di-media-sosial-jelang-pemilu-2014-/1857329.html Perang Pencitraan di Media Sosial Jelang Pemilu 2014]
* [http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242960/Inilah-33-Laporan-Dugaan-Pelanggaran-Masa-Kampanye-Pilpres-2014- Inilah 33 Laporan Dugaan Pelanggaran Masa Kampanye Pilpres 2014] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150926084430/http://www.jpnn.com/read/2014/06/28/242960/Inilah-33-Laporan-Dugaan-Pelanggaran-Masa-Kampanye-Pilpres-2014- |date=2015-09-26 }}
* [http://nasional.kompas.com/read/2014/06/13/1017100/Media.dalam.Kontestasi.Politik.2014. Media Dalam Kontestasi Politik 2014]
* [http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140527_kpi_independensi_mediatv_pilpres KPI Soroti Pemihakan Televisi dalam Pilpres]
* [http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/03/02/254172/Parsialitas-Media-Ancaman-bagi-Pemilu-yang-Jurdil- Parsialitas Media Ancaman bagi Pemilu yang Jurdil] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150926203319/http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/03/02/254172/Parsialitas-Media-Ancaman-bagi-Pemilu-yang-Jurdil- |date=2015-09-26 }}
 
[[Kategori:Media]]