Tais Pet: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Tais Pet''' adalah kerajinan tradisional dari [[Maluku]], [[Indonesia]]. Kerajinan rakyat ini berupa kain [[tenun]] yang hidup dan berkembang di masyarakat [[Kepulauan Tanimbar|Tanimbar]] dan sekitarnya di [[Maluku|Provinsi Maluku]]. Tais pet merupakan satu dari 33 kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.]]  <ref>https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170824194938-277-237118/33-kain-tradisional-ditetapkan-jadi-warisan-budaya/</ref>
 
== Asal Usul ==
Baris 16:
Arewe Alobyenan merupakan seorang putri yang berasal dari Desa Awear, [[Pulau Larat]] (termasuk Wilayah Tanimbar bagian utara). Putri Arewe Alobyenan menikah dan masuk dalam marga Boina. Dia lalu menetap sekaligus bergabung dengan komunitas di Desa Olilit sebagai tempat kelahiran suaminya. Di tempat inilah, inspirasi kain tenun Arewe Alobyenan yang terukir lewat-karya-karya dari cucunya, yaitu Maria Boina, mulai berkembang. Pulau Larat yang terkenal dengan kembang larat yang disebut ''lelemuku'' atau bunga [[Orchidaceae|anggrek]]. Bunga ini dinobatkan oleh masyarakat Tanimbar sebagai simbol kecantikan perempuan Tanimbar. Bunga ini kemudian menjadi sumber inspirasi terciptanya motif pada tenun ikat Arewe Alobyenan dan pada motif-motif tenun Tanimbar secara umum. Selain itu, ada juga motif-motif dasar tentang lingkungan dan alam semesta yang menjadi inspirasi penciptaan motif kain ini.
 
Kelompok-kelompok komunitas adat Kepulauan Tanimbar banyak yang mengakui bahwa pengetahuan tenun mereka sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Para leluhur di Kepulauan Tanimbar melakukan aktivitas menenun yang disesuaikan dengan lingkungan, sehingga muncul ide-ide baru yang diakui sebagai sistem tenun Tanimbar. Maka itu, masyarakat Tanimbar saat ini memiliki keragaman motif dan jenis kain tenun. Penamaan kain tenun secara umum disebut Tais Pet atau Kain Tenun.<ref>{{Cite web |url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2015/12/17/tais-pet/ |title=Salinan arsip |access-date=2017-11-18 |archive-date=2017-12-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20171201033613/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2015/12/17/tais-pet/ |dead-url=yes }}</ref>
 
== Persebaran ==
Baris 23:
Pada tahun 618-906, Dinasti Tang menjalin hubungan dagang antara negeri Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di [[Nusantara pada periode prasejarah|nusantara.]] Dari hubungan perdagangan antara Cina dan [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]], pengetahuan mengenai kain sutera mulai menyebar di nusantara, termasuk kain tenun atau tais pet yang mulai dipelajari oleh penduduk Kepulauan Tanimbar.
 
Persebaran tais pet atau kain tenun di Kepulauan Tanimbar diduga melalui dua jalur persebaran dengan periode waktu yang berbeda. Persebaran pertama diduga berada pada saat periode barter di wilayah nusantara, dengan jalur dari arah barat ke timur Nusantara, yakni melalui [[Malaka]], [[SumateraSumatra|Pulau Sumatra]], [[Jawa]], [[Bali]], [[Lombok]], Timor, dan berakhir di [[Kepulauan Maluku]] (Babar, [[Kepulauan Tanimbar|Tanimbar]], Kei, dan [[Pulau Seram|Seram]]). Sedangkan jalur persebaran kedua disinyalir dari arah barat, tapi kemudian ke utara, yaitu melalui Sumatra, Jawa, [[Sulawesi]] ([[Kota Makassar|Makassar,]] [[Toraja]], Palu, [[Kota Manado|Manado]]), Maluku Utara (Ternate-Tidore, [[Pulau Halmahera|Halmahera]]) ke Seram sampai arah selatan Maluku ([[Kepulauan Kei]], Tanimbar, dan Babar). Persebaran penduduk ke wilayah timur nusantara ini bersamaan dengan keahlian tenun yang dimiliki masing-masing kelompok migrasi, sehingga menghasilkan nuansa atau corak yang berbeda dalam kerajinan kainnya.
 
== Fungsi Sosial ==
Tais Pet memiliki fungsi sosial yang sangat kuat di kalangan masyarakat Tanimbar. Tais pet menjadi simbol identitas diri. Pengenalan identitas diri itu terlebur menjadi sebuah ikatan emosional komunitas Tanimbar yang memberikan nuansa, antara lain, persaudaraan, tenggang rasa, saling memiliki, dan saling menghormati. Fungsi ini juga berlanjut secara lebih luas sehingga merajut ikatan-ikatan sosial terhadap  pengenalan masyarakat Maluku sebagai bangsa [[Indonesia]].
 
Selain itu, tais pet memberikan nuansa warna sebagai simbol [[status sosial]]. Warna kain tenun ini memberikan petunjuk terhadap status seseorang dalam struktur masyarakat. Misalnya, warna hitam dan coklat merupakan warna kebesaran atau kewibawaan diri seorang pemimpin. Warna merah, kuning, dan putih merupakan cerminan dari keberanian, kejujuran, keikhlasan, ketulusan, dan kesucian hati masyarakat.<ref>http://budaya-indonesia.org/Tais-Pet</ref>