Vihara Thay Hin Bio: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) k menambahkan Kategori:Vihara di Indonesia menggunakan HotCat |
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
||
(10 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox building
| building_name = Vihara Thai Hin Bio
| image =
| caption = Vihara Thai Hin Bio
| location = {{flagicon|Indonesia}} [[Bandar Lampung]], [[Indonesia]]
| address = Jalan Ikan Kakap, Kelurahan [[Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung]]
| latd=3 |latm=19 |lats=0.04 |latNS=S
| longd=114 |longm=35 |longs=39.91 |longEW=E
}}
'''Vihara Thai Hin Bio''' merupakan tempat [[ibadah]] [[umat]] [[Buddha]] [[Mahayana]] terbesar yang ada di [[Bandar Lampung]]. [[Vihara]] ini terletak di kawasan Kampung Pacinan Teluk Betung, Kelurahan [[Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung|Pesawahan]], kecamatan [[Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung|Teluk Betung Selatan]].
== Sejarah ==
Vihara Thay Hin Bio dulunya adalah sebuah cetiya . Sejarah panjangnya bermula ketika orang dari [[Tiongkok]] bernama Po Heng datang membawa patung Dewi Kwan Im pada tahun 1850. Patung tersebut
menarik perhatian masyarakat,
sehingga muncul gagasan untuk membangun tempat ibadah yang dapat digunakan bersama – sama.
Akhirnya, pada tahun yang sama, masyarakat sekitar bersama – sama membangun cettiya yang diberi nama '''Avalokiteswara'''. Cettiya Avalokiteswara dulu dibangun di tempat yang sekarang menjadi lokasi gudang agen. Karena banjir akibat letusan Krakatau tahun 1883, bangunannya rusak, sehingga patung sang Dewi harus dipindahkan. Pemindahan patung dilakukan oleh Po Heng. Ia membawa patung tersebut ke tempat yang disebut '''“tanjakan residen”'''. Tiga belas tahun kemudian yaitu pada 1896, cettiya yang baru didirikan di tempat ini.
Cetiya tersebut diberi nama '''Kuan Im Thing''' atau '''persinggahan Dewi Kuan Im'''.
Pembangunannya dibiayai oleh masyarakat. Mereka menggalang dana kemudian menyerahkannya pada Yayasan Mahopadi. Yayasan inilah yang kemudian membangun cettiya Kuan Im Thing. Tanggal 1 Oktober 1898, pemerintah [[Belanda]] mengeluarkan izin bangunan. Sejak itu, jalan di
depan cettiya disebut jalan
Kelenteng. Dua puluh satu tahun kemudian, tepatnya pada 1927, beberapa orang dikirim ke [[Tiongkok]] untuk memohon bhikhu atau biksu. Hal ini ditanggapi positif, Tiongkok mengutus Bhikhu Sek Te Thi
untuk mengajarkan Dharma [[Buddha]] dan membimbing upacara doa.
Kedatangan Bikkhu Sek Te Thi
menarik perhatian pengunjung. Dari waktu ke waktu jumlah pengunjung cettiya semakin banyak, sehingga bangunannya harus direnovasi.
Tahun 1963 cettiya Kwan Im Thing direnovasi. Renovasi selesai dilakukan tahun 1967, terhambat karena pemberontakan G30S / PKI
tahun 1965. Pasca renovasi, cettiya berganti nama menjadi '''Vihara Thay Hin Bio''' yang berarti '''vihara yang besar dan jaya'''.
<ref>[https://sepurdisbudparlampung.wordpress.com/2014/04/28/deskripsi-singkat-vihara-thay-hin-bio/ Sejarah Singkat Vihara Thai Hin Bio]</ref>
== Sekilas Tentang Vihara ==
'''Vihara Thai Hin Bio''' adalah vihara yang merupakan saksi sejarah peradaban bangsa Tionghoa di Teluk Betung, karena vihara ini merupakan yang tertua di Kota [[Bandar Lampung]], bahkan untuk Provinsi [[Lampung]]. Lokasinya, dekat dengan tempat perbelanjaan oleh-oleh di Telukbetung Selatan. Vihara Thay Hin Bio dibuat pada tahun 1850. Vihara yang sampai sekarang masih tetap berdiri tegak itu bukan hanya simbol biasa, melainkan dapat menceritakan peristiwa masa lalu. Berdirinya vihara merupakan salah satu tanda titik kemajuan perkembangan peradaban etnis China di Lampung. Stabilitas ekonomi, keamanan yang terjamin, pola hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, baik sesama etnis [[China]] maupun dengan masyarakat non etnis China.
Ada suatu perkampungan dalam kota yang betul-betul memiliki jumlah hunian terbesar etnis Tionghoa di Bandar Lampung. Warga setempat biasa menyebutnya Daerah Pecinan Teluk Betung. Kawasan itu membentang dari awal akses Pasar Pagi hingga berbatas dengan Kampung Palembang di arah selatan kota, Gudang Lelang Lama, Pasar Kangkung, dan wilayah Gudang Garam. Pemukiman etnis Tionghoa di Lampung jejaknya dapat ditelusuri di sekitar daerah Teluk Betung. Di Jalan Ikan Kakap misalnya, yang memang hampir sepanjang jalan berjejer pertokoan yang sebagian besar milik etnis [[Tionghoa]].
Menemukan Kampung Pecinan ini, tak sulit karena lokasinya masih menyatu dengan ibu kota provinsi. Dari Tanjungkarang bisa ditempuh hanya 15 menit dengan menumpang angkutan kota karena tak ada kemacetan. Jika dengan
Menilik Pecinan Teluk Betung, tak lepas dari sejarah peradaban kota Teluk Betung yang entah dimulai sejak kapan dan abad ke berapa. Yang pasti keberadaan etnis Tionghoa di wilayah Teluk Betung, sejalan dengan menggeliatnya kota ini sebagai kota tertua di Provinsi [[Lampung]].<ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Vihara di Indonesia}}
[[Kategori:Vihara di
[[Kategori:Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung]]
|