Sastra Pedalangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(30 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
▲[[Sastra]] pedalangan adalah rekabahasa [[dalang]] dalam pakeliran atau pergelaran [[wayang]]. Rekabahasa dalang tersebut adalah murwa atau pelungan, nyandra janturan dan pocapan, suluk , antawacana, sabetan, suara, dan tembang.
Suluk pembuka pakeliran wayang, dalam pedalangan [[Jawa Timur]] dikenal dengan istilah pelungan, di [[Jawa Tengah]] dikenal dengan istilah ilahengan, dan di [[Jawa Barat]] dikenal dengan istilah murwa. Di bawah ini adalah contoh murwa
▲==Murwa==
▲Suluk pembuka pakeliran wayang, dalam pedalangan [[Jawa Timur]] dikenal dengan istilah pelungan, di [[Jawa Tengah]] dikenal dengan istilah ilahengan, dan di [[Jawa Barat]] dikenal dengan istilah murwa. Di bawah ini adalah contoh murwa pendek:
:''Kotak kurawis wayang''
:''Lindu nira bumi bengkah''
:''Siskang danur wilis''
:''Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya''▼
:''Anwas anwar ngagelaraken''
:''Malih kang danur citra''
:''Nurcahya nursari nurjati''
:''Dangiang wayang wayanganipun''▼
:''Semar sana ya danar guling''▼
:''Basa sem pangangken-angken''
:''Wayang agung wineja wayang tunggal''▼
:''Wayang tunggal''▼
Ada juga murwa biasa digunakan oleh Maestro Bapa Dalang [[Asep Sunandar Sunarya]]
▲:Kembang sungsang binang kunang
"Mandra mandra winulan sastra tinuara panjange ngawuwus sinenggih kanda purwantara. Purwa hartosipun wiwitan, tara hartosipun carita. Carita ingkang dianggo bubukaning carita boten wenten malih kajabi ti salebeting karaton Nagara Maespati. Tawis nagara aman, subur makmur, gemah riph, loh jinawi, aman santosa kerta lan raharja. Ingon-ingon pada mulang kana kandangna sewang-sewangan..." dan seterusnya.
== Nyandra ==▼
▲:Adam adam babuh lawan
▲:Ingkang ngagelaraken cahya nur cahya
▲:Dangiang wayang wayanganipun
▲:Semar sana ya danar guling
▲:Mareng ngemaraken Dzat Kang Maha Tunggal
▲:Wayang agung wineja wayang tunggal
▲:Wayang tunggal
Nyandra adalah deskripsi adegan dengan menggunakan bahasa [[prosa]] pakeliran wayang. Ada dua jenis nyandra, yaitu janturan dan pocapan. Janturan adalah nyandra yang diiringi [[gamelan]]; sedangkan pocapan tidak diiringi gamelan. Di bawah ini adalah contoh nyandra gubahan Ki Harsono Siswocarito dari pedalangan Jawa Barat:
▲==Nyandra==
:Sinareng nira kenya pertangga, watri gumanti sang hyang latri kapundut ima-ima gambura kalawan ancala. Gambura itu awal, ancala di puncak gunung, si Walangtunggal pertanda cerita bertatahkan asta gangga wira tanu patra. Asta itu tangan, gangga itu air, wira itu mumpuni, tanu itu tinta, patra itu kata.
▲Nyandra adalah deskripsi adegan dengan menggunakan bahasa [[prosa]] pakeliran wayang. Ada dua jenis nyandra, yaitu janturan dan pocapan. Janturan adalah nyandra yang diiringi [[gamelan]]; sedangkan pocapan tidak diiringi gamelan. Di bawah ini adalah contoh nyandra gubahan Ki Harsono Siswocarito dari pedalangan Jawa Barat:
:Kata dan tinta dibuat aksara wilanjana wilanjani. Wilanjana itu abjad aksara Ha, wilanjani itu abjad aksara Alip. Aksara Alip disebar di belahan Barat, menjadi aksara tiga puluh, Alip ba ta sa. Jangan menamatkan aksara Alip, bukan tempatnya meng-urusi aksara Alip. Melenyapkan aksara Alip, mengeluarkan aksara Ha. Aksara Ha disebar di belahan Timur, jatuh di taanah Jawa, dibuat aksara kalih dasa, kalih dua,
▲:Sinareng nira kenya pertangga, watri gumanti sang hyang latri kapundut ima-ima gambura kalawan ancala. Gambura itu awal, ancala di puncak gunung, si Walangtunggal pertanda cerita bertatahkan asta gangga wira tanu patra. Asta itu tangan, gangga itu air, wira itu mumpuni, tanu itu tinta, patra itu kata.
▲:Kata dan tinta dibuat aksara wilanjana wilanjani. Wilanjana itu abjad aksara Ha, wilanjani itu abjad aksara Alip. Aksara Alip disebar di belahan Barat, menjadi aksara tiga puluh, Alip ba ta sa. Jangan menamatkan aksara Alip, bukan tempatnya meng-urusi aksara Alip. Melenyapkan aksara Alip, mengeluarkan aksara Ha. Aksara Ha disebar di belahan Timur, jatuh di taanah Jawa, dibuat aksara kalih dasa, kalih dua, dasa sepuluh, aksara dua puluh dibagi empat mazhab, yaitu:
:Ha na ca ra ka itu timur, da ta sa wa la itu selatan, pa da ja ya nya itu barat, ma ga ba ta nga itu utara. Ha na ca ra ka itu yang memerintah, da ta sa wa la itu yang diperintah, pa da ja ya nya itu buruk hatinya, ma ga ba ta nga itu tidak bisa disebut. Aksara sudah mati di sebelah utara.
Baris 38 ⟶ 41:
:Siapa yang menjadi raja? Sang raja duduk di kursi gading gilang kencana bermahkota binokasri bertatahkan permata. Memakai gelung gono, gelung gongsor, kelat bahu kempal dada, menyandang keris kiai Jagapati, pendok berukir ketumbar semebar, amar-amaran-nya sutra kuning, sutra putih, sutra hitam, sutra merah, dodot gresik wayang.
:Orang mendalang itu dora sembada, dora itu bohong, sembada itu pantas. Apa sebabnya menjadi pantas? Ada buktinya. Apa buktinya? Adanya wayang purwa. Wayang itu artinya bayangan, purwa itu permulaan. Hanya mengikuti alur terdahulu, merunut jejak lama, orang tua memulai, orang muda hanya melakukan.
:Hanya bedanya wayang dahulu kala diganti dengan golek. Apa artinya istilah golek, disenggol matinya tergeletak, mendongkol matanya melek. Tapi kata golek menurut bahasa Jawa artinya cari. Cari apanya, cari asal-usulnya, sebab golek itu tidak berbeda dengan manusia. Hus gegabah golek sampai disamakan dengan manusia. Bukankah golek itu kayu, diukir, dicet menjadi boneka. Kenapa boneka bisa bicara sendiri dan hidup? Golek itu usik tanpa usik, gerak tanpa gerak, karena golek dibicarakannya itu oleh dalang. Tidak merasa menjadi dalang, merasa juga mendalang, mendalangkan. Mendalangkan apa? Mendalangkan katanya. Pembaca mau mencari hiburan, lumayan daripada ngantuk.
:Gunung tanpa lereng tiada kera hitamnya. Yang panjang dibuat pendek, yang pendek diputuskan, sebat kang genjotan.
== Pocapan ==
Pocapan adalah nyandra yang tidak diiringi gamelan untuk menceritakan peristiwa dalam [[adegan]]. Di bawah ini adalah contoh pocapan dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya:
:''Padmanegara nyandak dua
:''Nanging tadige
== Suluk ==
Suluk adalah citra bahasa [[puisi]] yang dinyanyikan oleh ki dalang dalam pakeliran wayang. Dalam pakeliran gaya Surakarta, suluk terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu: pathetan, Sendon, dan ada-ada. Pathetan digunakan untuk menggambarkan suasana tenang, ''ayem.'' Dalang melagukan ''suluk pathetan'' dengan tenang, tidak terburu-buru, cengkok yang meliuk-liuk. Suluk pathetan diiringai alat musik rebab, gender, suling, gong. ''Sendon'' untuk menggambarkan kesedihan. Suasana sedih biasanya terasa melalui penggunaan nada-nada miring, misalnya nada ''ri'' (antara nada ''ro'' dengan nada ''lu'') Ada-ada untuk menggambarkan suasana semangat maupun marah. ''Suluk'' ''Ada-ada'' diiringai alat musik gender dan gong. Di bawah ini adalah contoh suluk dari pedalangan Jawa Barat.
:''Saur nira tandana panjang''
:''Sinenggih sabda ya uninga
:''Sabda ya uninga
:
:
:''Sabda uninga, wis
:Ulun layu dening sekti ala bakti dening asih▼
:''Ulun layu kaya teki''
:Ya ding asih▼
:Wong asih ora katara▼
▲:''Wong asih ora katara''
== Antawacana ==
Antawacana adalah [[dialog]] antar-tokoh wayang. Sedangkan antawacana antara tokoh wayang dengan nayaga, wirasuara, atau jurukawih dinamakan dialog samping (aside). Antawacana biasanya disampaikan setelah pocapan. Di bawah ini contoh dialog dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya:
:KRESNA: Eladalah, Yayi, Yayi
:
:KRESNA: Kakang Patih Udawa.
Baris 78 ⟶ 83:
:KRESNA: Marajeng ka payun calikna.
:
:KRESNA: Sembah Rayi ditampi kudua panangan kiwa kalawan tengen, disimpen di luhur dina embun-embunan, di handap dina pangkonan, dicatet dina tungtung emutan anu teu keuna kuowah gingsir.
== Sabetan ==
Sabetan adalah gerak wayang yang meliputi tarian, lakuan, dan lagaan. [[Tari]] wayang adalah gerak wayang yang diiringan nyanyian dan gamelan. Lakuan adalah gerak wayang yang hanya diiringan kecrek atau [[kendang]]. Sedangkan lagaan adalah gerak wayang dalam peperangan baik dengan iringan gamelan maupun hanya diiringi kecrek dan kendang.
Dasar gerakan wayang dalam tetekon pedalangan Sunda, meliputi: gejlig, gedut, keupat dan gedig. Serta tiap jenis tokoh wayang berbeda dalam memainkannya. Misalnya dalam gerakan tarian, golongan satria dimainkan dengan cara memegang tuding (gagang tangan wayang) dari belakang. Sedangkan untuk golongan ponggawa tuding dipegang dari depan.
==Suara==▼
Dalam tarian (ibingan) wayang, pamirig atau pengiring lagu juga berbeda untuk setiap tokoh. Misalnya tokoh cakil (dalam pedalangan Sunda) diiringi dengan lagu Bendrong. Ibingan satria diiringi oleh gending Gawil. Untuk punggawa, bisa dengan solontongan. Namun khusus untuk tokoh Gatotkaca harus dengan lagu Macan Ucul.
▲== Suara ==
Suara dapat berupa teriakan, jeritan, aduhan, tobatan, atau bunyi tiruan yang berupa onomatopia. Suara merupakan pelengkap sabetan lagaan. Di bawah ini adalah suara yang diambil dari lakonet Ki Harsono Siswocarito:
:“Grr-babo-babo, keparat! Hadapi aku Dityakala Badai-segara! Heh, konco-konco: Pragalba, Rambut Geni, Padas Gempal, Jurangrawah, Buta Ijo, Buta Terong, Buta Endog—ayo keroyok si perwira keparat itu!”
:“C’mon!” + “OK!” + “Move!”
:“Satu, dua, tiga! Ciat! Ciat! Ciiaatt!”—(Blaarr!)—“Aduh! Ahk! Khk!Klk!”—(Blug! Blug! Blug!)
:“Zuilah! Mampuz zemua!” + “Benal! Ayo lali, Mas!”(Jleg!)—“Brenti!”
== Tembang ==
[[Tembang]] adalah nyanyian yang dilantunkan oleh pesinden, wirasuara, atau dalang. Tembang pembuka pakeliran dilantunkan oleh [[pesinden]]. Tembang pengiring pakeliran dilantunkan oleh pesinden dan wirasuara. Tembang dalam adegan Limbukan dan Gara-gara dilantunkan oleh dalang yang berkolaborasi dengan pesinden atau bintang tamu. Di bawah ini adalh tembang pembuka dari pedalangan Jawa Barat:
Baris 101 ⟶ 110:
:Sampurasun dulur-dulur
:Nu aya di pilemburan
:Wilujeng patepang dangu
:Ti abdi saparakanca
:Ti abdi saparakanca
Baris 109 ⟶ 118:
:Pangbeberah duh kana manah
Sedangkan tembang berikut ini adalah yang dinyanyikan oleh dalang Dede Amung Sutarya dalam lakon Jaya Renyuan "''Lagu Nu
'''Lagu Nu Nguseup'''
==Mantra==▼
''Parung herang liar mijah<br>''
''Clom giriwil ari anclom ngagiriwil''<br>
''Mawa eupan rupa-rupa<br>''
''Clom kurunyud lamun anclom sok ngurunyud''<br>
''Plung kecemplung plung kecemplung''<br>
''Eupan teuleum kukumbul ambul-ambulans''<br>
''Kenur manteng jeujeur jeceng''<br>
''Leungeun lempeng panon mah naksir nu mandi''<br>
''Kop tah lauk mere dahareun''<br>
''Mangga mangga mangga geura tuang''<br>
''Geura raos ditanggung deudeuieun''<br>
''Mangga mangga ulah isin-isin''<br>
''Eupan cangkilung wungkul dilangkung''<br>
''Eupan papatong kalah dipelong''<br>
''Ku epan colek kalah ngadelek''<br>
''Lekcom lekcom panon belek nyambel oncom''
▲== Mantra ==
[[Mantra]] atau sastra mantra pedalangan ada dua kategori. Pertama, mantra yang berupa doa ki dalang dalam penyelenggaraan pakeliran. Kedua, mantra yang berupa rapalan tokoh wayang dalam mengeluarkan kesaktiannya. Contoh pertama berupa mantra pembuka pakeliran dari Mpu Tan Akung:
Baris 124 ⟶ 152:
:Salaksa wong serah nyawa
== Cerita ==
Cerita pedalangan bersumber pada cerita pakem, carangan,gubahan,dan sempalan. Sumber cerita pakem antara lain [[Mahabarata versi India]] , [[Ramayana]], [[Serat Pustaka Rajapurwa lakon wayang gagrak Surakarta]], [[Serat Purwakandha lakon wayang gagrak Yogjakarta]] untuk wayang purwa. Sedangkan untuk wayang madya dan wayang wasana bersumber pada cerita-cerita babad. Wayang wahyu bersumber pada cerinta-cerita
Sastra pedalangan tentu saja banyak ragamnya. Hal ini menunjukkan kebinekaan sastra pedalangan Indonesia. Ada pedalangan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Banjar, dan sebagainya.
== Statiun Televisi ==
[[Kompas TV Jawa Barat]]
[[CTV Banten]]
[[Kategori:Wayang]]
|