Seni Didong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Membatalkan suntingan oleh 103.108.20.102 (bicara) ke revisi terakhir oleh InternetArchiveBot: suntingan tidak membangun Tag: Pengembalian SWViewer [1.4] |
||
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{gabungke|Didong}}
'''Seni Didong''' adalah salah satu jenis kesenian tradisional masyarakat Gayo yang masih bertahan hingga zaman modren ini, mempunyai social interest yang tinggi dari setiap lapisan masyarakatnya. Kesenian Didong merupakan perpaduan antara seni tari dan seni suara dengan unsur sastra berupa syair-syair sebagai unsur utamanya, berkembang dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.<ref>#http://kuflet.com/2011/06/syair-seni-didong-sebagai-media-komunikasi-2/</ref>▼
{{Orphan|date=Oktober 2016}}
{{ref improve|date=Mei 2014}}
▲'''Seni Didong''' adalah salah satu jenis kesenian tradisional masyarakat Gayo yang masih bertahan hingga zaman modren ini, mempunyai social interest yang tinggi dari setiap lapisan masyarakatnya. Kesenian Didong merupakan
== Latar Belakang ==
Salah satu unsur kebudayaan yang sangat berperan dalam kehidupan manusia adalah kesenian. Kebudayaan, oleh Koentjaraningrat diartikan sebagai “budi” atau “akal”,sehingga tidak heran jika kemudian kebudayaan dan kesenian kerap dijadikan salah satu tolok ukur dan menjadi indikator untuk mengetahui tingkat peradaban suatu komunitas. Aktualisasi dan pengungkapan ekspresi kerap menggunakan media yang berbeda-beda, rasa keindahan diekspresikan melalui bentuk kesenian, baik seni tari, seni pahat, seni suara dan lain-lain sebagainya. Kesenian dalam kosmos peradaban manusia adalah suatu bentuk penyangga kebudayaan, agar kebudayaan tersebut tetap eksis di tengah masyarakat pemiliknya.
Baris 9 ⟶ 12:
Esensi komunikasi yang hakiki adalah bagaimana sebuah pesan dapat sampai kepada orang lain (komunikan), media yang digunakan untuk tercapainya hal tersebut ada bermacam macam. Dalam dunia modren penggunaan alat dan sarana komunikasi adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan untuk mengkomunikasikan pesan. Tetapi bagaimana sebuah komunikasi dapat berjalan sebagaimana mestinya jika alat dan sarana telekomunikasi tersebut justru tidak ada pada masayarakat tempo dulu. Jawabannya adalah bagaimana peran dan fungsi dari bagian unsur kebudayaannya dapat menjadi saluran komunikasi, meskipun hal tersebut hanya berlaku dalam lingkungan yang terbatas.
Kesenian menjadi media yang paling mudah dan mulus dalam
Dari sekian banyak kesenian tradisional sebagai bagian dari unsur kebudayaan yang ada di nusantara salah satunya adalah seni Didong, yaitu suatu kesenian yang merupakan perpaduan antara seni suara dengan sastra berupa syair-syair puisi sebagai unsur utamanya. Didong adalah suatu kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Gayo yang mendiami Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh.Kesenian yang paling mendominasi kebudayaan Gayo di antara jenis dan bentuk kesenian lainnya adalah seni Didong.
Sebagaimana ditulis oleh Thantawy R. bahwa seni Didong adalah satu macam kesenian yang sangat populer di kalangan masyarakat Gayo. Seni Didong adalah
Berdasarkan keberadaan dan peran seni Didong dalam membentuk budaya dan kehidupan sosial masyarakat dan keberagamaan, mejadi menarik untuk dibahas, terutama dari unsur pesan-pesan yang terkandung dalam syair-syairnya dan pemanfaatan kesenian tersebut sebagai [[media komunikasi]].
== Peran dan fungsi ==
Peran dan Fungsi yang luas dalam dinamika kehidupan sosial. Di antaranya adalah
# Sebagai media menyalurkan nilai-nilai estetika masyarakat.
# Sebagai media komunikasi antara pemerintah atau pemimpin dengan masyarakat, dan antara masyarakat dengan masyarakat sendiri.
# Sebagai media informasi dan penerangan untuk menyampaikan berbagai perkembangan dan program pembangunan, sejarah, pelestarian adat dan budaya serta bencana alam.
# Syair-syair seni Didong dari isi dan kandungan makna mempunyai konsistensi dan kecenderungan yang tinggi dalam mengkomunikasikan, menyampaikan pesa-pesan keislaman.
== Sejarah Syair, Seni Dan Didong. ==
Secara etimologis syair adalah karangan atau gubahan bersajak, puisi kata syair sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu “syu’ur” yang berpengertian sebagai “perasaan”, dengan ciri terdiri dari empat baris sebait kebanyakan berisi
Istilah lain yang sangat erat hubungannya dengan kata “syair” adalah kâtib, yang berarti penulis (penyair). Penggunaan kata kâtib merujuk pada banyak arti. Salah satu makna dasar dari kata tersebut adalah “penulis”. Kata itupun sering digunakan dalam arti penulis atau penyalin prosa yang indah, yang maknanya sejajar dengan istilah “nâsikh, atau warrâq’. Istilah lainnya adalah munsyi’ yang berarti seseorang yang menulis dan yang menciptakan sendiri karangannya. Karena itu untuk menyebutkan sesuatu kata atau istilah tidak berdasarkan penglihatan tetapi pendengaran, penyebutannya lebih tertakluk kepada sistem bunyi bahasa yang berkenaan, khususnya bahasa penuturan atau lisan. Justru itu syair atau ‘syi’ir disebut juga dengan sa’e’ atau ‘sa’ iyo’ dalam bahasa Melayu, ‘sayer’ dan ‘singir’ atau geguritan dalam bahasa Jawa.
Baris 33 ⟶ 36:
Syair bagi masyarakat Gayo yang menggunakan sastra lisan menyebutnya menjadi ‘syair’ atau ‘sa’er’, yaitu salah satu bentuk sastra lisan yang merupakan media komunikasi yang digunakan sesuai dengan ajaran dan kepercayaannya. Sementara itu kata syair dalam konteks ini adalah naskah teks yang bentuk tulisan maupun lisan yang bersumber dari kesenian Didong, yang bermuatan informasi, komunikasi, pesan, ajakan, seruan, penjelasan tentang sesuatu kepada masyarakat dengan maksud membawa kepada perubahan secara afektif maupun kognitif.
== Pendapat Ahli ==
Selanjunya prihal seni. Pengertian bidang ini demikian banyak sebagaimana yang dikemukakan oleh para filusuf seni, ahli estetika dan oleh seniman sendiri. Susanne K. Langer memberi batasan bahwa seni adalah istilah umum yang mencakup lukisan, musik, tari, sastra, drama, dan
Keterkaitan dengan syair sebagai media penyampaian pesan-pesan moral, Bachrum Bunyamin mengartikan seni sebagai hasil cipta yang mengandung nilai-nilai kebaikan dan keindahan yang menyenangkan. Suatu definisi yang lebih cermat, barang kali ialah bahwa sebuah karya seni adalah suatu bentuk tampak tersendiri yang dibentuk secara mahir dalam suatu pengungkapan atau perwujudan yang serasi mungkin dan dapat berdiri sendiri dari suatu gagasan, khayalan atau keinginan yang mengharukan.
Baris 40 ⟶ 43:
Namun kemudian secara umum orang berpendapat bahwa kesenian adalah hasil ekspresi manusia akan keindahan, meski tidak semua hasil karya seni dapat dikatakan demikian. Karena ada karya seni yang lebih mengutamakan pesan budaya yang mengadung unsur-unsur sistem budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa dengan kesenian masyarakat yang bersangkutan bermaksud menjawab atau menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi kebutuhan atau mencapai suatu tujuan bersama, seperti kemungkaran, persatuan, kemuliaan, kebahagiaan dan rasa aman berhubungan dengan yang gaib (supranatural) dan lain-lain. Kesenian sebagai hasil ekspresi keindahan yang mengandung pesan budaya terwujud dalam bermacam-macam bentuk, seperti seni lukis, seni patung, seni sastra, seni tari, seni vokal, seni musik dan seni drama.
Berikutnya pengertian Didong, dalam masyarakat Gayo secara etimologis Didong belum mempunyai pengertian yang jelas.Namun salah seorang pelaku kesenian ini Sali Gobal dalam sebuah karyanya yang berjudul “Didong” secara implisit dan eksplisit menerangkan pengertian dari kesenian ini sendiri lebih cenderung kepada pengertian “dendang” secara khusus dan berpengertian sebagai “nyanyian” secara umum. Hal tersebut dapat kita simak dalam kutipan syair berikut
Didong didong didong do didong ni
Baris 56 ⟶ 59:
Didong denang didong denang kudendang.
Secara umum kesenian Didong adalah
Adapun penambahan kata “Gayo” di depan kata “Didong” menjadi “Didong Gayo” adalah
== Sistem Pertandingan Seni Didong ==
Kesenian Didong dipertandingkan antara dua kelompok kesenian dalam waktu semalam suntuk, biasanya diadakan pada malam hari. Tiap-tiap kelompok terdiri dari 30 sampai 40 orang, dalam penampilan mereka duduk bersila membentuk lingkaran dengan bantal kecil sebagai pengganti alat musik pengiring. Setiap kelompok kesenian dipimpin oleh satu sampai tiga orang yang disebut dengan Ceh (penyair), yang ahli dalam menuturkan dan melantunkan sastra Gayo dalam bentuk syair-syair puisi dan lagu. Di samping itu Ceh (penyair) mempunyai keahlian dan kemampuan dalam menyusun kalimat syair baik melalui persiapan maupun secara spontan.
Baris 68 ⟶ 71:
Dalam setiap penampilan atau pertunjukkan, masing-masing kelompok diberi waktu selama 30 menit secara bergantian sepanjang malam. Kedua kelompok kesenian akan saling beradu syair dan puisi, inilah yang merupakan inti serta daya tarik dari kesenian Didong. Selain dalam bentuk pertandingan, kesenian ini juga kerap dipentaskan dan dipertontonkan dalam acara-acara tertentu.
Sebagai suatu kesenian yang sangat digemari oleh masyarakatnya dengan syair-syair puisi sebagai unsur utamanya, maka pada masa penjajahan Belanda kesenian ini telah dimanfaatkan untuk membangkitkan rasa fanatisme kelompok, kampung dan suku guna mendukung politik pecah belah (defide et empra). Syair-syair dan puisi dalam Didong yang pada awalnya berisi petuah-petuah,
Karena adanya pengaruh dan kepentingan kolonial, maka dalam perkembangan selanjutnya kesenian ini telah mengalami pembaharuan-pembaharuan. Baik dari segi peran dan fungsi, isi syair puisi serta tema-tema karangan. Pembaharuan itu dapat dilihat dalam beberapa periode perkembangan dari seni Didong.Setidaknya ada empat priodeisisasi, kesemuanya pada akhirnya berhenti pada eksistensisnya sebagai sebuah kesenian tradisional dengan syair pusi sebagai unsur utama. Dimana pada priode tarkahir jenis kesenian ini telah menjadi media komunikasi dan saluran silaturahmi antar masyarakat, menjadi mediator antara pemerintah dan pemimpin dangan rakyat. Di samping itu seni Didong juga merupakan sumber nilai dalam budaya Gayo.
== Syair Seni Didong Sebagai Media Komunikasi ==
Setiap orang senantiasa berkomunikasi kepada sesama manusia, termasuk juga kepada Tuhannya. Senada dengan itu para pakar mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menghindar untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah kodrat bagi manusia. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda, bersuku-suku bangsa untuk saling mengenal. Dari proses saling mengenal inilah terjadi komunikasi antar manusia. Ketika manusia memohon do’a, terjadilah komunikasi transenden.
Komunikasi
Kesenian dengan syair sebagai bagian terpenting di dalamnya, sebagai media komunikasi berisi penyampaian pesan-pesan, diakui pula oleh Azwar AN, bahwa sebenarnya dakwah atau penyampaian pesan-pesan melalui seni adalah hal yang tepat. Alasan tersebut menurut Azwar AN lebih di dasarkan atas; karena seni mempunyai
▲Kesenian dengan syair sebagai bagian terpenting di dalamnya, sebagai media komunikasi berisi penyampaian pesan-pesan, diakui pula oleh Azwar AN, bahwa sebenarnya dakwah atau penyampaian pesan-pesan melalui seni adalah hal yang tepat. Alasan tersebut menurut Azwar AN lebih di dasarkan atas; karena seni mempunyai kaedah tersendiri, tidak menggurui tetapi dapat menyentuh hati nurani dan logika, etika seni dalam kaitan ini mencerminkan perilaku dan moral, tata aturan hukum, dan ditambah pula dengan pesan-pesan yang memberikan dorongan kepada manusia untuk selalu meningkatkan perwujudan akhlak mulia dalam kehidupan.
Selain itu seni bertujuan menimbulkan kesenangan yang bersifat estetik dan menurut konsepsi Islam harus dipadukan dengan etika. Tertariknya manusia kepada keindahan, dimanfaatkan oleh seniman agar karyanya mendapat respons oleh masyarakat selaku penikmat sekaligus audiens. Kalau seni mengandung daya tarik mengapa tidak dimanfaatkan dalam dakwah, sehingga penyampaian pesan dari (komunikator) mendapat respons positif dari khalayak (audience).
Baris 96 ⟶ 98:
Keberadaan teknologi komunikasi seperti televisi, koran dan radio yang belum menyentuh sebagian besar masyarakat, terutama yang berada di pedalaman dan jauh dari Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten memposisikan Didong melalui syair-syairnya sebagai satu-satunya media yang mampu mengkomunikasikan berbagai hal kepada masyarakat luas. Disaat media komunikasi tersebut belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, di tengah kenyataan minat baca masyarakat yang sangat rendah, di antara sela itulah Didong tampil mengkomunikasikan dan mewartakan informasi dan kejadian-kejadian aktual dan faktual.
== Manfaat ==
* Sebagai Hikmah dan Pembelajaran
Bencana gempa dan gelombang raya Tsunami pada tanggal 24 Desember 2004 yang menerjang Banda Aceh dan sepanjang pesisir Serambi Mekah itu diinformasikan keberbagai pelosok pedalaman dan dataran tinggi Gayo melalui syair-syair Didong. Tema yang menjadi sorotan syair seni Didong yang dikaitkan langsung dengan komunikasi adalah menyangkut bencana alam gempa dan gelombang Tsunami,dan
Cerminan syair-syair dari ketiga isu tersebut dapat kita simak dalam kutipan di bawah ini:
Baris 121 ⟶ 123:
Melalui syair-syair yang berisi pesan keislaman tersebut, seni Didong berusaha mengingatkan manusia yang terkena bencana untuk tetap optimis dalam menjalankan kehidupan, jangan berlarut-larut dalam kesedihan serta seruan untuk tetap tabah dan sabar dalam segala hal. Pesan-pesan ini di tampilkan dalam bait-bait syair dengan susunan kata dan gaya bahasa yang menyentuh.
* Sebagai Hiburan
Pemadatan pesan komunikasi dan makna melalui syair pun demikian kentara, sehingga setiap pendengar yang menyimak lantunan syair seni Didong ini didendangkan dengan sendunya, membutuhkan daya apresiasi dan daya tangkap tersendiri dalam menyimak. Tanpa proses tersebut inti komunikasi yang disampaikan oleh para aktor pendendang (Ceh) tidak akan sampai pada
Komunikasi informasi dan dakwah dalam beberapa syair tampak disatukan secara langsung dan memadai sebagai sebuah proses transfer nilai, hal tersebut dapat disimak dalam kutipan syair berikut
Engon sareh panang nyata
Baris 138 ⟶ 140:
Kite gere ne mera salah jelen
Terjemahannya
Lihat jelas dipandang nyata
Baris 156 ⟶ 158:
Syair tersebut juga menjadi alat tunjuk dalam mengkomunikasikan pesan yang disampaikan dengan kalimat bernuansa seruan, sekaligus sebagai kalimat perintah dan kesaksian; engon jela panang nyata (lihat jelas dipandang nyata). Kemudian juga menyodorkan fakta; ku kute Banda sawah ujien (ke kota Banda tiba ujian), dua bait berikutnya adalah penafsiran dari bait-bait sebelumnya yang menjadi inti dari pesan komunikasi; gempa Tsunami munemah makna munarah ni jema kati berimen (gempa Tsunami membawa makna mengarahkan manusia agar beriman).
* Gambaran tanda-tanda Kekuasaan
Pada syair lainnya, seni Didong juga memberi gambaran bahwa tanda-tanda kekuasaan dari pencipta telah sedemikan nyata di gambarkan ke kehadapan penglihatan mata berupa bencana, pada bait berikutnya juga mengingatkan agar manusia berbenah dan kembali menata kehidupan sendiri tanpa menunggu bantuan dari pihak lain. Manusia disarankan untuk bangkit dari bencana dan kehilangan harta benda, tanpa menempatkan diri sebagai orang yang menerima bantuan, mental pengemis dan ingin dibelaskasihani. Konsep “harga diri” dan konsep untuk
So bele nge teridah ku mata
Baris 163 ⟶ 165:
Tuhenpe gere murubah nasipte
tekecuali kegere kite kin dirinte munetahie
Terjemahannya
Itu bencana sudah tampak di depan mata
wahai umat di atas dunia berubahlah kita
Tuhanpun tidak
terkecuali kalau tidak diri kita sendiri
Sebagian dari isi syair tersebut sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini
Guru munejer urum perasaen
Sekalipun guru ara muhalangen
Baris 201 ⟶ 202:
Dari segi komukasi dakwah, muatan dan isi syair bukan lagi menjadi sarana hiburan sebagai sebuah kesenian. Tetapi telah menjadi media penyampaian informasi dan pesan yang bersifat memotivasi, mendukung dan mengarahkan orang banyak kepada kebaikan, baik secara individual maupun sebagai bagian dari komunitas masyarakat.
* Sebagai Media Silaturahmi
Demikian juga seni Didong sebagai media silaturrahmi, kesenian ini menjadi wahana pertemuan bagi masyarakat dari berbagai kampung dan pelosok yang sengaja datang berduyun-duyun ke tempat pertunjukkan. Di tempat itu mereka bertemu dan saling menyapa antara sesama dan dengan sanak saudara dari kampung lain. Fenomena ini selanjutnya menjadikan seni Didong sebagai media komunikasi massa, yang mampu menghadirkan banyak orang dalam satu tempat.
Baris 208 ⟶ 209:
Dalam ruang lingkup sosiologi komunikasi, seni Didong dapat digolongkan kepada social inter action, yaitu penyebar luasan informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seorang atau kelompok kepada yang lain, terutama melalui simbol-simbol dan pesan-pesan.Karena ruang lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan subtansi interaksi sosial orang-orang dalam masyarakat; termasuk konteks interaksi komunikasi yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media.
== Referensi ==▼
▲==Referensi==
<references/>
== Pranala luar ==
# http://indonesiabox.org/didong/
[[Kategori:
[[Kategori:
|