Elisabeth Inandiak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib) Artikel baru |
k +{{Authority control}} |
||
(20 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Eli Inandiak DSC 1611s.jpg|jmpl|180px|Elisabeth Inandiak (2015).]]
'''
Karya monumentalnya adalah penerjemahan ''[[Serat Centhini]]'' (karya sastra Jawa yang kental dengan perbincangan religius dan erotisme) ke dalam [[bahasa
Sebenarnya, novel Serat Centhini adalah pengulangan dari novel lama, yang ditulis pada sekitar tahun 1800an. Serat Centhini yang mulai ditulis pada tahun 1814 – 1823 oleh Putera Mahkota Kerajaan Surakarta, Adipati Anom Amangkunagara III (Sunan Paku Buwana V) merupakan sebuah karya sastra besar di dunia. Setelah menjadi Raja Surakarta, Sunan Paku Buwana V mengutus tiga pujangga keraton yaitu Ranggasutrasna, Yasadipura II (Ranggawarsita I), dan Sastradipura untuk meneruskan membuat cerita tentang tanah Jawa melalui tembang-tembang Jawa. Hal ini sesuai dengan pernyataannya, ketika ia sedang berada di Yogyakarta, bahwa Serat Centhini adalah salah satu karya sastra terbesar di dunia yang keberadaannya mulai terancam sirna. Untuk itulah dia tertarik untuk menyadurnya ke dalam bahasa Prancis.<ref>[http://www.porospos.com/index.php/2017/02/15/profil-tokoh-elisabeth-inandiak/"Profil Tokoh: Elisabeth Inandiak"]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
==Kepustakaan==▼
Karya [[prosa]] yang diterbitkan pada tahun 2016 adalah ''Babad Ngalor Ngidul'' (berbahasa Indonesia), yang secara bersamaan juga diterbitkan dalam [[bahasa Prancis]] berjudul ''Tohu-Bohu''. Kisahnya bercerita mengenai kejadian seputar [[Letusan Merapi 2010|letusan Gunung Merapi tahun 2010]].
▲== Kepustakaan ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Indonesianis]]
[[Kategori:Sastrawan
[[Kategori:Sastra Jawa]]
|