Teleologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k +{{Authority control}} |
||
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Teleologi''' berasal dari akar kata Yunani ''[[wikt:τέλος|τέλος]]'', '''telos''', yang berarti ''akhir, tujuan, maksud'', dan ''[[Wiktionary:λόγος|λόγος]]'', '''logos''', ''perkataan''.<ref name="Napel">Henk ten Napel.2009, Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 306.</ref> Teleologi adalah ajaran yang menerangkan bahwa segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.<ref name="Napel"/><ref name="Soedarmo">Drs. R. Soedarmo.2010, Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 93.</ref> Istilah teleologi dikemukakan oleh [[Christian Wolff]], seorang [[filsuf]] [[Jerman]] [[abad ke-18]].<ref name="Bagus">Lorens Bagus.2000, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hlm. 1085.</ref><ref name="Audi">Robert Audi.1995, The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 859.</ref> Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.<ref name="Bagus"/> Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah.<ref name="Bush">Russ Bush.1994, A Handbook for Christian Philosophy. USA: Zondervan Publishing House. Hlm. 312.</ref>
▲[[image:Christian Wolff.jpg|thumb|right|150px|Christian Wolff]]
▲'''Teleologi''' berasal dari akar kata Yunani ''[[wikt:τέλος|τέλος]]'', '''telos''', yang berarti ''akhir, tujuan, maksud'', dan ''[[Wiktionary:λόγος|λόγος]]'', '''logos''', ''perkataan''.<ref name="Napel">Henk ten Napel.2009, Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 306.</ref> Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.<ref name="Napel"/><ref name="Soedarmo">Drs. R. Soedarmo.2010, Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 93.</ref> Istilah teleologi dikemukakan oleh [[Christian Wolff]], seorang [[filsuf]] [[Jerman]] [[abad ke-18]].<ref name="Bagus">Lorens Bagus.2000, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hlm. 1085.</ref><ref name="Audi">Robert Audi.1995, The Cambridge Dictionary of Philosophy. United Kingdom: Cambridge University Press. Hlm. 859.</ref> Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.<ref name="Bagus"/> Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah.<ref name="Bush">Russ Bush.1994, A Handbook for Christian Philosophy. USA: Zondervan Publishing House. Hlm. 312.</ref> Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan "kebijaksanaan" objektif di luar [[manusia]].<ref name="Bagus"/>
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan.<ref name="Eka">Eka Darmaputera.1993, Etika Sederhana untuk Semua, Perkenalan Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 11-4.</ref>
== Tokoh ==▼
Pandangan [[Plato]] tentang pencapaian hidup yang baik tidak lepas dari teorinya mengenai jiwa dan ide-ide.
▲==Etika Teleologis==
[[Aristoteles]] menegaskan "kebahagiaan adalah sesuatu yang final, serba cukup pada dirinya, dan tujuan dari segala tindakan...".<ref name="Eka"/> Dengan demikian, semua tindakan yang bertujuan untuk membahagiakan orang lain atau diri sendiri dikatakan baik.<ref name="Eka"/>▼
▲Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan.<ref name="Eka">Eka Darmaputera.1993, Etika Sederhana untuk Semua, Perkenalan Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 11-4.</ref> Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan [[deontologi]].<ref name="Eka"/> Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya.<ref name="Eka"/> Dalam [[deontologi]], kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah.<ref name="Eka"/> Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan baik dan jahat.<ref name="Eka"/> Ketika hukum memegang peranan penting dalam deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya.<ref name="Eka"/> Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.<ref name="Eka"/> Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat.<ref name="Eka"/> Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.<ref name="Eka"/> Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara.<ref name="Eka"/> Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum.<ref name="Eka"/> Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah dari [[deontologis]].{{fact}} Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar" dan "salah".<ref name="Eka"/>. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".<ref name="Eka"/>
[[Filsuf]] sekaligus [[teolog]]
== Penggolongan Teleologi ==
'''Hedonisme'''
[[Hedonisme]] mengorientasikan "kesenangan" sebagai hal terbaik bagi manusia.<ref name="Bertens">Dr. K. Bertens.2000, Etika. Jakarta: Gramedia. Hlm. 235-254.</ref>
▲==Tokoh==
▲'''Plato'''
'''Eudaimonisme'''
▲Pandangan [[Plato]] tentang pencapaian hidup yang baik tidak lepas dari teorinya mengenai jiwa dan ide-ide. <ref name="Simon">Simon Petrus Tjahjadi.2004, Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 55-6.</ref> Untuk mencapai kebahagiaan, jiwa manusia harus sampai kepada dunia ide-ide.<ref name="Simon"/> Hal ini hanya bisa terjadi dengan cara pengandalan rasio atau akal budi.<ref name="Simon"/>
Paham teleologis ini menegaskan bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan ''(eudaimonia)''.<ref name="Bertens"/>
▲'''Aristoteles'''
'''Utilitarianisme'''
▲[[Aristoteles]] menegaskan "kebahagiaan adalah sesuatu yang final, serba cukup pada dirinya, dan tujuan dari segala tindakan...".<ref name="Eka"/> Dengan demikian, semua tindakan yang bertujuan untuk membahagiakan orang lain atau diri sendiri dikatakan baik.<ref name="Eka"/>
Dalam [[Utilitarianisme]], tujuan perbuatan-perbuatan moral adalah memaksimalkan kegunaan atau kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang.<ref name="Bertens"/>
▲'''Thomas Aquinas'''
== Referensi ==▼
▲[[Filsuf]] sekaligus [[teolog]] ini menegaskan bahwa Allah adalah "tujuan" dari segala sesuatu.<ref name="Eka"/> Dengan demikian, segala sesuatu yang berorientasi kepada Allah dikatakan "baik", dan segala sesuatu yang tertuju di luar Allah dikatakan "jahat".<ref name="Eka"/>
▲==Referensi==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Etika]]
Baris 30 ⟶ 37:
[[Kategori:Historiografi]]
[[Kategori:Kristen]]
|