Pada awal pendiriannya, Rikuyu Sokyoku dihadapkan pada permasalahan serius yang harus segera ditangani. Adapun permasalahan yang dihadapi yaitu, Rikuyu Sokyoku menerima laporan dari Gunseikanbu bahwa terdapat 46 jembatan kereta api, beberapa bangunan stasiun dan bengkel kereta api yang telah dihancurkan Belanda. Serta ada sabotase di beberapa jalur kereta api yang menuju pelabuhan, seperti di Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Cilacap yang sebagian besar turut dihancurkan. Akhirnya, mau tidak mau Rikuyu Sokyoku harus memperbaiki berbagai sarana dan prasarana perkeretaapian yang mengalami kerusakan tersebut.
== [[Poerwodadie–Goendih Stoomtram Maatschappij]] ==
Perkembangan sejarah perkeretaapian di daerah Purwodadi awalnya didasarkan atas permohonan izin dan konsesi jalur trem uap sepanjang 17 km membentang dari Purwodadi sampai Gundih yang dimiliki [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]] oleh G. Klaij, administrator perusahaan kayu "Sepreh" pada tanggal 28 Juni 1882. Satu-satunya tujuan adalah untuk mengangkut kayu, sehingga pemohon konsesi sebenarnya tidak meminta apa pun kecuali konsesi untuk satu pekerjaan industri. Menanggapi hal itu, H.G. Derx, direktur [[Staatsspoorwegen|SS]], memnyarankan agar jalur trem ini dapat menjadi fasilitas publik. Sehingga lalu lintas barang dan penumpang berjalan dengan baik dan tetap mendapat keuntungan.
Permohonan izin dan konsesi yang diajukan pun akhirnya dikabulkan dengan dikeluarkannya Keputusan Pemerintah tertanggal 8 Februari 1883. Pembangunan jalur trem uap Purwodadi–Gundih dimulai pada 6 Februari 1884 sampai 28 November 1884 dengan menelan biaya sebesar 10.000 gulden. Pembangunan jalur pun dimulai dengan segera. Pada tanggal 28 November 1884 lintas Purwodadi–Gundih milik PGSM telah dibuka menyusul izin pembukaan yang telah diberikan berdasarkan Keputusan Pemerintah tertanggal 19 November 1884 No. 2.
Selama beroperasinya, tidak banyak data dan informasi terkait perusahaan trem ini. Meskipun demikian, Steven Anne Reitsma tetap menemukan secercah informasi mengenai PGSM. Menurutnya, pada Laporan Kolonial edisi tahun 1885 terdapat informasi bahwa PGSM mengelola jaringan rel sepanjang 17,113 km. Sedangkan lokasi pemberhentian kereta apinya didirikan di Purwodadi, Toroh, sampai [[Stasiun Gundih]] milik [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij|NISM]].
Dihitung per 1 Januari 1886, tidak ada informasi yang didapatkan mengenai lalu lintas perjalanan kereta api milik PGSM. Namun, dari hasil penghitungan nilai aset dan kekayaannya, pada tahun 1886 PGSM diketahui mempunyai jaringan rel, armada atau ''rolling stock'', bangunan, dan peralatan yang ditaksir bernilai NLG 500.000.
Sementara itu, [[Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij]] (SJS) memandang bahwa daerah [[Grobogan|Purwodadi]] memiliki potensi yang cukup gemilang apabila dikembangkan dengan menambahkan moda transportasi berbasis rel. SJS memiliki minat yang cukup serius untuk ikut andil dalam mengembangkan moda transportasi berbasis rel di [[Grobogan|Purwodadi]]. Langkah selanjutnya, SJS mengajukan hak konsesi untuk membangun dan mengoperasikan jalur trem uap dari Demak ke Purwodadi sampai Wirosari kepada Pemerintah Kolonial. Permintaan SJS pun dikabulkan. Dengan terbitnya Keputusan Pemerintah tertanggal 10 September 1887 No. 1/C, SJS mendapatkan konsesi untuk membangun serta mengoperasikan lintas cabang baru dari Demak ke Purwodadi sampai Wirosari. Lalu lintas Demak–Godong dibuka pada 15 November 1888, Godong–Purwodadi dibuka pada 1 April 1889 dan sisanya Purwodadi–Wirosari pada 1 Oktober 1889 telah dibuka untuk lalu lintas umum. SJS juga memandang bahwa lintas [[Jalur kereta api Purwodadi–Gundih|Purwodadi–Gundih]] milik PGSM dirasa penting karena dapat mengkoneksikan lintas cabangnya.
== Referensi ==
|