Masjid Babul Chair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
 
(9 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Masjid Babul Chair''' adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di [[Kabupaten Ketapang]], [[Kalimantan Barat]], tepatnya di kelurahan [[Tengah, Delta Pawan, Ketapang|Tengah]], kecamatan [[Delta Pawan, Ketapang|Delta Pawan]].<ref name="Babul Chair 1">[http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=6146 Pontianak Post - Menelusuri Masjid-Masjid Tua di Ketapang. 19 September 2008]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Nama Babul Chair memang tak asing lagi bagi masyarakat Kota Ketapang. Maklum, keberadaannya yang persis berada di tengah-tengah Kota Ketapang, di tengah hiruk pikuk serta kesibukan masyarakat di pusat Kota Ale-Ale. Keberadaannya bak menjadi saksi pergantian waktu yang terjadi di Kota Ketapang pada perkembangannya. Setiap waktu masyarakat di sekitar Kota Ketapang, akan selalu dapat melihat serta mendengar lantunan azan dari bangunan bersejarah tersebut. Masjid ini dipercaya masyarakat di kawasan utara sebagai yang tertua setelah [[Masjid At-Taqwa Ketapang|Masjid Jamik Kerajaan Matan]] di Kelurahan [[Kauman, Benua Kayong, Ketapang|Kauman]].<ref name="Babul Chair 1"/>
 
== Sejarah ==
Berdasarkan cerita yang diungkapkan H Amri Has, ketua Masjid Babul Chair, masjid ini terbangun atas prakarsa beberapa tokoh agama di kawasan [[Matan Hilir Utara, Ketapang|Matan Hilir Utara]]. Masyarakat di kawasan seberang kota lama [[Kerajaan Matan]] ini, dipada masa lalu jika hendak bersembahyang Jumat, harus menyeberang ke Kampung Kaum. Maklum, masjid satu-satunya pada saat itu hanya berada di Kampung Kaum (Kelurahan [[Kauman, Benua Kayong, Ketapang|Kauman]] saat ini).<ref name="Babul Chair 2"/>. Ke sanalah seluruh masyarakat Ketapang yang hendak melaksanakan Salat Jumat pada setiap Hari Jumat.
 
Akhirnya karena merasa keberatan untuk selalu menyeberang pada setiap pelaksanaan Ibadah Jumat, masyarakat di kawasan Kecamatan [[Delta Pawan, Ketapang|Delta Pawan]], [[Muara Pawan, Ketapang|Muara Pawan]], dan [[Matan Hilir Utara, Ketapang|Matan Hilir Utara]] saat ini bersepakat membangun sebuah masjid. Masjid yang ada sebetulnya kelanjutan dari sebuah [[surau]] yang dibangun di depan lokasi pemotongan sapi saat ini, tidak jauh dari lokasi '''Masjid Babul Chair'''.
 
Entah dengan siapa perizinan kemudian diajukan, kemudian pada [[1948]] dimulai pembangunan masjid tersebut. Lokasinya dipilih tepat di pinggir Jalan Darussalam, atau saat ini dikenal sebagai Jalan MT Haryono. Ketika itu diungkapkan Amri, Jalan Darussalam merupakan jalan pengerasan berupa tanah yang dilapisi kulit ale-ale. Masa ini merupakan masa peralihan, setelah kekosongan pemerintahan di Kerajaan Matan pada 1943, ketika Panembahan Gusti Muhammad Saunan ditangkap bala tentara Jepang dan tidak kembali sampai kini. Tahun 1948 merupakan tahun pemerintahan [[Kerajaan Matan]] di bawah Majelis Pemerintahan Kerajaan Matan. Amri sendiri lebih senang menyebut masa itu sebagai Jamanzaman NICA, sehingga bisa jadi perijinanperizinan untuk pembangunan rumah ibadah juga tak terlepas dari mereka. Meskipun sejarah mencatat masa 1948, Kerajaan Matan dipimpin tiga pangeran untuk mengatur pemerintahan. Mereka adalah [[Uti Halil]] bergelar ''Pangeran Mangku Negara'', [[Uti Aplah]] bergelar ''Pangeran Adipati'', serta [[Uti Kencana]] bergelar ''Pangeran Anom Laksamana''. Mereka inilah yang disebut Majelis Pemerintahan Kerajaan Matan.
 
Beberapa tokoh yang masih diingat sebagai yang berjasa dalam pembangunan [[masjid]] tersebut seperti H. Hasan Zulkifli, H. Abdussamad, Asri, Asri Yatim, serta Sabran, kepada Kampung Kantor saat itu. Mereka kemudian bersama-sama memulai pembangunan masjid yang dikerjakan secara bertahap. Masjid itu sendiri selesai dikerjakan pada [[1953]] dan diresmikanlah penggunaannya untuk pelaksanaan Salat Jumat. Amri menyebut papan nama pada bagian depan masjid sampai saat ini belum mengalami pergantian.
 
Sementara beberapa bagian lain dari masjid memang telah banyak yang berubah, terkecuali empat tiang penyangga di tengah-tengah masjid. Sayangnya keaslian dari empat tiang tersebut telah terbungkus papan-papan yang terhias sedemikian rupa. Kubah bangunan tersebut sebetulnya, dikatakan Amri, juga masih asli. Keberadaannya telah sedikit ditinggikan, sehingga ruang dalam masjid terasa lebih besar. Sejak diresmikan, kemudian ditunjuklah H Hasan Zulkifli sebagai imam pada masjid tersebut. Masjid ini kemudian menjadi tempat yang didatangi jamaah dari kawasan utara Kota Ketapang, pada saat itu. Mereka tidak perlu lagi menyeberang ke Kampung Kaum hanya untuk melaksanakan [[Salat Jumat]].<ref name="Babul Chair 2">[http://riautourism.net/id/news.php?a=YUhlTC8g= Wisata Melayu - Profil Masjid Babul Chair]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>. Kini masjid tersebut berperan sebagai tempat beribadah bagi mereka yang disibukkan dengan hiruk pikuk sentra perekonomian di tengah-tengah Kota Ketapang. Keberadaannya cukup menyejukkan di tengah masyarakat yang tengah larut dengan kesibukan duniawinya masing-masing.<ref name="Babul Chair 1"/>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Masjid di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Babul Chair}}
 
{{DEFAULTSORT:Babul Chair}}
[[Kategori:Masjid di Kalimantan Barat]]
[[Kategori:Kabupaten Ketapang]]