Merah Putih di Old Trafford: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 25:
 
== Sinopsis ==
Merah Putih di Old Trafford menceritakan tentang sepak terjang pemain sepak bola belia asal [[Bekasi]] bernama [[Hanif Abdurrauf Sjahbandi]] yang belajar sepak bola di [[Manchester United]], [[Inggris]].<ref>http://rumahdunia.org/index.php/news-18/44-rb3/145-belajar-semangat-dari-qmerah-putih-di-old-traffordq{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>. Semasa kecilnya Hanif selalu berkeliaran kesana-kemari menyusuri setiap ruangan yang ada dirumahnya. Untuk mengatasi tingkahlaku Hanif, ayahnya yang beranama bapak Rony mengajaknya kesebuah arena bermain anak dikawasan pondok indah. Berbagai fasilitas permainan anak-anak ada disana, tetapi permainan yang paling menyedot perhatian Hanif hanyalah wahana mandi bola. Sejam berlalu pak Rony mulai jenuh karena ajakannya tidak ditanggapi sedikitpun, tiba-tiba pak Rony menemukan sebuah ide untuk mengajak Hanif membeli sebuah bola. Ternyata ide tersebut berjalalan sempurna, Hanif langsung menanggapi ajakan ayahnya untuk membeli sebuah bola. Kemudian, pak Rony segera membawa Hanif untuk membeli sebuah bola sepak. Siapa sangka bahwa inisiatif pak Rony untuk membelikan Hanif sebuah bola sepak menimbulkan perubahan bagi keluarganya, khususnya Hanif.
 
Ketika suatu hari Hanif mengikuti pertandingan sepak bola antar TK sekecamatan di komplek jati asih. Ibunya yang bernama bu Tia merasa gelisah, ia ingin menyaksikan Hanif yang sedang bertanding sepak bola. Seperti biasa, Hanif begitu antusias ketika bersinggungan dengan bola. Dalam pertandingan pertamanya ini, ia belum mengenal yang namanya peratuaran bermain sepak bola, ia hanya tahu bola itu wajib ditendang kesebuah gawang, tak peduli gawang siapapun. Ketika Hanif menendang bola kegawangnya sendiri, alias melakukan gol bunuh diri, ia tidak terpekur seperti para pemain bola dilapangan hijau, tetapi sebaliknya ia malah bersorak riang gembira. Tawa pun meledak dari para guru, penonton dan juga kedua orangtuanya yang baru datang.