Simbol-simbol liturgi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k memindahkan Simbol-simbol liturgi ke Simbol (liturgi): lebih tepat
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
 
(35 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Simbol-simbol liturgi''' adalah simbol-simbol yang digunakan di dalam sebuah perayaan liturgi.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Simbol-simbol liturgi sangat diperlukan dalam perayaan [[liturgi]] karena perayaan liturgi itu merupakan sebuah perayaan kehidupan.<ref name="E. Martasudjita"> E. Martasudjita. 1998, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 11.</ref> Kehidupan yang dirayakan adalah kehidupan bersama dengan [[Allah]] dan sesama.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
{{inuse|untuk sementara waktu}}
Pertemuan umat dengan [[Allah]] dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari [[simbol]] dan [[tanda]].<ref name="Rasid"> Rasid Rachman. 2005, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 154.</ref> [[Agama]] [[mistik]] mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan [[Allah]], kecuali dengan memanfaatkan simbol.<ref name="Rasid"></ref>
 
'''Simbol-simbol liturgi''' adalah simbol-simbol yang digunakan di dalam sebuah perayaan liturgi.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Simbol-simbol liturgi sangat diperlukan dalam perayaan [[liturgi]] karena perayaan liturgi itu merupakan sebuah perayaan kehidupan.<ref name="E. Martasudjita"> E. Martasudjita. 1998, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 11.</ref> Kehidupan yang dirayakan adalah kehidupan bersama dengan [[Allah]] dan sesama.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
Pertemuan umat dengan [[Allah]] dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari [[simbol]] dan [[tanda]].<ref name="Rasid"> Rasid Rachman. 2005, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 154.</ref> [[Agama]] [[mistik]] mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan [[Allah]], kecuali dengan memanfaatkan simbol.<ref name="Rasid"></ref>
 
== Arti ==
'''Simbol''' berasal dari bahasa [[Yunani]] ''symbolon'', kata kerja: ''symbalein'' yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu [[kewajiban]] atau [[perjanjian]]. <ref name="E. Martasudjita"></ref>
Dapat juga dikatakan bahwa simbol adalah tanda indrawi, barang atau tindakan, yang menyatakan [[realita]] lain di luar dirinya.<ref name="Ernest Maryanto"> Ernest Maryanto, KAMUS LITURGI Sederhana. Yogyakarta: Kanisius, 2004.</ref> Simbol memiliki lingkup makna dan kandungan isi yang amat luas, karena itu merupakan sarana ulung untuk mengungkapkan sesuatu tentang [[AllahTuhan]].<ref name="Ernest Maryanto"></ref> Simbol berbeda dengan tanda.<ref name="Rasid"></ref> Simbol melibatkan [[emosi]] individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan.<ref name="Rasid"></ref> Selain itu, simbol juga terbuka terhadap berbagai arti dan tafsiran, tergantung bagaimana setiap individu memaknai simbol itu sendiri.<ref name="Rasid"/> Simbol liturgi biasanya diberkati terlebih dahulu sebelum digunakan.</ref> name="Ernest Maryanto"/>
 
== Fungsi ==
Fungsi simbol yaitu menjembatani masa sekarang dan masa lalu.<ref name="Rasid"></ref> Dengan demikian kita yang ada dipada masa kini dapat hadir dipada masa lalu dan sebaliknya, mereka yang ada dipada masa lalu dapat hadir di tengah-tengah kita saat ini.<ref name="Rasid"></ref> Melalui dan dalam simbol dapat terungkap apa yang disimbolkan yaitu realitas kehidupan [[Kristus]] yang menyelamatkan.<ref name="Rasid"></ref> Simbol juga berfungsi sebagai alah satu bentuk komunikasi antara [[Allah]] dan sesama.<ref name="E. Martasudjita"></ref> [[Komunikasi]] itu terjalin di dalam kebersamaan yang muncul di dalam perayaan kehidupan.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
 
Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada saat ini secara simbolis antara lain:<ref name="Rasid"></ref>
* ''Perayaan'' atas peristiwa (kelahiran [[Yesus]], kematian [[Yesus]], [[kebangkitan]] Yesus, kenaikan Yesus).<ref name="Rasid"></ref>
* ''Tindakan atau tata gerak'' (prosesi, [[tanda salib]], dll).<ref name="Rasid"></ref> Prosesi di awal ibadah merupakan simbolisasi perarakan umat [[Israel]] dari [[Mesir]] ke [[tanah]] [[Perjanjian]].<ref name="Rasid"></ref> Tanda [[salib]] merupakan simbolisasi baptisan yang dilakukan bersamaan dengan mengucapkan “dalam nama Bapa, [[Putra]] dan [[Roh Kudus]].”<ref name="Rasid"></ref>
* ''Tempat atau arah'' ([[tanah suci]], negeri [[leluhur]], kampung halaman, [[kiblat]]).<ref name="Rasid"></ref> Gedung [[gereja]] bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi juga tempat kehadiran [[Allah]].<ref name="Rasid"></ref> [[Ziarah]] kaum agamawan ke [[tanah suci]] bukan sekadar pelesir, tapi juga upaya menghadirkan kembali pengalaman orang lain dipada masa lalu bagi diri sendiri dipada masa kini.<ref name="Rasid"></ref>
* ''Benda'' ([[salib]], [[air]],[[roti]]-[[anggur]]).<ref name="Rasid"></ref> Air yang biasa digunakan dalam [[pembaptisan]] melambangkan [[mati]] dan [[hidup]] (''band''. {{Alkitab|Roma 6:8}}) bersama [[Kristus]].<ref name="Rasid"></ref> [[Roti]] dan [[anggur]] dalam [[Perjamuan Kudus]] merupakan simbol yang langsung membawa kaum beriman kepada peristiwa Kristus.<ref name="Rasid"></ref> [[Patung]]-[[patung]] bukan untuk disembah tetapi untuk menghadirkan kembali dipada masa kini pengajaran dan teladan sang [[kudus]].<ref name="Rasid"></ref>
* ''Waktu''. Gereja beribadah pada hari [[Minggu]] dimaksudkan agar [[gereja]] hadir pada peristiwa [[kebangkitan]] [[Kristus]] yang jatuh pada hari [[Minggu]] pertama.<ref name="Rasid"></ref>
* ''Kata-kata'' dalam formula [[liturgi]] ([[Alkitab]], votum, leksionari).<ref name="Rasid"></ref> Kata-kata [[liturgi]] memiliki [[simbol]] yakni, menghadirkan yang mengucapkan kata-kata tersebut pada waktu sekarang atau menghadirkan orang yang kepadanya kata-kata liturgis itu ditujukan.<ref name="Rasid"></ref>
* Pengharapan akan persaudaraan [[gereja]] di seluruh [[dunia]] disimpulkan dalam [[perjamuan kudus]], berpuncak pada [[komuni]].<ref name="Rasid"></ref>
 
== Macam-macam simbol ==
=== Tubuh manusia ===
[[Manusia]] dapat dikatakan sebagai [[simbol]] liturgis.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Hal ini dikarenakan manusia dapat mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Caranya dapat berupa kegiatan indrawi maupun melalui gerakan dan [[bahasa]] tubuh.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Kegiatan indrawi yang dimaksud misalkan mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan mencium. Gerakan dan bahasa badan seperti berdiri, berlutut, [[penumpangan tangan]], pembasuhan tangan, dll.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
 
=== Benda dan gambar ===
Benda dan [[gambar]] bisa juga menjadi [[simbol]] maupun dihayati sebagai simbol.<ref name="Rasid"></ref> Di dalam gereja, patung [[salib]], [[mimbar]], [[altar]] dan gambar-gambar para [[kudus]] adalah simbol kehadiran peristiwa [[Kristus]].<ref name="Rasid"></ref> Benda-benda tersebut bukan hanya sebagai [[hiasan]] tetapi juga mengandung arti dan dapat membangkitkan [[emosi]].<ref name="Rasid"></ref> Selain itu benda-benda lain seperti Roti dan Anggur, [[Air]], [[Minyak]], [[Garam]] juga digunakan sebagai simbol liturgis.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
Simbol benda pun dapat dibagi menjadi dua yaitu simbol yang berasal dari benda alamiah dan yang berasal dari benda buatan.
 
=== Warna ===
Pemilihan warna liturgi dipengaruhi oleh penafsiran makna atas simbol tersebut.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Di dalam liturgi, warna melambangkan sifat dasar misteri [[iman]] yang dirayakan serta menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi.<ref name="E. Martasudjita"></ref> Warna-warna yang biasanya dipakai antara lain warna [[putih]], [[kuning]], [[merah]], [[hijau]], [[ungu]], dan [[hitam]].<ref name="E. Martasudjita"></ref>.
 
=== Contoh-contoh Simbol ===
Baris 36 ⟶ 34:
* ''Penumpangan Tangan''. [[Penumpangan tangan]] mempunyai makna pencurahan [[Roh Kudus]]. Biasanya dilakukan pada penahbisan [[pendeta]] atau imam.
 
* ''Bersalaman'', mengungkapkan wujud dari [[Kasih]] dan Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika kita saling memberikan Salam [[Damai]].
 
* ''Berlutut'', merupakan salah satu sikap [[doa]] yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada [[Tuhan]] atau bersembah sujud kepada-Nya.<ref name="Frans">Frans Sugiyono. 2010, Mencintai Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 137.</ref>
Baris 46 ⟶ 44:
* ''Air'', dipakai dalam berbagai macam perayaan liturgi. Misalnya dalam [[baptisan]] memiliki makna simbolis yaitu untuk mengungkapkan pembersihan dosa dan penganugerahan keselamatan dan penciptaan baru
 
* ''Minyak'', yang biasa digunakan adalah minyak dari pohon [[zaitun]] (meskipun demikian, menurut buku-buku pontifikal [[Romawi]] minyak liturgi bisa berasal dari tumbuhan lain). Minyak dapat merupakan simbol bagi anugerah kepenuhan hidup dan kesuburan ([[Alkitab|Mazmur 128:3]] dan [[Alkitab|Mazmur 133:2]]). Minyak dalam liturgi juga melambangkan daya kekuatan Allah yang memberi kekuatan bagi perjuangan hidup dan penyertaan Allah dalam tugas kepemimpinan.<ref name="E. Martasudjita"></ref>
 
* ''Garam'', biasanya digunakan sebagai pembersih atau pengawet. Dalam liturgi merupakan simbol pembersihan dan digunakan secara [[fakultatif]] dalam persiapan perayaan pembaptisan dan pemberkatan air suci.
 
==== Simbol dari benda buatan ====
Simbol-simbol yang berasal dari benda buatan seperti:
* ''Salib'', merupakan simbol keselamatan. Pengorbanan [[Kristus]] yang rela mati untuk meenebus [[dosa]]-dosa manusia.
 
* ''Lilin'', sering dipakai juga dalam bermacam-macam perayaan liturgi dan salah satunya adalah saaatsaat perayaan Paska. [[Lilin]] Paska menyimbolkan kehidupan yang baru yang menyala. [[Api]] adalah lambang semangat yang berkobar-kobar. [[Yesus]] telah bangkit dan lilin itu menyimbolkan kebangkitan Yesus. Lilin juga berfungsi sebagai pendorong dan pembantu meditasi.<ref name="Rasid"></ref>
 
==== Simbol warna ====
* Warna putih
Warna [[putih]] mengungkapkan kegembiraan dan kesucian.<ref name="Windhu"> I. Warsana Windhu. 1997, Mengenal Peralatan, Warna dan Pakaian Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 22-23.</ref> Warna putih juga dikaitkan dengan kehidupan baru.<ref name="E. Martasudjita"/> Selain itu juga warna putih dapat melambangkan sebuah kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan abadi.<ref name="E. Martasudjita"/> Biasanya warna ini dipertukarkan atau digunakan bersama-sama dengan warna kuning.<ref name="Windhu"/> Warna putih dapat dipakai pada hari raya seperti [[Natal]], [[Paskah|Paska]], [[Kamis Putih]].<ref name="Windhu"/>
 
* Warna kuning
Hampir sama dengan warna putih, warna [[kuning]] mengungkapkan kemuliaan, kemenangan dan kegembiraan.<ref name="Windhu"/> Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna yang mencolok sehingga lebih kuat menunjukkan makna kemuliaan.<ref name="E. Martasudjita"/> Warna ini juga dapat dipakai saat [[Natal]], [[Paskah]], [[Kamis Putih]].<ref name="E. Martasudjita"/>
 
* Warna merah
Warna merah biasanya melambangkan [[api]] dan [[darah]].<ref name="E. Martasudjita"/> Selain itu juga dapat menyimbolkan [[Roh Kudus]], [[cinta]] kasih, pengorbanan dan kekuatan.<ref name="E. Martasudjita"/> Di dalam tradisi [[Romawi]] kuno, warna merah digunakan sebagai simbol kekuasaan tertinggi yaitu [[kaisar]].<ref name="E. Martasudjita"/> Warna merah biasanya digunakan ada saat hari raya [[Jumat Agung]], [[Pentakosta]], [[Minggu Palma]].<ref name="Windhu"/>
 
* Warna hijau
Warna [[hijau]] pada umumnya menandakan sebuah ketenangan, kesegaran dan melegakan.<ref name="E. Martasudjita"/> Selain itu juga dapat melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan.<ref name="Windhu"/> Warna ini dipilih dan dipakai dalam [[minggu]] biasa di dalam [[liturgi]] sepanjang tahun.<ref name="E. Martasudjita"/> Pada masa-masa itu manusia dapat menghayati hidupnya dengan penuh ketenangan terhadap karya-karya [[Tuhan]].<ref name="E. Martasudjita"/>
 
* Warna ungu
Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri.<ref name="E. Martasudjita"/> Selain itu warna ini juga mengungkapkan pertobatan.<ref name="Windhu"/> Digunakan pada masa Prapaska dan [[Adven]]<ref name="Windhu"/> ketika manusia diundang untuk bertobat, mawas diri dan mempersiapkan diri bagi perayaan Natal dan Paska.<ref name="E. Martasudjita"/>
* Warna hitam
 
* Warna hitam
Warna hitam biasanya dipakai untuk melambangkan [[kematian]], kegelapan,<ref name="E. Martasudjita"/> kesedihan dan kedukaan.<ref name="Windhu"/> Warna ini digunakan pada saat ibadah atau peristiwa kematian.<ref name="E. Martasudjita"/>
 
{{multiple image
Baris 74 ⟶ 82:
| alt1 =
| caption1 = [[Penumpangan tangan]] yang dilakukan oleh seorang pendeta, pastor atau imam.
| image2 = Baptism Santa Cruz.jpg
| width2 = 232
| alt2 =
Baris 91 ⟶ 99:
{{reflist}}
 
[[Kategori:Liturgi Kristen]]
[[Kategori:Kristen]]
 
[[en:Symbol (liturgical theology)]]