Suku Karo Asli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fbryn140802 (bicara | kontrib)
Ubah target pengalihan dari Suku Karo ke Orang Karo
Tag: Perubahan target pengalihan Pengembalian manual pengguna baru menambah pranala merah Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dikembalikan ke revisi 6780806 oleh Bennylin (bicara) (Anti Vandal Cop)
Tag: Perubahan target pengalihan Pembatalan
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[OrangSuku Karo]]
{{refimprove}}
{{short description|Indonesian ethnic group}}
{{redirect|Karo}}
{{infobox ethnic group
|group = Kalak Karo<br /><br />{{batk|ᯂᯞᯂ᯳ ᯂᯒᯭ}}<br /> ''Orang Karo''
|image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<td>[[Berkas:jamin-ginting.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Tifatul-sembiring.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Kabinet mskaban.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Anthony Sinisuka Ginting - Indonesia Masters 2018.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Djamin Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tifatul Sembiring]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[M. S. Kaban]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Anthony Ginting]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Lyodra Photoby WinstonGomez.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Tanta Ginting on Wheels & Eat by HSR Wheel in 2019.png|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Adrianus Meliala.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Danpussenif Arifin Tarigan.png|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Lyodra Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tanta Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Adrianus Meliala]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Arifin Tarigan]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Wali Kota Pematangsiantar Rakutta Sembiring Brahmana.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Rina Sari Ginting.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Masri singarimbun.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Cory Sriwaty Sebayang 2021.png|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Rakutta Sembiring Brahmana]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Rina Sari Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Masri Singarimbun]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Cory Sriwaty Sebayang]]</small></td>
</tr>
</table>
|population = ± 1.200.000 (2010)
|langs = [[Bahasa Karo]] & [[Bahasa Indonesia]]
|rels = {{hlist|[[Kristen Protestan]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Ray Brema|date=2016|title=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|url=http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17540|journal=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|language=id|publisher=Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)}}</ref>|[[Islam]]<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Dewi|date=2012-08-08|title=SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010|url=http://digilib.unimed.ac.id/17575/|journal=Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Kristen Katolik]]<ref>{{Cite web|first=Ranika Br Ginting|date=Oktober 2014|title=Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23810|website=jurnal.ugm.ac.id|publisher=Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 {{!}} Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada|access-date=}}</ref>|[[Agama Buddha|Buddha]]<ref>{{Cite journal|last=Rasmamana|first=Edi Putra|date=2016-09-03|title=PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT|url=http://digilib.unimed.ac.id/20042/|journal=Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>|[[Hindu]]<ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>|[[Pemena]]<ref>{{cite book|title=Voice of Nature, Volumes 85-95|year=1990|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|page=45}}</ref>|Lainnya
}}
|related = {{hlist|[[Suku Alas|Alas]]|[[Suku Singkil|Singkil]]|[[Suku Batak|Batak]]|[[Suku Gayo|Gayo]]|[[Suku Melayu|Melayu]]|[[Suku Keluwat|Kluet]]|[[Suku Aceh|Aceh]]}}
}}
 
'''Suku Karo''' ([[Aksara|Karo]]: {{batk|ᯂᯒᯨ}} atau {{batk|ᯂᯒᯭ}}, Latin: ''Karo'') adalah [[suku bangsa]] atau kelompok etnis/etnik yang mendiami wilayah provinsi [[Sumatra Utara]] dan sebagian [[Aceh]], meliputi: [[Kabupaten Karo]], sebagian Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]], sebagian [[Kabupaten Langkat]] (Langkat Hulu), Sebagian [[Kabupaten Dairi]], sebagian [[Kabupaten Simalungun]], dan sebagian [[Kabupaten Deli Serdang]]. Serta juga dapat ditemukan di [[Kota Medan]] & [[Kota Binjai]]. Suku ini berkerabat dekat dengan Suku-Suku disekitarnya seperti suku Batak dan beberapa suku-suku di Aceh. Suku Karo merupakan suku dari Rumpun Batak yakni Rumpun Batak Utara bersamaan dengan suku-suku disekitarnya. Suku ini juga salah satu suku terbesar di Sumatra Utara. Nama suku ini dijadikan sebagai nama salah satu Kabupaten di Sumatra Utara yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo]] atau ''Cakap Karo''. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]]. Konon, Kota Medan didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama [[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
 
== Sejarah & etimologi ==
 
Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Suku ini memiliki bahasa yang disebut Bahasa Karo dan memiliki salam khas yaitu ''Mejuah-juah''. Adapun Rumah adat Suku Karo atau yang dikenal dengan nama [[Siwaluh Jabu|Rumah Siwaluh Jabu]] yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu Rumah yang terdiri dari delapan bilik yang masing-masing bilik dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang Wanita Karo mengenakan kain (''Gatip Ampar'') di atas bahunya dan anting-anting (''padung perak''), dan seorang Pria Karo kemungkinan mengenakan ''Julu Berjongkit'' atau ''Ragi Santik'' sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten Karo, sekitar tahun 1914-1919.]]
 
Adapun beberapa 5 marga induk pada suku Karo yang biasa disebut "Merga Silima" ialah:
 
1. Karo/Karo-Karo, diberi nama Karo tujuannya bila nanti leluhurnya telah tiada, Karo lah menjadi gantinya atau sebagai ingatan (asal-usul). Sehingga nama leluhurnya/jati diri tidak hilang dan tetap terjaga untuk identitas masyarakat suku Karo.
 
2. Ginting, anak kedua.
 
3. Sembiring, sembiring berasal dari kata simbiring. Ia diberi nama "Si "Mbiring (si hitam) karena dia merupakan yang paling hitam diantara saudaranya.
 
4. Perangin-angin, diberi nama perangin-angin karena ketika ia lahir angin berhembus dengan kencangnya (angin puting-beliung).
 
5. Tarigan, anak bungsu.
 
== Eksistensi kerajaan ==
{{main|Kerajaan Aru}}
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = Kesultanan Aru Baroman
| common_name = Kerajaan Haru
| religion = [[Islam]]
| p1 =
| s1 = Kesultanan Deli
| flag_s1 =
| year_start = 1225<ref name="Brahma Putro"/>
| year_end = 1613
| date_start =
| date_end =
| event_start =
| event_end = Serangan akhir dari [[Kesultanan Aceh]]
| image_coat =
| symbol_type =
| image_map = 1565 Sumatra Ramusio Delle Navigationi vol3 pp433-434.png
| image_map_caption = Peta Sumatra tahun 1565 dengan arah selatan di atas. Wilayah "Terre Laru" dapat dilihat di pojok atas dalam "kotak" kiri bawah
| capital = Kota Rentang
| common_languages = [[Bahasa Karo|Karo]]<br>[[Bahasa Melayu|Melayu]]
| government_type = Monarki
| title_leader =
| currency =
| category =
| today = {{flag|Indonesia}}
| footnotes =
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Aru '''atau '''Haru''' merupakan sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah pantai timur [[Sumatra Utara]] sekarang.
 
== Historiografi ==
{{main|Kerajaan Aru}}
Nama kerajaan ini disebutkan dalam [[Pararaton]], yang tepatnya disebut di dalam [[Sumpah Palapa]]:<ref name="mangku">Mangkudimedja, R.M., 1979, Serat Pararaton. Alih aksara dan alih bahasa Hardjana HP. Jakarta: Departemen P dan K, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.</ref>
{{quote|“''Sira [[Gajah Mada]] pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, '''ring Haru''', ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa''”}}
Dalam [[bahasa Indonesia]] mempunyai arti:<ref name=mangku/>
{{quote|“''Dia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, '''Haru''', Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa''}} Sebaliknya tidak tercatat lagi dalam [[Kakawin Nagarakretagama]] sebagai negara bawahan sebagaimana tertulis dalam pupuh 13 paragraf 1 dan 2.
 
Sementara itu dalam [[Suma Oriental]] disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan yang kuat ''Penguasa Terbesar di Sumatra'' yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas dan memiliki pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing.<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols</ref> Dalam laporannya, [[Tomé Pires]] juga mendeskripsikan akan kehebatan armada kapal laut kerajaan Aru yang mampu melakukan pengontrolan lalu lintas kapal-kapal yang melalui [[Selat Melaka]] pada masa itu.
 
Dalam [[Sulalatus Salatin]] Haru disebut sebagai kerajaan yang setara kebesarannya dengan [[Kesultanan Malaka|Malaka]] dan [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]]. Peninggalan [[arkeologi]] yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru telah ditemukan di [[Kota China]] dan [[Kota Rantang, Hamparan Perak, Deli Serdang|Kota Rantang]].
 
== Kontroversi ==
 
Banyak diantara orang Karo yang tidak ingin dirinya disebut sebagai bagian dari Batak. Mereka berpendapat bahwa dari asal usul nenek moyang orang Karo saja sudah berbeda dari suku Batak, selain itu budaya dan bahasa Karo juga diyakini berbeda dari Batak. Embel-embel "Batak" diyakini mereka merupakan stereotip yang dimunculkan pada masa kolonial Belanda, dimana suku bangsa non-Melayu yang ada di pesisir dikategorikan sebagai suku Batak yang bermukim di dataran tinggi/pegunungan.
 
Pernyataan tersebut memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama di masyarakat Suku Batak. Walaupun Karo berdiri sebagai suku sendiri tetapi suku Karo serumpun dengan suku Batak karena dari segi budaya, bahasa, bahkan marga-marga beberapa ada yang mirip bahkan sama atau ada sebagian marga yang se-trah atau ada kaitannya, hubungan, atau merupakan pecahan (keturunan) marga Batak, hal ini bisa dilihat karena mereka juga memiliki wilayah geografis yang berdekatan. Sejarah Suku Karo Menurut Kol. (Purn) Sempa Sitepu dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia" menuliskan secara tegas etnis Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Ia mengemukakan silsilah etnis Karo yang diperoleh dari cerita lisan secara turun temurun dan sampai kepada beliau yang didengar sendiri dari kakeknya yang lahir sekitar tahun 1838. Secara etimologi, suku Karo merupakan suku tersendiri yang mandiri dan bukan bagian dari Batak. Karena kata Batak pun ciptaan dari para penjajah/pengelana asing untuk mengelompokkan manusia-manusia di daerah pegunungan/pedalaman yang bermakna menghina dan negatif. Kata/pelabelan Batak pada etnis Karo seolah merusak identitas atau jati diri mereka sebagai suku Karo asli. Menurut orang Karo, kata Batak tidak mewakili identitas/jati diri mereka. Ini adalah hal serius untuk tidak mengatakan Karo adalah Batak karena ini ialah masalah jati diri, mereka memang berbeda. Kemiripan dan beberapa persamaan terjadi karena akulturasi dan asimilasi yang memang tak bisa dielakkan. Karena juga wilayah mereka saling berdekatan. Ini adalah masalah serius agar anak cucu kita nanti tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Karo/kalak Karo.
 
== Wilayah Karo ==
 
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| width = 200
| image1 = Museum Pusaka Karo (Berastagi).jpg
| caption1 = Musium "Karo" di 'Berastagi
| image2 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Het wooncomplex van Pa Mbelga met schedelhuis (geriten) en duiventil te Kabandjahe TMnr 60038147.jpg
| caption2 = Rumah adat '''Karo''' [[Siwaluh Jabu]] tempo dulu di [[Kabanjahe]]
}}
 
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, ''Taneh Karo'' jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo karena meliputi:
 
=== Kabupaten Langkat ===
Suku Karo di Langkat mendiami daerah hulu, seperti [[Bahorok, Langkat|Bahorok]], [[Kutambaru, Langkat|Kutambaru]], [[Sei Bingai, Langkat|Sei Bingai]], [[Kuala, Langkat|Kuala]], [[Salapian, Langkat|Salapian]], dan sebagian [[Selesai, Langkat|Selesai]], [[Batang Serangan, Langkat|Batang Serangan]], dan [[Sirapit, Langkat|Serapit]]. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan [[Kerajaan Aru]], kerajaan bercorak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari raja dan sultan Melayu Sumatera Timur.
 
=== Kabupaten Dairi ===
Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang berkualitas. Sebagian Kabupaten Dairi yang merupakan bagian Taneh Karo:
* Kecamatan [[Tanah Pinem, Dairi|Taneh Pinem]]
* Kecamatan [[Tigalingga, Dairi|Tigalingga]]
* Kecamatan [[Gunung Sitember, Dairi|Gunung Sitember]]
 
=== Kabupaten Karo ===
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Karo. Kota yang terkenal di wilayah ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil ''Markisa Jus'' yang terkenal hingga seluruh nusantara. Sedangkan Kabanjahe merupakan ibukota dari kabupaten Karo. Kabupaten Karo inilah merupakan tanah asli (tanah ulayat) suku Karo. Mayoritas suku Karo bermukim di daerah ini, tepatnya di daerah sekitar pegunungan [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai "[[Taneh Karo]] Simalem". Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah ''trites''. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-.
Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
 
=== Kota Medan ===
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu [[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Kota Medan berasal dari [[Bahasa Karo]], ''madan'' yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
 
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| width = 200
| image1 = COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Karolanden. Si Garang Garang links een bamboe dakladder op den achtergrond de Sinaboeng.' TMnr 10017210.jpg
| caption1 = (Tanah Karo 1917.)
| image2 = Medan compilation.jpg
| caption2 = Suasana serta potret ikon kota, tugu, gedung, dan bangunan di kota Medan
}}
 
=== Kota Binjai ===
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan [[Medan|Kota Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibukota Provinsi [[Sumatra Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya berasal dari gabungan kedua kosakata [[Bahasa Karo]], ''ben'' dan ''i-jei'' yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "Binjei" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang.
 
=== Kabupaten Aceh Tenggara ===
Taneh Karo di Kabupaten Aceh Tenggara meliputi:
 
* Kecamatan [[Lawe Sigala-Gala, Aceh Tenggara|Lawe Sigala-Gala]]
* Kecamatan [[Semadam, Aceh Tenggara|Semadam]]
 
=== Kabupaten Deli Serdang ===
* Kecamatan [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]]
* Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hulu, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hulu]]
* Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hilir]]
* Kecamatan [[Sibolangit, Deli Serdang|Sibolangit]]
* Kecamatan [[Pancur Batu, Deli Serdang|Pancur Batu]]
* Kecamatan [[Kutalimbaru, Deli Serdang|Kutalimbaru]]
* Kecamatan [[Sunggal, Deli Serdang|Sunggal]]
* Kecamatan [[Deli Tua, Deli Serdang|Deli Tua]]
* Kecamatan [[Sibiru-biru, Deli Serdang|Sibiru-biru]]
* Kecamatan [[Gunung Meriah, Deli Serdang|Gunung Meriah]]
 
=== Kabupaten Simalungun ===
* Kecamatan [[Dolok Silau, Simalungun|Dolok Silau]]
* Kecamatan [[Pamatang Silima Huta, Simalungun|Pamatang Silimahuta]]
* Kecamatan [[Silimakuta, Simalungun|Silimakuta]]
 
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| width = 200
| image1 = Batak Karo House at Dokan Village (01).jpg
| caption1 = Rumah adat ''Karo'' [[Siwaluh Jabu]] di [[Dokan, Merek, Karo|Desa Dokan]]
| image2 = Berastagi viewed from Gundaling Hill (Panorama) 01.jpg
| caption2 = Panorama Berastagi dari atas puncak Bukit Gundaling
}}
 
== Marga ==
{{main|Merga Karo}}
Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama ''merga silima'', ''tutur siwaluh'', dan ''[[rakut sitelu]]''. Merga disebut untuk [[laki-laki]], sedangkan untuk [[perempuan]] disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan ''merga silima''. Kelima merga tersebut adalah:
<center>
{| class="wikitable" style="border: none; background: none;"
! colspan="1" rowspan="2" style="border: none; background: none;"|[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een huis van een aanzienlijke familie TMnr 137-16.jpg|none|link=|75px]]
! colspan="5"| Marga Utama ''(merga silima)''
|-
! [[Ginting]] !! [[Karo-karo]] !! [[Perangin-angin]] !! [[Sembiring]] !! [[Tarigan]]
|-
! rowspan="25"| Sub-marga
| Ajartambun || [[Karo-Karo Barus|Barus]] || [[Perangin-angin Bangun|Bangun]] || [[Sembiring Brahmana|Brahmana]] || Bondong
|-
| Babo || Bukit || [[Benjerang]] || [[Bunuhaji|Bunuaji]] || Gana-Gana
|-
| Bras || Gurusinga || [[Kacinambun]] || [[Busok|Busu]] || [[Girsang|Gersang]]
|-
| Guru Patih || [[Kaban]] || [[Keliat]] || [[Colia]] || Gerneng
|-
| Garamata || [[Kacaribu]] || [[Perangin-angin Laksa|Laksa]] || [[Depari]] || Jampang
|-
| Jandibata || [[Karosekali|Karo Sekali]] || [[Limbeng]] || Gurukinayan || Krandam
|-
| Jawak || [[Kemit]] || [[Mano]] || [[Sembiring Keling|Keling]] || [[Purba|Tarigan Purba/Cikala]]
|-
| [[Manik|Ginting Manik]] || [[Ketaren]] || [[Namohaji|Namoaji]] || [[Keloko]] || Pekan
|-
| [[Munthe|Munte]] || [[Karo-Karo Manik|Karo Manik]] || [[Pencawan]] || [[Kembaren]] || Sibero
|-
| Pase || [[Paroka]] || [[Penggarus]] || [[Maha]] || Silangit
|-
| Seragih || [[Karo-Karo Purba|Karo Purba]] || [[Perangin-angin Perbesi|Perbesi]] || [[Sembiring Meliala|Meliala/Milala/Melala]] || Tambun
|-
| [[Ginting Suka|Suka/Sinisuka]] || [[Samura]] || [[Pinem]] || [[Muham]] || Tambak
|-
| Sugihen || [[Sinubulan]] || Sebayang || [[Pandia]] || Tegur
|-
| Sinusinga || [[Sinuhaji|Sinuaji]] || [[Singarimbun]] || [[Pandebayang]] || Tendang
|-
| Tumangger || [[Sinukaban]] || Sinurat || [[Pelawi]] || Tua
|-
| Capah || [[Sinulingga]] || [[Sukatendel]] || [[Sinukapar|Sinukapar/Sinukapur]] || Sahing
|-
| {{sdash}} || [[Sinuraya]] || [[Perangin-angin Tanjung|Tanjung]] || [[Sinulaki]] || Sebayak/Sibayak Juhar
|-
| {{sdash}} || [[Sitepu]] || [[Ulunjandi]] || [[Sinupayung]] || Cingkes
|-
| {{sdash}} || [[Surbakti]] || [[Uwir]] || [[Tekang]] || Jambor Lateng
|-
| {{sdash}} || [[Torong]] || Jenabun || {{sdash}} || Iju
|-
| {{sdash}} || [[Karo-Karo Ujung|Jung/Ujung]] || Kutabuluh || {{sdash}} || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || {{sdash}} || Jombor Beringen || {{sdash}} || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || {{sdash}} || Prasi || {{sdash}} || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || {{sdash}} || Beliter || {{sdash}} || {{sdash}}
|}
</center>
Kelima marga Karo tersebut mempunyai sub-marga masing-masing, dimana setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Ada sekitar kurang lebih 100 Marga (Sub-Marga) didalam suku Karo dengan 5 marga induk utama/marga inti (pokok). Marga diperoleh secara turun termurun dari ayah, marga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Jikalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)''ersenina.'' Demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai ''beru'' yang sama, maka mereka disebut juga (b)''ersenina''. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut ''erturang'', sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga ''Sembiring (Sembiring Kembaren).''
 
== Falsafah kemasyarakatan ==
[[File:Batak Karo Wedding.jpg|thumb|upright|Pasangan pengantin pria & wanita menikah dengan pakaian adat Karo lengkap dengan ([[Uis Gara|uis]]) & tudung karo untuk perempuan, serta bekabuluh untuk lelaki]]
 
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah ''rakut sitelu'', yang artinya secara metaforik adalah Tungku Nan Tiga, yang berarti Ikatan yang Tiga. Arti ''rakut sitelu'' tersebut adalah ''Sangkep Nggeluh'' (Kelengkapan Hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
# ''Kalimbubu''
# ''Anak Beru''
# ''Sembuyak''
 
* Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi [[istri]].
* Anak Beru yaitu keluarga yang mengambil atau menerima istri.
* Sembuyak adalah keluarga satu [[galur]] keturunan merga atau keluarga inti.
 
Orang Karo mempunyai salam khas yaitu ''Mejuah-juah'' atau lengkapnya adalah ''mejuah-juah kita kerina'' yang memiliki arti sehat-sehat kita semua, baik-baik kita semua, kedamaian, kesehatan, kebaikan untuk kita semua.
{{clear}}
 
== Sistem kekerabatan ==
''Tutur Siwaluh'' adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
# Puang Kalimbubu
# Kalimbubu
# Senina
# Sembuyak
# Senina Sipemeren
# Senina Sepengalon/Sedalanen
# Anak Beru
# Anak Beru Menteri
 
Dalam pelaksanaan upacara adat, ''Tutur Siwaluh'' ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :
# Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
# Kalimbubu adalah kelompok pemberi istri kepada keluarga tertentu. Kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi :
#* Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua, yaitu kelompok pemberi istri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri adalah dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah Kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah Kalimbubu Bena-bena / Kalimbubu Tua dari anak A. Jadi Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
#* Kalimbubu Simada Dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu Simada Dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut Kalimbubu Simada Dareh karena mereka yang dianggap mempunyai keturunan sedarah, karena sedarah maka itu juga yang terdapat dalam diri keponakannya.
#* Kalimbubu Iperdemui, yaitu yang berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Maka seseorang itu yang menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
# Senina, yaitu mereka yang bersaudara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
# Sembuyak, yaitu secara harfiah artinya adalah satu dan Mbuyak yang artinya adalah kandungan. Maka artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan sub-merga juga, dalam bahasa Karo disebut Sindauh Ipedeher (Yang jauh menjadi dekat).
# Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak Siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara.
# Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperistri dari beru yang sama.
# Anak beru, yang berarti pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti Anak Beru Menteri dan Anak Beru Singikuri. Anak beru ini terdiri lagi sebagai berikut :
#* Anak Beru Tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil istri dari keluarga tertentu (Kalimbubu-nya). Anak Beru Tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubu-nya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak Beru Tua juga berfungsi sebagai Anak Beru Singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
#* Anak Beru Cekoh Baka Tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubu-nya. Anak Beru Cekoh Baka Tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah Anak Beru Cekoh Baka Tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga Bere-bere Mama.
# Anak Beru Menteri, yaitu anak berunya si anak beru. Asal kata Menteri adalah dari kata Minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubu-nya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut Anak Beru Singkuri, yaitu anak beru-nya si Anak Beru Menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.
 
[[File:Batak Karo Wedding Selendang.jpg|thumb|upright|Kedua mempelai dari suku Karo berbusana adat Karo]]
 
== Bahasa ==
{{main|Bahasa Karo}}
 
Bahasa Karo merupakan rumpun [[rumpun bahasa Austronesia|Bahasa Austronesia]] dan digolongkan dalam [[Rumpun bahasa Batak|Rumpun Bahasa Batak Utara]]<ref>https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Sumatra%20Utara</ref> yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Karo di wilayah [[Kabupaten Karo]], [[Langkat]], [[Deli Serdang]], [[Dairi]], dan [[Kota Medan]].
 
== Aksara dan sistem penulisan ==
{{main|Surat Batak}}
 
=== Aksara ===
 
Aksara yang digunakan oleh Suku Karo adalah Aksara Karo yang merupakan varian dari Aksara Batak. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo dan masyarakat Batak, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.
 
=== Sistem Penulisan ===
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|thumb|upright|Ukiran dari sebuah tulisan ratapan Karo (Bilang-bilang) menggunakan aksara Karo pada media bambu]]
 
Sistem penulisan aksara Karo biasanya diukir pada media bambu. Guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan induk huruf & anak huruf seperti: O= Ketolongen, X= Sikurun, Ketelengen, dan Pemantek.
 
== Kalender Karo ==
 
=== Nama-nama bulan ===
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:
* Bulan ''Sipaka sada'' merupakan bulan [[kambing]]
* Bulan ''Sipaka dua'' merupakan bulan [[lembu]]
* Bulan ''Sipaka telu'' merupakan bulan ''gaya'' ([[cacing]])
* Bulan ''Sipaka empat'' merupakan bulan ''padek'' ([[katak]])
* Bulan ''Sipaka lima'' merupakan bulan ''arimo'' ([[harimau]])
* Bulan ''Sipaka enem'' merupakan bulan ''kuliki'' ([[elang]])
* Bulan ''Sipaka pitu'' merupakan bulan [[kayu]]
* Bulan ''Sipaka waluh'' merupakan bulan ''tambok'' ([[kolam]])
* Bulan ''Sipaka siwah'' merupakan bulan ''gayo'' ([[kepiting]])
* Bulan ''Sipaka sepuluh'' merupakan bulan ''belobat'', ''baluat'' atau ''balobat'' (sejenis alat musik tiup)
* Bulan ''Sipaka sepuluh sada'' merupakan bulan [[batu]]
* Bulan ''Sipaka sepuluh dua'' merupakan bulan ''binurung'' ([[ikan]])
 
=== Nama-nama hari ===
Nama-nama hari pada [[suku Karo]] apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata [[bahasa Sanskerta]]. Setiap hari dari [[tanggal]] itu mempunyai makna atau pengertian tertentu. Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, [[berperang]] ke medan laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya. selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok. Di sinilah besarnya peranan "[[guru]] si beloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan serasi), yang dengan perhitungannya secara saksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.
 
Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
{{Col|2}}
# ''Aditia''<!-- adalah hari/wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)-->
# ''Suma''<!-- adalah hari/wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara''<!-- adalah hari/wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.-->
# ''Budaha''<!-- adalah hari/wari si empat nahe, wari page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.-->
# ''Cukra enem''<!-- adalah malam/berngi hari/wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.-->
# ''Belah naik''<!-- adalah hari/wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli, banci erkata gendang.-->
# ''Aditia naik''<!-- adalah hari/wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.-->
# ''Sumana siwah''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.-->
# ''Nggara sepuluh''<!-- adalah hari/wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.-->
# ''Budaha ngadep''<!-- adalah hari/wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.-->
# ''Beras pati tangkep''<!-- adalah hari/wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.-->
# ''Cukera dudu (lau)''<!-- adalah hari/wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.-->
# ''Belah purnama raya''<!-- adalah hari/wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.-->
# ''Tula''<!-- adalah hari/wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.-->
# ''Suma cepik''<!-- adalah hari/wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara enggo tula''<!-- adalah hari/wari mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.-->
# ''Budaha gok''<!-- adalah hari/wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari untuk menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.-->
# ''Cukra si 20''<!-- adalah hari/wari Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata gendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.-->
# ''Belah turun''<!-- adalah hari/ wari untuk buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.-->
# ''Aditia turun''<!-- adalah hari/wari erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.-->
# ''Sumana mate''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.-->
# ''Nggara simbelin''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna si mehuli.-->
# ''Budaha medem''<!-- adalah hari/wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.-->
# ''Beras pati medem''<!-- adalah hari/wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.-->
# ''Cukrana mate''<!-- adalah hari buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.-->
# ''Mate bulan ngulak''<!-- adalah hari untuk buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.-->
# ''Dalan bulan''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, simehuli tupuk.-->
# ''Sami sara''<!-- adalah hari/wari nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man nini-nini, nendungi guru.-->
{{EndDiv}}
 
== Budaya/kesenian Karo ==
 
=== Kebudayaan & Sastra tradisional ===
 
Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, kesenian/seni (sastra) di antaranya [[tari tradisional]] seperti:
{{Div col|3}}
* [[Piso Surit]]
* [[Tari Lima Serangkai]]
* Tari Terang Bulan
* Tari Baka
* Tari Ndikkar
* Tari Ndurung
* Tari Tongkat
* Tari Sigundari
* Tari Mbuah Page
* Tari Tiga Sibolangit
* Pantun
* Petatah petitih
* Petuah
* Syair (bersyair)
* Senandung/nandung (dendang)
* Gendang
* Guro Aron-aron
* Gurindam
* Anding-andingen
* Kuan-kuanen
* Bilang-bilang (ratapan)
* Cakap Lumat
* Dengang Duka
* Gundala Gundala
* Tari sambut/tari penyambutan/tari persembahan (Tari Mejuah-juah)
{{Div col end}}
 
=== Seni Bela diri (Silat Karo) ===
 
Seni bela diri orang karo merupakan [[Silat Karo]] yang dalam Bahasa Karo disebut ''ndikar''. Kata tersebut mulai jarang digunakan masyarakat Karo sehingga kini asing terdengar. Masyarakat Karo dewasa ini cenderung menyebutnya dengan nama Silat Karo saja.
 
Kata ''ndikar'' untuk penamaan bela diri/silat dalam Bahasa Karo kadang kerap disamakan dengan kata ''Pandikar''. Kata ''ndikar'' hanya untuk menyebut silat/bela diri, sedangkan ''pandikar'' merupakan seseorang yang mempunyai ilmu bela diri yang tinggi atau bisa juga orang yang mendalami ilmu bela diri dan memiliki ilmu bela diri.
 
=== Seni Musik ===
 
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een verzameling Karo Batak objecten waaronder muziekinstrumenten een mand een zwaard een wichelboek een palmwijnkoker en een aantal doeken TMnr 60011124.jpg|thumb|upright|Instrumen alat-alat musik tradisional Karo.]]
 
Alat musik tradisional suku Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut Gendang “Lima Sedalinen” yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri dari lima unsur.
 
Unsur disini terdiri dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti Kulcapi, Balobat, Surdam, Keteng-keteng, Murhab, Serune, Gendang si ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.
 
Jadi Gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada Serune, Gendang si ngindungi, Gendang si nganaki, Penganak dan Gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta.
 
=== Seni Tari ===
[[Berkas:Tari-Seni-Landek.jpg|jmpl|Pasangan Karo menari]]
Tari dalam bahasa Karo disebut “''Landek''”. Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut ''(endek)'' disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi tertentu sehinggga tarian tersebut menarik dan indah.
 
Tarian berkaitan adat misalnya memasuki rumah baru, pesta perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Tarian berkaitan dengan ritus dan religi biasa dipimpin oleh guru (dukun). Misalnya Tari Mulih-mulih, Tari Tungkat, Erpangir Ku Lau, Tari Baka, Tari Begu Deleng, Tari Muncang, dan lain-lain.
 
Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara umum. Misalnya Tari Gundala-gundala, Tari Ndikkar dan lain-lain. Sejak tahun 1960 tari Karo bertambah dengan adanya tari kreasi baru. Misalnya tari lima serangkai yang dipadu dari lima jenis tari yaitu Tari Morah-morah, Tari Perakut, Tari Cipa Jok, Tari Patam-patam Lance dan Tari Kabang Kiung. Setelah itu muncul pula tari Piso Surit, tari Terang Bulan, tari Roti Manis dan tari Tanam Padi.
 
=== Seni Ukir / Pahat ===
 
Keragaman seni pahat dan ukir suku Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut “Pande Tukang.”
 
Hal ini terlihat dari jenis-jenis bangunan Karo seperti Rumah Siwaluh Jabu, Geriten, Jambur, Batang, Lige-lige, Kalimbaban, Sapo Gunung, dan Lipo. Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada setiap ukiran bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir Pengeretret, dan Ciken.
 
Suku Karo juga memiliki [[drama]] tradisional yang disebut dengan Gundala-Gundala.
 
== Kegiatan kebudayaan & adat-istiadat ==
 
* [[Merdang Merdem]] = ''"Kerja tahun"'' yang disertai ''"Gendang guro-guro aron"''.
* Mahpah = ''"Kerja tahun"'' yang disertai ''"Gendang guro-guro aron"''.
* [[Mengket Rumah Mbaru]] - Pesta perayaan memasuki rumah (adat/ibadat) baru.
* Mbesur-mbesuri - "Mengenyangkan" memberi makan untuk wanita yang hamil 7 bulan, dengan harapan memenuhi keinginannya sebelum melahirkan.
* Cawir Metua = Upacara adat/ritual kematian
* Ndilo Udan - Memanggil hujan.
* Rebu-rebu - Mirip dengan pesta ''"kerja tahun"''.
* Ngumbung - Hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
* [[Erpangir Ku Lau]] - Penyucian diri (untuk membuang sial).
* Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" , yaitu memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
* Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapih.
* Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
* Manok Sangkepi
* [[Mbaba Belo Selambar]] (MBS) - rangkaian ritus [[Pernikahan adat Karo]]
* Ngaloken Rawit - Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau clurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.
 
== Kuliner Khas Karo ==
 
=== Makanan ===
[[Berkas:BPK Gintingta Tigapanah.jpg|thumb|upright|Rumah makan Babi Panggang Karo di [[Tigapanah, Karo|Kecamatan Tigapanah]]]]
 
Kuliner Karo sangat banyak ragamnya, salah satunya yang terkenal ialah [[Babi panggang Karo]] atau kerapkali disingkat sebagai BPK. BPK adalah makanan yang diproduksi dengan cara dipanggang dan diberi bumbu rempah-rempah yang khas, bumbu ini dinamakan ''Tuba'' atau juga bisa disebut [[Andaliman|andaliman]]. Umumnya orang Karo yang menjual BPK di warung makan ataupun restoran, namun tidak jarang juga ditemukan orang non-Karo yang juga menjual hidangan tersebut seperti orang Batak, Nias, dan lain lain.
 
Kuliner Karo lainnya meliputi: ''Kidu-kidu'', ''Manuk Getah'', [[Arsik|''Arsik Nurung Mas'']], ''Cimpa'', ''Unung-unung'', ''Cincang Bohan'', ''Pagit-pagit'', ''Trites'', ''Gule Kuta-kuta'' (gulai ayam kampung), ''Tasak Telu'', Mie Keling, Bihun Bebek, Bika Ambon, Bubur Pedas, Lemang Karo, ''Cipera'', Anyang Pakis, ''Bulung Gadung'', dan lain lain.
 
=== Minuman ===
 
Selain makanan, minuman khas Karo pun banyak macam ragamnya seperti: Jus martebe, sirup markisa, dan sebagainya. Minuman yang terkenal adalah ''Susu Kitik'' yaitu teh susu telur khas Karo. Minuman ini umumnya disajikan di warung kopi di daerah Karo.
{{clear}}
 
== Lagu daerah Karo ==
 
Beberapa lagu yang berasal dari Daerah Karo adalah:
* Piso Surit
* Mbiring Manggis
* Mejuah-juah
* Famili Teksi
* Sora Mido
* Tengguli Laneng
* Pincala
* Si Lampas Melumang
* O Taneh Karo
* Deleng Sinabung
 
== Keyakinan (agama) ==
[[Berkas:Desa Perteguhen, Simpang Empat, Karo.jpg||thumb|upright|Gereja GBKP dan [[Masjid]] yang berhadapan di [[Perteguhen, Simpang Empat, Karo|Desa Perteguhen]] ]]
 
Mayoritas orang Karo memeluk [[agama]] [[Kristen]] sekitar 70% (mayoritas [[Protestan]] 55% dan 15% [[Katolik]]), dan [[Islam]] 29%. Sekitar 1% menganut agama Buddha, Hindu, dan juga ada yang masih menganut kepercayaan Tradisional yakni: [[Pemena]].
 
Agama [[Hindu]] dapat dijumpai di [[Lau Rakit, Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Dusun Pintu Besi Desa Lau Rakit]], Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hilir]], [[Deli Serdang]] namun jumlahnya sangat sedikit. Agama Hindu pada masyarakat Karo memiliki kemiripan dengan agama [[Hindu Bali]] mulai dari tempat ibadah berupa [[pura]], Ritual-Ritual, hingga upacara keagamaan. <ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>
 
Umumnya pemeluk agama [[pemena]] (agama awal & agama asli Karo) berada di desa yang berada di dekat atau di kaki gunung Sinabung. Pemeluk [[Agama asli Nusantara|agama tradisional]]/kepercayaan ini juga dapat ditemui di pedalaman dan mereka nyaris punah dan semakin terus berkurang.
 
Sebagian kecil masyarakat Karo juga menganut [[agama Buddha]] serta sedikit sisanya menganut agama lainnya yang dapat ditemui di perkotaan seperti kota Medan, Kabupaten Karo, kabupaten Langkat dan di daerah sekitar Tanah Karo lainnya namun jumlahnya hanya sedikit/tidak begitu signifikan.
 
=== Gereja yang didominasi suku Karo ===
[[Berkas:GBKP Rg. Kabanjahe Kota, Klasis Kabanjahe 01.jpg||thumb|upright|Gereja GBKP Kota [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]]]]
* [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak dan Karo Protestan]] (GBKP) ''(Paling dominan)''
* [[Gereja Injili Karo Indonesia]] ([[GIKI]])
{{clear}}
 
== Tokoh-tokoh Karo ==
{{artikel|Daftar tokoh Karo}}
* [[Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]
* [[Djamin Ginting]]
* [[Lyodra Ginting]]
* [[Tio Fanta Pinem]]
* [[MS Kaban]]
* [[Tanta Ginting]]
* [[GT Soerbakti|Gusti Terkelin Surbakti]]
* [[Latief Sitepu]]
* [[Anthony Ginting]]
* [[Arman Depari]]
* [[Tifatul Sembiring]]
 
== Galeri ==
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ngenkal het omwerken van de grond met puntige stokken Karo-landen TMnr 10010952.jpg|Petani Karo
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van een jonge Karo Batak vrouw TMnr 60023653.jpg|Wanita Karo zaman dulu berpakaian adat tradisional Karo
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Primitieve grondbewerking (engkal) met stokken Karo-Hoogvlakte TMnr 10010947.jpg|Petani Karo
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende mandolinespeler Si Datas van Soerbakti Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005387.jpg|Seorang kakek memainkan (kulcapi) alat musik tradisional Karo
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Karo Batak vrouw in traditionele kleding TMnr 60016026.jpg|Foto Gadis Karo dengan pakaian tradisional tahun 1925, koleksi Tropenmuseum
</gallery>
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Bacaan lanjutan terkait ==
* Perangin-angin, Martin. (2004). Orang Karo Diantara Orang Batak. Pustaka Sora Mido
 
== Pranala luar ==
* [http://books.google.co.uk/books?hl=en&lr=&id=IdeKhwOIpggC books.google.co.uk]
* [http://www.hawaii.edu/indolang/downloads/Archipel65.pdf hawaii.edu]
{{Suku Karo}}
 
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Karo]]
[[Kategori:Merga Karo]]
[[Kategori:Merga Silima]]