Kuntulan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(9 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kuntulan''' adalah [[Tari rakyat|tari tradisional]] masyarakat [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]] yang dipadukan dengan budaya [[Timur Tengah]]. Alat musik yang digunakan adalah [[rebana]] dan [[kluncing]] dengan lagu pengiring menggunakan [[Bahasa Osing]]. Jumah penari dalam Kuntulan sebanyak 6 orang perempuan berusia lima hingga dua belas tahun. Bagian atas pakaian penari berwarna kuning dengan hiasan bungan pada penutup kepala serta kaus tangan. Sedangkan bagian bawah mengenakan kaus kaki. Wajah penari juga dihias dengan [[kosmetik]].{{Sfn|Safitri dan Hutama|2016|p=83}} Gerakan dalam Kuntulan terbagi menjadi empat yaitu langkah satu-satu, langkah berjalan sambil berputar, lompat ke kanan dan ke kiri, serta gerakan hormat.{{Sfn|Safitri dan Hutama|2016|p=85}}
'''Kuntulan''' adalah salah satu seni [[budaya]] khas masyarakat [[Pekalongan|Kabupaten Pekalongan]] dan daerah lainya seperti Kabupaten Brebes serta pesisiran [[pantura|Jalur Pantura]] berupa seni [[beladiri]] [[pencak silat]] yang di mainkan lebih dari satu orang yang diiringi dengan musik berupa gendang.Kuntulan bukan hanya memainkan jurus-jurus [[silat]] saja tetapi juga di gabung dengan permainan ilmu tenaga dalam.
 
== Sejarah ==
Kata kuntulan sendiri berasal dari kata “[[Kuntul]]” yaitu nama dari salah satu [[burung]] laut berbulu putih seperti [[burung]] [[bangau]] tetapi berekor pendek dan larinya sangat cepat, itulah sebabnya seni kuntulan berkembang di daerah pesisiran [[pantura|Jalur Pantura]] [[Brebes]], terutama tahun 90 an group kuntulan semakin banyak di desa-desa pesisir seiring dengan berkembangnya perguruan-perguruan pencak silat seperti perguruan jaka poleng, tai chi, [[tapak suci]], dll.
Kuntulan dikembangkan dan disebarluaskan oleh [[Syekh]] [[Maulana Ishaq|Maulana Ishak]] pada masa [[dakwah]] [[Islam]] di wilayah [[Kerajaan Blambangan]]. Penyebarluasan Kuntulan kemudian berhenti setelah ia diusir oleh para penguasa kerajaan. Kuntulan kemudian berkembang pada masa kekuasaan [[Kesultanan Mataram]] di wilayah [[Blambangan]] pada abad ke-17 [[Masehi]] diikuti dengan masyarakat Blambangan yang menerima Islam sebagai agama mereka.{{Sfn|Arif dan Nisa|2018|p=60}}
 
== Penamaan ==
Sekarang peringkat pertama kuntulan di Indonesia dipegang oleh [[Notogiwang|Panca Bakti Notogiwang]] yang memiliki gaya tubuh dalam rudad,syair,dan keahlian lainya yang lebih bagus dibandingkan yang lainya. Panca Bakti tidak hanya sekedar seni tradisional namun sudah menganut unsur modern sehingga menyuaikan dengan zaman namun tidak meninggalkan budaya asli kuntulanya.
Penamaan Kuntulan berasal dari nama “[[Kuntul|burung kuntul]]”. Warna putih pada burung ini dijadikan sebagai kostum para penari. Burung kuntul hidup berkelompok sehingga melambangkan kebersamaan dan kekeluargaan. Nama kuntulan juga merupakan gabungan dua kata dalam [[Bahasa Arab]] yaitu ''kuntu'' dan ''lailan'' yang berarti saya di waktu malam. Nama ini dimaknai sebagai kegiatan mengisi waktu luang bagi para [[santri]].{{Sfn|Arif dan Nisa|2018|p=58}}
 
== Daftar pustaka ==
Contoh budaya kuntulan adalah Panca Bakti Notogiwang yang sudah dimainkan Farman dkk.
{{reflist}}
 
* {{cite journal|last=Arif, M dan Nisa, J.|first=|date=2018|title=Komodifikasi Agama pada Kesenian Hadrah Kuntulan Banyuwangi|url=http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK/article/download/9711/pdf|journal=Sosio Didaktika|volume=5|issue=1|pages=54–63|doi=|issn=2442-9430|ref={{sfnref|Arif dan Nisa|2018}}|url-status=live}}
Kesenian kuntulan biasnya di mainkan saat acara-acara tertentu seperti [[karnaval]] agustusan, [[karnaval]] akhir pelajaran sekolah madrasah diniyah.
* {{cite journal|last=Safitri, M.A., dan Hutama, F.S.|first=|date=17 Desember 2016|title=Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tari Hadrah Kuntulan Banyuwangi|url=https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip-epro/article/download/5849/4342/|journal=Seminar Nasional Pendidikan 2016|volume=1|issue=|pages=81–85|doi=|issn=2549-3728|ref={{sfnref|Safitri dan Hutama|2016}}|url-status=live}}
 
{{budaya-stub}}
[[Kategori:Budaya JawaOsing]]
 
[[Kategori:Budaya Jawa]]