Dukuhbadag, Cibingbin, Kuningan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bima langit (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler
k Reverted 1 edit by Susisusanti01 (talk): Spam
Tag: Pembatalan
 
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Desa
[[Berkas:Desa_Dukuhbadag.jpg|ka|bingkai|Balai DESA DUKUHBADAG]]
 
{{desa
| nama = Dukuhbadag
| peta =
Baris 21 ⟶ 19:
AWAL BERDIRINYA DESA DUKUHBADAG
 
Dahulu kala pada waktu masa Kerajaan Mataram, disuatu tempat atau wilayah ada sebuah Padepokan yang penduduknya hanya beberapa penghuni saja. Di padepokan tersebut kehidupan masyarakatnya di pimpin oleh 2 (dua) tokoh saudara, yaiu :
 
1.Ki Buyut Wisa Merta
Baris 28 ⟶ 26:
 
Dua orang tokoh tersebut merupkan Pengembara yang berasal dari daerah Gunung Puteran (sekarang Capar). Padepokan artinya sebuah tempat yang dihuni manusia dengan segala kegiatannya. Sekarang tempat itu disebut Depok berada di sebelah barat Desa Dukuhbadag
 
 
Pada waktu itu wilayah Depok merupakan wilayah kurang subur dan selalu terkikis oleh aliran sungai/kali Cikaro, sehingga Padepokan mengalami pergeseran tempat, semakin ke utara, dan oleh sebab sering bergeser maka tempat tersebut sekarang dinamakan blok Keser.
Baris 38 ⟶ 35:
Kampung Cisaat merupakan bagian dari wilayah Kerajaan [[Gebang]], kemudian diangkatlah Maya Kerti sebagai Ngabeui, yaitu jabatan setaraf Kuwu yang mempunyai kewajiban menyetor upeti setiap tahun.
 
Selang beberapa tahun kemudian Maya Kerti jatuh sakit dan penyakitnya cukup berat yang berakibat tubuhnya cacat sehingga Maya Kerti merubahmengubah namanya menjadi Maya Taruna (Bapak Maya yang penuh cacat). Dalam rangka menjalankan kewajibannya untuk memberikan upeti ke Ratu [[Gebang]], Maya Kerti yang berubah nama menjadi Maya Taruna melaksanakannya secara langsung dikarenakan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain. Sehingga ketika menghadap Ratu Gebang, Maya Kerti berangkat dengan menggunakan Tandu. Dari kejadian inilah Buyut Maya Kerti dijuluki oleh Gusti Sinuhun Aria Sutajaya Upas dengan julukan Ngabeui Tandu Maya, yang pengucapannya lama kelamaan berubah menjadi Tanu Maya (tercatat dalam sejarah sebgai Ngabeui Pertama Desa Dukuhbadag).
 
Perkembangan jumlah penduduk semakin bertambah dan penambahan perkampungan terjadi, apalagi dengan datangnya pendatang baru dari daerah [[Jawa Tengah]] yang terkenal dengan sebutan Buyut [[Jawa]]. Datang bersama rombongan Nini Gendel (sebutan karena rambutnya gendel/gimbal) dan tinggal membentuk perkampungan baru yang bernama kampung Maja (sampai sekarang tempat tersebut tidak berganti nama). Penambahan kampung berikutnya terjadi dengan adanya seorang pertapa terkenal bernama Aki [[Dukuh]]. Bersama pengikutnya ia membuat pondoknya disebelah utara Kiara Padung dan membuat perkampungan dengan nama Kampung Karangsari (sampai sekarangpun nama kampung tersebut tidak pernah berubah).
Baris 44 ⟶ 41:
Proses kegiatan kehidupan masyarakat berjalan dengan baik sehingga perambahan demi perambahan dalam memperluas perkampungan kerap terjadi. Disebelah utara perkampungan Karangsari ada suatu pelataran yang cukup resik dan luas hal ini diakibatkan oleh endapan lumpur dan bebatuan yang terbawa arus sungai Cijangkelok. Hal tersebut membawa dampak dan daya tarik tersendiri bagi warga perkampungan untuk pindah dan menetap pada areal baru itu tersebut.
 
Diceritakan setelah perkampungan baru terbentuk, ada seorang petani [[tembakau]] yang cukup berhasil dan terkenal akan rasa dan aroma tembakaunya. Ada keunikan dalam mengolah hasil panennya, yaitu dalam memotong daun tembakau yang sudah dipanen. BeliauDia memakai cara dipotong/diiris besar-besar (badag-badag), tidak seperti lazimnya petani yang lain memotong/mengiris dengan cara lembut atau tipis-tipis.
 
Saking terkenalnya orang tersebut maka irisan daun tembakau yang besar-besar membawa perkampungan tersebut dengan julukan Dukuhbadag.
 
Pertumbuhan penduduk sangat cepat mengalami penambahan dan perkampungan baru yang disebut Dukuhbadag sangat nyaman dan strategis sehingga timbul kesepakatan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari kampung [[Cisaat]] ke kampung Dukuhbadag. Setelah Dukuhbadag menjadi pusat pemerintahan dikala itu, maka atas restu sinuhun Ratu Gebang diangkatlah seorang tokoh sakti menjadi pemimpin yaitu Ngabeui Brajadigiri yang diyakini berasal dari Banten.
 
== TATA PEMERINTAHAN ==
Baris 196 ⟶ 193:
|}
 
Sumber:http://dukuhbadag.blogspot.com/2012/09/daftar-kepala-desa-yang-telah-memimpin.html?m=1
 
Sumber :http://dukuhbadag.blogspot.com/2012/09/daftar-kepala-desa-yang-telah-memimpin.html?m=1
 
== SENI DAN BUDAYA ==
 
1.SINTREN
 
Baris 205 ⟶ 202:
Seni sintren ternyata tidak hanya hidup di daerah Kabupaten Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Tapi juga hidup di Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan.
 
Menurut, Udin Sahrudin, tokoh sintren di Desa Dukuhbadag, munculnya seni sintren di Kuningan belum bisa dipastikan. Sebab sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah, tapitetapi yang jelas sejak tahun 1930 sudah banyak warga Desa Dukuhbadag yang mengadakan pertunjukan seni sintren terutama pada acara pesta khitanan dan pernikahan.
 
“Dulu yang pertama kali menjadi pimpinan seni sintren di Desa Dukuhbadag yakni Ibu Warjiah, tapitetapi saya tidak tahu pasti dari mana awal perkembangan seni sintren itu,” kata Udin Sahrudin.
 
Berdasarkan cerita orang tua dulu, lanjut dia, sini sintren di Dukuhbadag dibawa oleh orang dari daerah lain yang sengaja untuk mencari nafkah yakni sebagai Kukurung. Kukurung merupakan bahasa dialek masyarakat Desa Dukuhbadag yang ditujukan kepada orang yang sedang memcari nafkah dengan cara menjual jasa memanen padi.
Baris 213 ⟶ 210:
Dia menjelaskan, mereka (kukurung) diperkirakan datang dari daerah perbatasan Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan dengan Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Diantaranya saja Desa Cibendung, Cikakak, Karangjunti, Pande, Dukuhjeruk dan Desa Randegan. Ada pula yang datang dari daerah perbatasan Kabupaten Cirebon, diantaranya Desa Tonjong, Cilengkrang, Ciledug, pabuaran, Cikulak, Leuweunggajah dan desa lainnya.
 
Kukurung-kukurung itu datang bukan saja ke Desa Dukuhbadag, tapitetapi ke desa lain di Kecamatan Cibingbin antara lain Desa Bantarpanjang, Cisaat, Citenjo, Cibingbin, Desa Cibeureum dan Desa Tarikolot, bahkan sampai Desa Sukasari dan Tanjungkerta KecamatanKarangkancana. (Desa Cibeureum dan Desa Tarikolot, kini Kecamatan Cibeureum)
 
“Untuk melepas lelah, kukurung-kukurug itu mengadakan pertunjukan seni sintren, di halaman rumah warga tanpa mendapat upah dari pemilik punya rumah, kecuali jamuan alakadarnya,”imbuhnya.
Baris 249 ⟶ 246:
m.Kab. Majalengka
 
Tokoh-Tokoh Sintren di Kec.Cibingbin
 
 
Tokoh-Tokoh Sintren
 
a.Warijah (Almh) di Desa Dukuhbadag tahun 1930.
Baris 265 ⟶ 260:
f.S.Subagyo di Desa Dukuhbadag tahun 1979.
 
2.GEMBYUNG
 
Sejarah dan perkembangan
2.BELUK
 
Kesenian tradisional yang satu ini disebut seni Gembyung atau dikenal sebagai seni “Terbangan” yang bernafaskan islami. Pada setiap pementasan para pemain pendukung melantunkan shalawat-shalawat Nabi, Iramanya mirip kelompok paduan suara dengan intonasi yang teratur. Terkadang intonasinya tinggi lalu merendah. Begitulah seterusnya silih berganti. Dan tiba-tiba berhenti mendadak.
3.GEMYUNG
 
Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon, Namun tidak hanya di Cirebon kesenian gembyung juga Dilestarikan dan berkembang di kabupaten Kuningan sejak sekitar abad ke 15. Seni tersebut terdapat hampir di semua kecamatan yang ada di kabupaten Kuningan. Khususnya di kecamatan Cibingbin tepatnya di desa Dukuhbadag yang akan menjadi inti dalam pembahasan ini. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi,dan Rajaban, namun tidak hanya dipentaskan di acara-acara keagamaan, kesenian gembyung ini juga banyak dipentaskan di kalangan masyarakat seperti ngaruat bumi, ngali taneuh, babarit, Khitanan, dan lain-lain.
4.WAYANG GOLEK
 
Tokoh-tokoh gembyung
 
Orang-orang yang pertama kali membawakan kesenian gembyung di Desa Dukuhbadag,antara lain:
Sumber :
 
Ø Surlandi (alm)
 
Ø Kartawinata (alm)
 
Ø Tabjani (alm)
 
Dia-dia mulai membawakan kesenian gembyung di Dukuhbadag mulai pada tahun 1930-an. Dia membuat sendiri peralatan gembyung nya dan sampai saat ini alatnya masih ada, walaupun sudah tidak dapat di pergunakan lagi.
 
Menurut bapak D.U. Sahrudin, Saat itu bapak Kartawinata menginginkan bila dia meninggal,dia ingin diiringi oleh musik gembyung.
 
Dan orang-orang yang berjasa dalam mempertahankannya kesenian gembyung di Desa Dukuhbadag sekarang diantaranya adalah:
 
1.Toharip berusia (85th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Terbang besar.
 
2.Johani berusia (85th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pembawa lagu Sekaligus memainkan Terbang besar.
 
3.Kustandi berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain terbang kecil.
 
4.Yasna berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Gendang.
 
5.Andri berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Taju.
 
Musik gembyung
 
Peralatan gembyung Buhun sangatlah sederhana berbeda dengan gembyung modern, gembyung buhun memakai peralatan Diantaranya:
 
1. Terbang besar
 
2. Terbang kecil
 
3. Kendang (sebagai pengatur lagu)
 
4. Taju
 
5. Nuskah (buku kumpulan shalawat shalawat Nabi)
 
Alat penunjang pertunjukan
 
Sama halnya dengan kesenian yang lain kesenian gembyung juga memiliki perelatan-peralatan penunjang pertunjukan agar kesenian ini terlihat tidak membosankan juga terdengar menarik, alat penunjang pertunjukan diantaranya adalah:
 
1. Kecrek.
 
2. Pakaian muslim.
 
3. Kopyah hitam.
 
4. Sarung.
 
5. Serban.
 
6. Dll.
 
Bentuk pertunjukan
 
Pementasan seni gembyung dibagi dua tahap yaitu diawali pembukaan tanpa diiringi musik, dan tahap kedua diiringi tetabuhan seraya melantunkan salawat-salawat nabi. Syair-syair yang di bacakan antara lain, Assalam, Mussahri, A-salatu Allanabi dan ayat-ayat lainnya.
 
Pementasan seni gembyung terkadang bisa semalam suntuk, dengan menampilkan 20 jenis pupuh. Sementara pada acara khitanan anak fungsinya sebagai media hiburan seraya menunggu terbitnya matahari menjelang pelaksanaan acara khitanan.
 
Di Dukuhbadag sendiri, pementasan seni Gembyung biasanya di laksanakan pada:
 
1. Hajat Ngarupus
 
2. Maulid Nabi
 
3. Sunatan
 
4. Isra Mi’raj
 
5. Sedekah Bumi
 
6. Sesudah shalat Tarawih (biasanya pada malam 20 ke atas)
 
Menurut tokoh-tokoh yang ada di Dukuhbadag, shalat Tarawih bisa menjadi lebih khidmat bila setelahnya diadakan seni Gembyung.
 
Upaya pelestarian
 
Kehidupan seni gembyung sempat mengalami “Senin-Kemis” dan nyaris punah, kalau saja tidak ada pengkaderan atau generasi penerus yang mau menerima tongkat estafet, untuk menjaga dan memelihara seni gembyung peninggalan nenek moyang kita.
 
Dalam upaya ke arah itu, sudah sewajibnya pihak Depdiknas dan Disparbud Kabupaten Kuningan menaruh perhatian dan berusaha mengadakan peremejaan pemain, karena selama ini yang tampil pada kesenian gembyung umumnya adalah para manula (manusia lanjut usia).
 
Kalangan pemuda dan pelajar yang berminat di daerah pedesaan perlu diberi kesempatan mempelajari sekaligus menekuni seni Gembyung di bawah bimbingan para seniornya. Sebagai tindak lanjutnya perlu diadakan pembinaan secara terus-menerus dan terarah, dengan sasaran sampai kapan pun Kuningan memilki generasi penerus di bidang seni Gembyung.
 
Sementara itu, pihak Disparbud turut membantu mempromosikan baik lewat media elektronik, (Radio dan Televisi), media cetak (Koran, majalah, Buku, dll), ataupun melalui pertunjukkan langsung di beberapa tempat ( contohnya apresiasi seni di SMAN 3 Kuningan dalam rangka Smantika Anniversary).
 
Selain itu, upaya pelestarian seni Gembyung pernah di rintis oleh para pemuda Kuningan pada tahun 1996 melalui “ Festival seni Gembyung “ yang di gelar di gedung pendopo dalam rangkaian hari jadi Kuningan, di ikuti oleh sekitar 30 grup.
 
Festival seni Gembyung khususnya dan festival seni tradisional lainnya diharapkan bisa ditindak lanjuti dan di lembagakan sehingga menjadi agenda tahunan dalam kalender pariwisata.
 
Pada tahun 1930-an group-group seni gembyung di dukuhbadag, berjumlah 4 group. Tapi semakin berkembangnya zaman dan globalisasi, grup seni gembyung yang masih aktif di Dukuhbadag hanya tersisa 2 group saja.
 
Menurut keterangan tokoh seni di Dukuhbadag, saat ini di butuhkan kaderisasi atau pengkaderan terhadap anak anak muda, agar terciptanya regenerasi akan kesenian gembyung tersebut. Selain itu, juga di butuhkan perbaikkan Nuskah atau buku kumpulan shalawat shalawat Nabi, karena buku Nuskah yang sekarang kata-kata nya sudah kurang jelas atau kurang layak untuk di pakai lagi.
 
3.BELUK
 
4.WAYANG GOLEK
 
Sumber:
 
http://kuninganmedia.com/buka/baca/1287664203
 
http://exoseko.blogspot.com/2012/04/sintren.html?m=1
 
http://yusufardiyansyahblog.wordpress.com/2013/08/04/seni-gembyung-buhun-terbangan/{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{Authority control}}