Amakusa Shirō: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20211009)) #IABot (v2.0.8.1) (GreenC bot
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
 
Sebagai hasil [[Pertempuran Sekigahara]], penguasa [[Domain Karatsu]], Kepulauan Amakusa yang merupakan bekas wilayah [[Konishi Yukinaga]] diserahkan kepada [[Terazawa Hirotaka]] pada tahun [[1601]].<ref name=amakusa>{{cite web |title=天草 四郎 |url=http://www.kumamotokokufu-h.ed.jp/kumamoto/shoukai/rekisi/sirou.html |date= |work= |publisher=熊本国府高等学校 |accessdate=2010-02-02}}</ref> Penduduk menderita kelaparan akibat cuaca buruk dan paceklik dari tahun [[1634]] hingga [[1637]].<ref name=shirou>{{cite web |title=天草四郎
~16歳の少年に何が起きたのか?~ |url=http://www.city.amakusa.kumamoto.jp/contents_dbpac/kirishitan/htm/history/shirou.htm |publisher=Situs web Pemerintah Kota Amakusa |accessdate=2010-02-05 |archive-date=2010-02-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100214061256/http://www.city.amakusa.kumamoto.jp/contents_dbpac/kirishitan/htm/history/shirou.htm |dead-url=yes }}</ref> Klan Terazawa memerintah dengan sewenang-wenang dan membebankan pajak yang berat kepada penduduk Kepulauan Amakusa dan Shimabara. Dalam buku yang ditinggalkan Pastor Marco Ferraro (1554-1628) sebelum diusir ke [[Makau]] pada tahun [[1614]], terdapat catatan yang meramalkan bahwa "Dua puluh lima tahun dari sekarang, ketika awan langit timur dan barat menjadi merah menyala, serta tanah di seluruh negeri berayun dan bergemuruh, akan muncul seorang anak Tuhan, dia akan menyelamatkan orang-orang."<ref name=shirou /> Ketika pulang dari [[Nagasaki]] pada tahun [[1637]], Shirō mengetahui kehidupan rakyat Kepulauan Amakusa dan Shimabara makin sulit. Penduduk desa makin bertambah banyak dengan kedatangan penduduk kota yang melarikan diri dari penindasan Kekristenan yang dilakukan klan Terazawa.
 
[[Berkas:BeheadedJizo.jpg|jmpl|200px|Patung [[Ksitigarbha|Jizō]] yang dirusak oleh pemberontak.]]
Amakusa Shirō mulai berkeliling di desa-desa menyampaikan ceramah agama Kristen. Kisah hidup dirinya kemudian bercampur aduk dengan legenda. Menurut desas-desus di Kepulauan Amakusa dan Shimabara waktu itu, ia dapat melakukan berbagai [[mukjizat]], termasuk menyembuhkan orang sakit atau berjalan di atas air.<ref name=history>{{cite book|title=History's Great Untold Stories: Obscure Events of Lasting Importance|url=https://archive.org/details/historysgreatunt0000cumm|last=Cummins|first=Joseph|publisher=Murdoch Books|year=2006|isbn=1-7404-5808-7|page=[https://archive.org/details/historysgreatunt0000cumm/page/90 90]|accessdate=2010-02-02}}</ref> Pada bulan Oktober 1637, massa bergerak sebelum dimulainya musim pengumpulan pajak tanah, dan pecah [[Pemberontakan Shimabara]]. Shirō waktu itu masih remaja berusia 16 tahun. Berdasarkan saran dari kakak iparnya (Watanabe Kosaemon),<ref name=shirou />, pemberontak oleh para petani dan ronin dari Amakusa dan Semenanjung Shimabara mengangkat Shirō sebagai pemimpin. Pemberontak meminta penguasa untuk menurunkan pajak dan menghapus pelarangan agama Kristen. Mereka hanya bersenjatakan [[tongkat]], [[garu]], dan [[batu]], namun berhasil membakar kota Shimabara dan membunuh sekitar 40 orang bangsawan. Dalam aksinya, para pemberontak menghancurkan simbol-simbol agama Buddha, termasuk patung-patung Jizo.<ref name=history /> Jumlah para pemberontak kemungkinan sekitar 20.000 orang. Walaupun tidak semuanya penganut Kristen, mereka membawa bendera bertuliskan pujian terhadap agama Kristen dalam bahasa Portugis.<ref name=history />
 
Penguasa Nagasaki, [[Terazawa Hirotaka]] mengerahkan 3.000 prajurit untuk memadamkan pemberontakan. Sejumlah 2.800 prajurit tewas di tangan pemberontak dalam pertempuran 27 Desember 1637. Terazawa kemudian mengakui dirinya kalah akibat ilmu sihir yang dikirim Amakusa Shirō.<ref name=history /> Pada awal Januari 1638, sejumlah 30.000 prajurit di bawah pimpinan [[Itakura Shigemasa]] tiba di Shimabara. Mereka memukul mundur pasukan pemberontak di bawah pimpinan Amakusa Shirō hingga pertahanan terakhir di dalam [[Istana Hara]], Semenanjung Shimabara. Pemberontak yang terkepung di dalam Istana Hara meningkat jumlahnya menjadi sekitar 37.000 orang, termasuk warga sipil, wanita, dan anak-anak.<ref name=history /> Mereka harus melawan tentara reguler keshogunan yang berjumlah 120.000 orang.<ref name=amakusa />.
 
Amakusa Shirō dikabarkan tewas bunuh diri di tengah kobaran api ketika Istana Hara jatuh ke tangan pasukan keshogunan pada Februari 1638. Sekitar 8.000 pemberontak tewas di tengah kobaran api.<ref name=amakusa /> Beberapa di antaranya melemparkan anak-anak mereka ke dalam kobaran api agar tidak ditangkap dan disiksa tentara keshogunan. Semua pemberontak yang masih hidup dihukum pancung dalam waktu dua hari.<ref name=history />